"Kau dan dia tak pantas bahagia, terutama dia, maka dari itu kau harus mati, " ujar seseorang yang tak di ketahui siapa orang nya.
"Si.. siapa.. ka.. kam..
Plak
Plak
Buugg
"Cepat lah mati, lebih cepat lebih baik, kau tak harus tau siapa diriku, " ujar orang itu, dia dengan kejam nya beberapa kali menampar pipi mulus Ciara, bahkan tampa belas kasihan dia juga menendang Ciara yang sudah tak berdaya.
Jlebb
"Mati lah kau, pergilah ke neraka, dan sebentar lagi dia juga akan menyusul mu" ujar orang itu, menghujam kan belati tajam ke kepala Ciara.
…………………………………
Buuggg..
Bruukkk..
Jasad Ciara di lempar bagai karung beras, mereka melemparkan nya tepat di depan gerbang kediaman keluarga Hong.
"Tubuh ini terasa ringan, tapi kenapa semuanya terlihat transparan, aku pun tak bisa menyentuh benda itu, kenapa ini? ada apa dengan diriku? tidak, itu tidak mungkin, " gumam Ciara mengibas-ngibas kan tangan nya berusaha menyentuh sesuatu.
"Apa itu? bukan kah itu diriku?apa yang terjadi? kenapa aku tergeletak di atas salju yang dingin? mana Bibi? mana Adik? mana paman? mengapa membiarkan ku terbujur kedinginan di luar sana, ?"
"Ini pasti hanya mimpi, karna kalau ini nyata, mereka tak akan membiarkan aku terluka, jangankan terluka, aku memar sedikit saja mereka sudah khawatir, " ujar Ciara yang terus bergumam sendiri dengan terus melayang-layang di atas jasad nya sendiri.
"Kenapa mereka membawa jasad wanita bodoh itu di depan kediaman kita, ?" ujar Mariana.
"Sudahlah Ibu biarkan saja, nanti juga akan ada yang membuang mayatnya, mereka tak akan mau mencium aroma busuk dari jasad wanita bodoh itu, " ujar Sania.
"Putri kita benar Istri ku, jadi lebih baik kita masuk, di luar bersalju, jangan sampai kau kedinginan, " ujar Paman Abra.
Dengan kejam tak berperasaan, keluarga kecil itu membiarkan jasad Ciara tergeletak begitu saja, perlahan hujan salju membesar, hingga jasad Ciara membeku tertimbun salju itu.
"Tidak.. ini.. pasti hanya mimpi, Bibi, Paman, Adik.. kalian dengar aku, aku disini, aku disini, " ujar Ciara terus memanggil keluarga yang meninggalkan jasad nya.
"Ternyata, orang yang aku kira menyayangi ku, adalah orang yang mengharapkan kematian ku, " ujar jiwa Ciara luruh di atas salju yang dingin.
"Tuhan.. jika aku di beri kesempatan untuk hidup kembali, aku mohon Tuhan, ijinkan aku untuk membalas semua rasa sakit ini, "ujar Ciara kembali.
Cetasss..
Jleedeerrr..
Jleedeerrr..
"Aku tau Tuhan, kau mendengar semua ucapan ku, " ujar Ciara.
Jiwa itu terus melayang-layang, jiwa itu terus memperhatikan semua yang terjadi, jiwa itu mendengar semua yang di ucapkan orang-orang yang tak melihat nya, jiwa itu menyaksikan jasad nya terbujur kaku, di bawah guyuran salju dan juga hujan.
"Mars, bagaimana kita bisa ter kelabui kembali? ini bukan sekali Mars, ini sudah kesekian kali, tapi kita tetap tak mengetahui, siapa orang yang melakukan ini, " ujar Pangeran Jordan.
"Maafkan saya Pangeran, disini hanya ada pelayan kecil, dan dia pun telah tiada, " ujar Mars merasa bersalah.
"Ini bukan salah mu, kita disini terlalu lemah, pergerakan kita ada yang membatasi, " ujar Pangeran Jordan.
"Saya merasa tak berguna Pangeran, " ujar Mars.
"Tenanglah seperti biasanya, kita tetap ikuti permainan nya, " ujar Pangeran Jordan.
"Tapi mereka tak bersalah, " ujar Mars.
"Aku tau, lalu.. apakah jasad Istri ku, " ujar Pangeran Jordan tak meneruskan kata-katanya.
"Jasad beliau di lempar di depan kediaman Hong, dan hingga saat ini tak ada yang mengurus jasad itu, " ujar Mars.
"Kenapa seperti itu, ?" tanya Pangeran Jordan heran.
"Tuan Abra hanya Paman angkat Putri Ciara, ada kemungkinan pembunuhan ini sudah di rencanakan, " jawab Mars.
"Jadi.. ini juga termasuk permainan mereka, " tanya Pangeran Jordan.
"Betul Pangeran, " jawab Mars.
"Hmm.. ternyata mereka sekejam itu, bahkan mereka melupakan jasa orang yang telah memberikan mereka hidup, ayo Mars, kita ambil jasad Istri ku, dan kuburkan dia secara layak, " ujar Pangeran Jordan.
"Baik Pangeran, " ujar Mars.
Salju itu terus turun, di iringi gerimis tipis, seakan menandakan langit ikut menangis.
"Apa itu? kenapa dia datang kesini? apa yang akan dia lakukan, ?" ujar Ciara ketika melihat rombongan kereta Pangeran Jordan.
"Kau tak pantas di perlakukan seperti ini Istri ku, mereka pasti akan mendapatkan balasan nya, " ujar Pangeran Jordan mengusap lembut jasad Ciara yang membeku.
"Kenapa.. kenapa.. kenapa malah dia yang perduli padaku? bukan kah dia hanya pria perang yang sangat kejam? tapi ini.. ini.. dia.. hanya dia yang perduli padaku, " ujar Ciara terus memperhatikan setiap tindakan Pangeran Jordan.
"Mars ayo kita kembali, bawa Istri ku, kita kuburkan dengan layak, jangan biarkan dia kedinginan disini, " ujar Pangeran Jordan.
"Baik Pangeran, " ujar Mars.
Salju itu terus turun, mengiringi Ciara ke tempat istirahat terakhir nya, dan Pangeran Jordan.. dengan setia dia melakukan semua proses pemakaman hingga selesai.
Di tatap nya batu nisan yang bernamakan Ciara, Pangeran Jordan mengelus lembut nisan itu, di letakan nya seikat mawar hitam, kemudian dia mencium nisan itu penuh perasaan.
"Aku pergi Istri ku, jika kelak kita di takdir kan bersama kembali, aku ingin hidup bahagia bersama mu, tau kah kau Istri ku?selama satu minggu ini aku terus mengawasi mu, aku tau rasa sedih mu, aku tau rasa kesepian mu, aku tau rasa takut mu ketika akan menikah dengan ku, dan akan aku cari tau seberapa besar mereka telah menorehkan luka padamu, kan ku pastikan juga, mereka akan mendapatkan balasan nya, aku mencintai mu Istri ku, " ujar Pangeran Jordan lirih, dan berlalu pergi meninggalkan pemakaman Ciara beserta jiwa Ciara yang mendengar semua ucapan nya.
"Tuhan.. jika aku telah tiada, mengapa engkau berikan rasa sakit di hati ku, aku sakit mendengar pengakuan nya, aku sakit melihat air mata nya terjatuh untuk ku, aku juga sakit melihatnya melangkah meninggalkan kuburan ku, Tuhan... aku mohon... aku ingin hidup, " ujar Ciara jatuh bersimpuh di atas kuburan nya sendiri.
Ciara akui, selama beberapa hari terakhir, Ciara begitu merasakan takut yang yang amat dalam, Ciara takut mati, Ciara takut tak di Cintai, dan Ciara takut tak di akui, tapi kini.. Ciara mendengar nya sendiri.
Orang yang dia pikir kejam, ternyata adalah orang terbaik, orang yang dia pikir baik, ternyata adalah orang terkejam.
"Tuhan.. aku salah.. aku salah, karna terlalu takut padanya, aku salah karna mendengar rumor yang belum pasti, aku salah karna mengira dia orang kejam, aku salah Tuhan aku salah, " ujar Ciara meratapi semua yang telah terjadi.
"Tuhan, aku ingin hidup kembali.. Tuhan.. aku mohon hidupkan aku kembali, " ujar Ciara terus memohon dalam tangis sesal nya.
Siiuuuttt..
Jleedeerrr..
Jleedeerrr..
Ya.. bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments