Suara dentingan sendok dan piring yang beradu tidak membuat pikiran Diandra membaik usai pembicaraanya semalam bersama sang suami. Dia berusaha menyampaikan keresahan hatinya pada Ramon yang tidak ingin dimadu, tetapi jawaban suaminya di luar dugaan. Bukannya membela dia malah menyudutkan dirinya.
Tidak perlu menyalahkan mama, toh kamu memang tidak bisa hamil. Hiraukan saja apa yang mama katakan.
Sungguh hati Diandra bagai disayat pisau tidak kasat mata mendengar kalimat suaminya. Seolah tidak ada kalimat yang lebih baik dari itu.
"Diandra."
"Iya, Ma?" Diandra mendongak untuk menatap mama mertuanya.
"Izinkan Ramon menikah lagi!" ujarnya dengan intonasi tegas, seolah permintaan itu tidak bisa dibantah oleh siapapun.
"Maaf Ma, tapi untuk permintaan tersebut Diandra tidak bisa mengabulkannya."
"Berhenti bersikap egois jadi istri Diandra. Ramon butuh seorang anak, begitu pun dengan mama."
"Diandra tidak egois Ma, Diandra sudah berusaha melakukan yang terbaik, setiap bulan cek kesehatan tapi memang belum waktunya."
"Halah, akal-akalan kamu saja itu."
Diandra kembali menundukkan kepalanya, bukan hanya kalimat sang mertua yang membuatnya bersedih, tetapi sikap Ramon yang acuh akan pembicaraan mereka berdua.
"Sayang, mas berangkat dulu ya." Ramon berdiri setelah menghabiskan sarapannya. Namun, tidak kunjung pergi sebab tangannya di genggam oleh sang istri.
"Mas tidak akan menduakan cinta untukku kan? Mas tidak akan menikah dengan siapapun seperti permintaan mama?" tanya Diandra.
"Tidak akan Sayang, hiraukan saja ucapan mama." Ramon mengelus pipi Diandra.
Sepeninggalan sang suami, Diandra pun ikut berangkat ke sekolah. Menghibur dirinya dengan bertemu anak-anak mengemaskan di taman kanak-kanak. Namun, hal yang ia kira dapat menghibur semakin menyiksa dirinya sendiri. Keinginan untuk memiliki seorang anak kini melonjat tinggi.
"Bu gulu nanis?"
Diandra buru-buru menghapus air matanya ketika mendapati Abian berdiri dan mendongak untuk menatapnya.
"Ibu tidak menangis." Diandra tersenyum, terlebih saat tangan mungil itu menyentuh pipinya yang basah oleh air mata. "Bian kenapa tidak ikut bermain?"
"Ibu cakit?"
"Tidak."
"Kata Ayah, olang nanis biasanya cakit. Talau nda luka, cakitnya cini." Abian menyentuh dadanya sendiri. "
"Pintar banget sih anak ibu. Ayo kita bermain." Diandra tertawa, menarik tangan Abian agar bergabung dengan yang lain. Kebetulan hari ini jam olahraga.
***
Di belahan dunia lainnya wanita paruh baya yang menaruh garam pada luka tidak sepenuhnya sembuh, sedang tertawa bersama wanita yang katanya calon istri untuk putranya. Mereka berdua tampak menikmati makan siang, bersenda gurau satu sama lain.
"Oh iya, ada apa tante meminta untuk bertemu?" tanya Olivia.
"Hanya ingin berbincang saja. Lagian sudah lama tante tidak melihatmu berkunjung ke rumah."
"Via sibuk mengurus jadwal pak Ramon, Tante." Olivia tertawa kecil.
"Kirain sibuk mengurus Ramon."
"Tentu saja Via tidak berani, apalagi pak Ramon suaminya Diandra."
"Kenapa tidak, toh mereka juga sudah tidak cocok."
Olivia hanya tertawa menanggapi dan sesekali menyesap minuman dingin di hadapannya. Mereka berpisah dengan manis seolah teman lama yang tidak pernah bertemu.
Sesampainya di kantor, Olivia langsung menuju ruangan Ramon. Mengunci pintu dan langsung duduk di pangkuan Ramon yang tengah sibuk dengan pekerjaanya.
"Sayang, tebak siapa yang aku temui hari ini."
"Siapa?"
"Mama kamu, dia mengundang aku kerumah untuk makan malam bersama."
"Jangan datang." Ramon melingkarkan tangannya di pinggang ramping Olivia, hubungan mereka sudah terjalin hampir 6 bulan, sejak wanita itu bekerja sebagai sekretarisnya atas rekomendasi sang istri. "Diandra orangnya curigaan."
"Kapan kamu meninggalkannya dan menjadikan aku satu-satunya?"
"Bersabarlah Sayang, setelah aku mengusai seluruh harta warisan orang tuanya," bisik Ramon. Tangan pria itu mulai nakal melepas satu persatu kancing kemeja Olivia.
Sudut bibir Ramon tertarik melihat ekpresi Olivia yang selalu membuatnya bangga.
"Jangan terlalu kasar Sayang," lirih Olivia memegang tangan Ramon yang meremas benda tidak bertulang itu. "Ak-aku ...." ucapannya berhenti mendengar dering ponselnya.
"Diandra," ujarnya dan menjawab panggilan dari sang sahabat. Namun, itu tidak membuat Ramon berhenti sehingga Olivia susah payah menormalkan nada suaranya.
***
"Aku menunggumu, Vi," ucap Diandra dan memutuskan sambungan telepon.
Diandra sedang berada di kontrakan Olivia, tempat yang selalu menjadi tujuannya jika hatinya tidak baik-baik saja. Wanita itu menata barang-barang Olivia seperti yang selalu ia lakukan jika berkunjung ke rumah sahabatnya.
"Dasar nakal," gumam Diandra mendapati pengaman di atas meja. Pengaman itu belum di buka sama sekali. Ia mengambil dan menyimpannya di laci.
"Ini kan jam tangan mas Ramon yang hilang." Diandra meneliti jam tangan yang ia temukan di dalam laci.
Jelas Diandra mengenalinya sebab dia yang memberikan sebagai hadiah ulang tahun beberapa bulan lalu.
"Tidak mungkin, pasti ada alasan kenapa jam tangan mas Ramon ada di kontrakan Via." Diandra mengelengkan kepalanya, menampik pikiran buruk yang bersemayang di hati.
Satu jam, dua jam bahkan beberapa jam sudah berlalu namun pemilik rumah tidak kunjung pulang berakhir Diandra tidur sendirian.
"Sorry, ada pekerjaan mendesak yang tidak bisa aku tinggalkan," ujar Olivia yang baru datang saat matahari tenggelam. "Ternyata dia tidur," lanjut Olivia dalam hati.
Wanita itu segera mandi dan berganti baju, terlebih kemejanya sudah kusut sana -sini akibat perbuatan Ramon. Bahkan pria itu tetap melancarkan akhirnya ketika Olivia mengatakan akan bertemu sang istri.
"Sorry Diandra," lirih Olivia memandangi wajah cantik Diandra yang tertidur pulas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Teh Yen
Diandra kamu itu polos atau gmn sih masa iya engg curiga jam tangan suamimu ada d kostsan Olivia Omg🙈
sumpah kamu jahat banget Olivia sahabat macam apa yg rebut suami sahabatnya sendiri terlalu aplg Diandra yg udh nolongin kamu kerja d kantor suaminya 😤😤
kalau aku ketemu cewek ky kmu udh aku tarik rambutnya sampai rontok 😠😠 biar tau rasa
2025-09-16
1
Nena Anwar
sorry dimulut dihati mah bahagia bisa selengki sama suami sahabatnya,,,sibuk nganu sama Ramon dikantor dasar jalangkung,,,munafik Lo Via udah dikasih kerjaan sama Diandra tapi malah gk tau diri
2025-09-15
3
ʂαƙιɳαԋ
moga aja jodohnya ayah bian ya diandra biar hidup lbh bahagia dan mereka hancur 🥺
2025-09-15
1