Intan pun berlari sekencang mungkin memasuki hutan, tanpa ia sadari kini ia telah memasuki hutan terlarang. Ingin rasanya ia kembali menuju rumah namun di belakang terdapat makhluk menyeramkan yang terus mengejarnya, tidak ada pilihan lain intan pun memasuki tanah terkutuk. Kini ia berdiri tempat di tengah-tengah tanah tandus tersebut, tubuhnya kaku tidak bisa di gerakan, keringat dingin bercucuran membasahi tubuhnya.
Dalam hati nya Intan terus memanggil nama ibu dan ayahnya, mulutnya terkunci tidak bisa mengeluarkan suara hanya tetasan air mata yang terus mengalir deras.
"Aaaakkkhhh," satu tebasan membuat tangan kanan intan terpisah dari tubuhnya. Sakit yang teramat ia rasakan, darah bercucuran mengalir membasahi tanah tersebut. Air mata nya semakin mengalir dengan hebatnya merasakan sakit.
"Tangan ku, sakit..,ibu, bapak, Abang tolong aku" ucap Intan dalam hatinya, ia tetap tidak bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
Kemudian makhluk tersebut pun muncul tepat berdiri di hadapan Intan. Aroma khas daging busuk dan darah menyebar memasuki area penciuman milik intan, ingin rasanya ia memuntahkan isi perutnya namun ia seperti patung yang tidak bisa melakukan apa-apa.
"Akhhhkkhh aku akan membunuhmu. Mencabik-cabik tubuhmu Intan," ucap makhluk tersebut mengangkat tangannya Ingi menebas leher intan dan....
"Aaaaa," teriak Intan dengan kencangnya membuat ibunya yang berada di ruang tv pun terlonjak kaget dan terburu-buru menghampirinya.
Dengan cepat Bu Wati membuka pintu kamar anaknya, ia mendapati anaknya tengah dalam keadaan tertidur namun terus berteriak histeris.
Tubuh Intan pun berkeringat hebat hingga membasahi seluruh tubuhnya. Bu Wati pun berusaha membangunkan putrinya itu dengan terus memanggil serta menggoyangkan tubuh anaknya agar segera bangun.
Intan pun tersadar, langsung memeluk ibunya sambil menangis ketakutan.
"Nak apa yang terjadi, kamu mimpi apa anak?" tanya Bu Wati.
"Ibu intan takut Bu, intan mimpi buruk di kejar oleh makhluk menyeramkan wajahnya penuh dengan darah, makhluk itu memotong tangan intan Bu," ucap Intan sambil terus menangis.
"Ya sudah itu cuma mimpi nak, mungkin kamu kecapaian saja. Sekarang lebih baik kamu bangun dan mandi biar tubuhmu segar, sebentar lagi bapak dan abang-abang mu akan pulang," ucap Bu Wati mencoba menenangkan putrinya.
Intan pun mengikuti saran dari ibunya, mungkin karena terlalu beraktifitas di sekolah tadi sehingga membuat ia kecapaian dan bermimpi hal yang buruk.
Setengah jam pun berlalu, Intan keluar dari kamar nya dalam keadaan segar setelah mandi tadi. Intan pun memilih bergabung dengan ibunya menonton tv namun pikirannya masih terbawa tentang mimpinya tadi.
"Sudahlah Intan jangan memikirkan soal mimpimu tadi, mimpi itu hanya bunga tidur belaka," ucap Bu Wati.
"Iya Bu, hanya saja bayang tangan Intan yang di potong masih terlintas jelas di benak intan Bu," ucap intan.
"Ibu tau nak, lebih baik kamu coba untuk melupakan saja mimpi tersebut," ucap Bu Wati.
Bu Wati pun bangkit dan berjalan menuju dapur meninggalkan Intan seorang diri di ruangan keluarga. Bu Wati pun mulai mempersiapkan bahasan makanan yang akan ia masak untuk makan malam nanti.
Sedangkan Intan saat ini masih duduk termenung memikirkan tentang mimpinya tadi.
"Ah mungkin benar kata ibu mimpi itu hanya bunga tidur ku saja karena aku sedang kelelahan, lebih baik sekarang aku bantuin ibu aja dari pada terus memikirkan mimpi itu hanya membuatku semakin takut," ucap Intan dalam hatinya, intan pun mematikan tv nya lalu beranjak menuju dapur untuk membantu ibunya memasak.
"Bu,ada yang bisa intan bantu?" tanya Intan.
"Ndak usah sayang, ini udah mau selesai kok, kamu bantu ibu membereskan dedaunan di halaman belakang aja, bisa nak?" tanya Bu Wati.
"Bisa dong Bu," jawab intan berlalu pergi menuju halaman belakang.
Intan pun mengambil sapu dan mulai membersih kan dedaunan yang jatuh memenuhi halaman belakang rumahnya itu.
"Sedang asik menyapu terlihat dari jauh mobil bapak nya memasuki halaman rumah mereka.
"Rajinnya anak bapak yang satu ini," ucap pak Bimo menggoda putri bungsunya itu.
"Alah modus itu pak, biasanya kan ia lebih memilih bantuin ibu di dapur ketimbang harus menyapu halaman seluas ini," ucap Dinda.
"Ishh kakak, apa-apa kan sih kan aku memang rajin dari dulu kali," ucap Intan protes.
"Alah modus aja kamu tan," ucap Dinda.
"Tolong...Tolong...Tolong...," suara seseorang memecah obrolan mereka bertiga.
"Eh bang Joni, ada apa pak?" tanya tanya pak Bimo menahan pak Joni yang berlari dengan panik.
"Itu pak...Itu..," ucap pak Joni.
"Itu apa pak, ngomong nya yang jelas dong pak, tarik nafas dulu dalam-dalam pak lalu di hembuskan pak jangan di tahan," ucap Dinda sambil menahan tawanya.
"Ish kamu ini din, masih sempat-sempatnya kamu bercanda," tegur pak Bimo.
"Pak Joni ada apa sebenarnya? Siapa yang membutuhkan pertolongan?" pak Bimo kembali bertanya.
"Itu pak, pak Gito istrinya mengalami kecelakaan pak, tertindih pohon di belakang rumah mereka dan kemukiman meninggal dunia pak," ucap pak Joni.
"Astagfirullah lazim," ucap mereka bertiga.
"Yang benar pak, kapan kejadiannya pak. Bukan kah itu istri barunya yang baru ia nikahi sebulan lalu pak?" tanya pak Bimo.
"Iya pak itu si Lely, istri ke empat pak Gito yang baru ia nikahi sebulan yang lalu," jawab pak Joni.
"Ya Allah, kasihan sekali. Ya udah pak ayo kita bantuin," ucap pak Bimo.
" iya ayo pak," ucap pak Joni yang berlalu pergi bersama dengan pak Bimo sambil terus meminta pertolongan warga lainnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments