.
“Tidak!" Nurmala menyela cepat. “Mas! Apa-apaan sih, kamu? Masa begitu saja langsung cerai?!” Wanita itu tampak tak rela. Walaupun berselingkuh dengan Fadil, tapi kenyataan dirinya hidup bergantung hidup pada Arhan tak bisa dipungkiri.
“Begitu saja?" Arhan berdecak sinis. “Berselingkuh kau bilang begitu saja?" Lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Jika aku yang berselingkuh dengan wanita lain, apa kau juga akan bilang ‘begitu saja’?" Pertanyaan yang membuat Nurmala terbungkam. Tentu saja ia tak mau diselingkuhi. Dia bukan wanita bodoh.
"Tapi Nak Arhan, apa tidak sebaiknya berpikir dulu? Tidak baik mengambil keputusan di saat sedang marah," ucap Pak Slamet berusaha bijak.
"Apa yang harus dipikirkan? Keputusan saya sudah bulat. Silakan bawa pulang anak yang selama ini Bapak banggakan sebagai wanita bermerek. Karena wanita bermerek ini, saya terbelit hutang yang mencekik leher. Wanita bermerek ini pula, yang akhirnya memaksa saya menjadi budak di negeri orang," jawab Arhan dengan tegas.
Arhan telah mantap dengan keputusannya. Baginya tidak ada kata maaf untuk seorang pengkhianat. Apalagi dia memergoki sendiri, Nurmala bergulat dengan pria lain di tempat tidurnya. Mengingatnya saja Arhan langsung merasa mual. Maka perpisahan adalah jalan terbaik.
Deggg
Pak Slamet dan Bu Susi menelan ludahnya dengan susah payah, merasa tertohok oleh ucapan Arhan.
Memang betul. Dulu, dia dan keluarganya yang meminta pernikahan Arhan dan Nurmala dirayakan besar-besaran, dengan alasan anak tunggal. Dan untuk memenuhi keinginan mereka itulah, Arhan harus berhutang dalam jumlah besar. Tak hanya itu, dia juga yang meminta mahar tak masuk akal jika Arhan ingin menikahi putrinya.
"Jadi kamu tidak ikhlas mengeluarkan biaya untuk pernikahan kita dulu, Mas?" Nurmala melotot menatap Arhan.
“Ada perbedaan antara ikhlas dan bodoh!" Arhan terkekeh sinis. "Dulu, demi cintaku padamu Aku ikhlas melakukan semua itu. Tapi sekarang aku merasa seperti orang bodoh.”
Arhan tertawa getir mengingat dirinya yang hanyalah seorang karyawan biasa di sebuah perusahaan kecil dengan gaji yang kecil pula. Penghasilannya tidak cukup untuk membiayai hidup sehari-hari dan membayar hutang bank. Oleh sebab itu, Arhan memutuskan untuk menjadi TKI.
Adalah suatu keberuntungan, dirinya lolos ke Korea setelah mengikuti pendidikan selama empat bulan. Dan dengan gajinya yang tinggi itulah, dia mampu melunasi hutang dan memenuhi semua keinginan Nurmala serta kedua orang tuanya.
Setelah dua tahun kontrak kerjanya berakhir, Arhan memutuskan untuk kembali ke tanah air. Ia ingin memulai usaha kecil-kecilan, dan hidup bahagia dengan istrinya. Namun, kini semua impiannya musnah karena pengkhianatan.
"Aku benar-benar bodoh, sehingga mudah kalian tipu. Tidak mungkin selama ini orang tuamu tidak tahu tentang hubungan kalian," ucap Arhan. "Ternyata, selama ini aku telah memberi makan bukan hanya pada parasit, tapi juga pengkhianat yang tidak tahu malu,"
Jlebbb
Lagi-lagi, orangtua Nurmala merasa tersindir. Selama ini, mereka memang mengandalkan kiriman dari Arhan untuk kebutuhan sehari-hari. Dan benar. Mereka memang mengetahui hubungan gelap Nurmala dengan Fadil, tapi mereka menutup mata. Toh Arhan tidak akan tahu karena sedang berada di negeri orang. Begitu pikir mereka.
Dengan langkah berat sambil menahan malu, Pak Slamet mengajak istri dan anaknya pulang sebelum mereka semakin menjadi tontonan. Fadil, teman Arhan yang menjadi selingkuhan Nurmala pun turut pulang bersama mereka.
"Ya ampun,,,, nggak tahu malu banget sih mereka. Kalau dibilangin ngakunya cuma teman, nggak tahunya, teman tapi demen. Elaaahhh.. !" komentar tetangga dekat rumah Arhan.
"Kurang apa coba si Arhan, sudah mah cakep, pinter nyari duit pula. Sayangnya dia gak mau sama anakku," timpal yang satunya lagi.
"Sudah, lebih baik lupakan si Nurma, Han. Kamu lelaki, bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia. Percaya sama bapak," ucap seorang bapak yang ikut menyaksikan.
"Sudah masuk, Han! Tenangkan pikiranmu, dan jangan terpaku pada satu orang. Hidupmu masih panjang," ucap seorang ibu yang selama ini sudah jengah dengan kelakuan Nurmala.
Arhan hanya diam saja dan menganggukkan kepala mendengar perkataan para tetangganya. Dia pamit dan melangkah memasuki rumah, lalu menutup dan menguncinya.
Arhan masuk ke dalam kamarnya, menarik kasur busa, dan membawanya keluar melalui pintu belakang. Bantal, guling, dan bad cover juga ikut dikeluarkan. Setelah itu, Arhan mengambil sedikit bensin dari tangki motor dan menuangkannya ke kasur busa. Lalu, dia melemparkan korek api yang sudah dinyalakan.
Blaarrr
Api menyala besar. Menimbulkan suara bergemuruh disertai kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke udara, mengeluarkan bunyi gemeretak yang menyakitkan telinga, cahaya yang menyilaukan, serta aroma gosong menyengat hidung.
Arhan menatap dingin ke arah kobaran api, seperti hatinya yang saat ini tengah berkobar oleh rasa amarah yang membakar jiwanya. Sakit yang teramat sangat. Rasa sesal yang menyesakkan dada. Buah dari pengorbanan yang sia-sia.
:
Sementara itu setiba di rumahnya, Pak Slamet langsung mencerca Nurmala. Jika Arhan benar-benar menceraikan Nurmala, maka hilang sudah sumber keuangan yang selama ini menopang kehidupan mereka.
"Kalian ini bagaimana sih? Masa begitu saja sampai ketahuan!" Pak Slamet berteriak marah. "Memang tidak bisa melakukannya di penginapan atau di hotel sekalian?" tambahnya.
"Gampang banget Bapak nyalahin aku.” Nurmala tidak terima disalahkan oleh bapaknya. “Memangnya aku tahu kalau Mas Arhan bakalan pulang?" teriaknya kesal.
"Terus sekarang kita harus bagaimana?” Bu Susi ikut membuka suara.
“Entahlah, Bu. Aku juga tidak tahu." Nurmala menghempaskan bobot tubuhnya di atas sofa. Bahkan sofa yang saat ini ada di rumah Pak Slamet, juga dibeli dengan menggunakan uang kiriman dari Arhan. Yang terpikir dalam otaknya hanyalah, setelah ini dengan apa ia nongkrong-nongkrong dan shopping-shopping.
Tiba-tiba mata Bu Susi berbinar seperti mendapatkan ide yang brilian. "Kenapa Fadil tidak melapor pada polisi saja? Dengan tuduhan penganiayaan. Bukankah dengan begitu bisa menuntut ganti rugi?" ucapnya antusias.
Nurmala tersenyum lebar sambil menjentikkan jarinya. "Nah, ide bagus itu," serunya.
"Kalau begitu kita berangkat sekarang juga ke kantor polisi untuk membuat laporan, Mas! Buruan, nanti keburu malam!" ucap Nurmala dengan tidak sabar. "Memangnya kamu terima dihajar sampai babak belur begitu?" lanjutnya.
"Apa bisa seperti itu?” Fadil memasang wajah sendu. Seolah dirinya ngeri mengingat kemarahan Arhan tadi. Dengan pasrah, Fadil mengikuti Nurmala dan keluarganya ke kantor polisi untuk membuat laporan.
:
Keesokan harinya, di saat Arhan akan pergi ke bank untuk mengambil sertifikat yang sebelumnya ia jadikan jaminan hutang, dan telah lunas saat dirinya masih berada di Korea, dua orang petugas polisi datang menyambangi rumahnya.
"Apa benar saudara yang bernama Arhan Sanjaya?" tanya salah satu petugas.
"Benar," jawab Arhan lugas, tanpa sedikitpun raut takut terlihat
"Anda kami tahan dengan tuduhan kasus penganiayaan terhadap saudara Fadil Ramdani.Mari, ikut kami ke kantor polisi!” Petugas itu langsung meraih tangan Arhan dan memborgolnya.
Arhan tidak merasa terkejut, dia sudah menduga siapa yang melaporkannya. Senyum sinis tercetak di sudut bibirnya. Tatapan matanya menusuk dingin. Membuat siapapun yang melihatnya akan merinding.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Nayla Arshaka
kenapa gak di balikkan aja farhan .. siapa yg slah kok Mala teriak salah .
Farhan mnghajar Fadil krna apa .
istri sah nya yg selingkuh.. suami yg banting tulang di selingkuhin... to pasti Farhan marah...
gmn klw posisi Farhan ada di pak polisi nya.. apa mngkin pak polisi nya diam aja .istri nya di genjot ma org lain ..
helo pak polisi .tolong di tegak kan .. mana yg slah dan mana yg bener... .. kembalikan Fadil dan Nurmala yg di penjara.
2025-09-16
1
Rafly Rafly
ini logikanya gimna... masa langsung di borgol... gimana THOR.. mama Mia /Tongue/
2025-09-16
1
Warijah Warijah
mau bikin kejutan malah terkejut y Farhan, sabar itulah akhirnya jika main hakim sendiri. tp g salah y Farhan emosi begitu, smg Farhan kuat y.
2025-09-18
0