Lyana menutup matanya perlahan menikmati ciuman keduanya. Seperti candu aroma mint yang keluar dari nafas Anggara ingin membuatnya tetap menikmati pangutanya.
Kini Lyana mulai berani menyesap bibir milik Anggara. Perlahan mengulumnya lembut. Membuat sesuatu dalam diri Anggara bangkit kembali. Dua tahun pasca bercerai dan satu tahun setelah pernikahan keduanya dengan Lyana. Total tiga tahun sudah berlalu, namun baru sekarang Anggara merasakan desiran hangat ini.
"Hah. Ly, kau benar-benar membuatku tidak.bisa mehanan diri lagi." Tangan Anggara mengusap pipi kanan Lyana kemudian bergerak kedalam menarik leher Lyana lembut. Sorot mata Anggara menginginkan lebih. Lyana tahu itu.
Baru saja Anggara ingin menciumnya lagi. Lyana berbicara.
"Kak aku takut. " Anggara memeluk Lyana dan mengusap punggungnya.
"Aku enggak yakin kalau tadi ciuman pertamamu." Bisik Anggara sambil menyeringgai.
"Ah Kak Gara ! itu bukan ciuman pertama, tapi kedua. " Sanggah Lyana sambil menggelembungkan pipinya. Bibirnya manyun.
"Menggemaskan sekali, ciuman pertama apanya ! Hah. Kau bahkan pandai membalasnya. Tapi buka bibirmu begini. "Anggara mengusap bibir Lyana lagi. Namun langsung di tepis Lyana.
"Iya iya kakak sudah berpengalaman. Apalah dayaku yang lihat orang berciuman cuma dari drakor ."
Anggara tergelak. Jadi gara-gara drakor sialan itu Lyana berani membalas ciumanku.
"Terus.. apa lagi yang kau lihat dari drakor itu kalau habis ciuman." goda Anggara menoel dagu Lyana.
Aaaa drakor sialan ! Lyana menutup wajahnya dengan bantal. Yakin wajahnya sekarang sudah semerah tomat.
"Apa lagi Ly. " Anggara penasaran.
"Aku enggak tahu Kakak. Udah ah ayo kita tidur udah jam sepuluh malam. " Lyana memeluk bantal yang tadi dia pakai mentupi wajahnya .
"Aku belum ngantuk. " Anggara ikut merebahkan diri.
" Pak dokter bilang, kalau tidur diatas jam sepuluh bisa menyebabkan ." kata Lyana menggantung. Anggara memeluknya dari belakang.
Apa ini? Huaaaa jantungku ! Lyana bisa merasakan hembusan nafas Anggara di bahu dan lehernya.
"Teruskan. " Anggara mulai mencium leher Lyana sampai bahu. Di kecup kesana kemari tanpa jeda.
"Kak... " Suara Lyana tercekat. Situasi apa ini. Pandangan matanya mulai meremang diam-diam menikmati sentuhan Anggara.
Suhu ruangan yang tadi dingin kini memanas. Anggara menginginkan lebih dan lebih. Lyana kini sudah berhadapan dengan Anggara namun belum berani menatap matanya.
"Ly, lihat aku. " Deg. Takut Lyana menatap Anggara ragu.
"Apa aku boleh melakukan lebih?"
"Melakukan apa kak?" loading.
"Itu." Anggara bingung menjawab apa namun bibirnya sudah menyambar bibir Lyana, mengulumnya perlahan.
Tanganya mulai bermain di balik piyama Lyana , mengusap punggung perlahan dan klik. Kaitan Bra milik Lyana terbuka. Lyana yang menyadari itu langsung mendelik , namun ciuman Anggara justru semakin dalam. Lidahnya mulai menyapu seisi mulut Lyana kemudian mengulum bibir Lyana lagi lagi dan lagi.
Jemari Anggara menari-nari di atas gundukan kecil itu, memainkan puncaknya yang sudah berdiri tegang. Beberapa kali Lyana merancau tak karuan saat jemari Anggara memilin puncak dadanya. Memutar dan mencubit pelan. Tubuh Lyana semakin belingsatan kesana kemari, suara desahan lolos dari mulutnya. Segera Anggara bius dengan bibirnya lagi dan lagi.
Anggara mulai menggebu tak sabar ingin memakan Lyana. Sesuatu yang dia tahan selama ini ingin segera di tuntaskan. Anggara menyudahi ciuman panasnya dan mulai membuka baju.
"Huaaaa ! Jantungku. Dada bidang yang putih itu, otot-otot perut yang kencang dan seksi. Eh."
"Buka ."
"Apa?"
"Bajumu."
"Hah?"
Loading lagi karena Anggara sekarang ada di depanya sudah membuang baju kesembarang arah. Aroma tubuh Anggara mendominasi indra penciuman Lyana. Wangi.
"Eh apa yang di lakukan." Anggara melucuti pakaian yang dikenakan Lyana satu persatu hingga menyisakan kain yang menutup bagian intinya.
"Aaaaaa ! Bajuku kemana."
Celingukan mencari.
"Kak Gara ngapa-in ." Suara Lyana tercekat . Bulu kuduknya seakan berdiri, Geli. Pandangan Lyana mulai buram namun mulutnya mulai mengeluarkan suara yang membuat Anggara bersemangat.
Langit yang tadi berhias bintang kini tertutup awan hitam, kemudian menjatuhkan airnya ke tanah. Suara rintik hujan terdengar mengenai atap rumah seolah ikut menghangatkan suasana keduanya.
Anggara mengecup kening Lyana. Penyatuan baru akan di mulai. Anggara yang kesusahan menembus dinding surga dunia itu tahu kalau ini yang pertama kalinya untuk Lyana.
"Tahan sebentar ya. " Lyana mengangguk. Setelah menempatkan benda keramat itu pada posisinya Anggara justru menarik dagu Lyana, menyesap bibir itu lembut dan mulai mendorong pelan senjatanya.
Lyana menggigit bibir Anggara menahan perih dibagian intinya. Kedua tangan Lyana meronta ingin mendorong tubuh Anggara di atasnya namun kalah tenaga. Lyana sudah tidak bisa menahanya lagi. Matanya sudah menggenang air yang hampir tumpah. Perih sekali.
Berhasil. Senjata Anggara sudah masuk seluruhnya. Dia melepaskan Lyana dari ciuman yang menggigit
bibir bawahnya. Paham dan itu lah yang diinginkan Anggara dari pada menahan sakit dengan teriak-teriak.
"Maaf." Anggara mengecup kedua mata Lyana yang mulai mengeluarkan air mata.
"Sakit Kak. " ucap Lyana pelan . Anggara mengusap ujung mata Lyana.
"Tahan ya. Aku pelan-pelan." Dia bertumpu pada kedua lutut perempuan di bawahnya yang meringis kesakitan.
Menaikan tempo hentak*nnya perlahan sampai sesuatu keluar dari ujung senjatanya.
"Aaaaaghh ."
Anggara ambruk di cengkeruk leher Lyana. Akhirnya setelah sekian lama senjata itu bisa menembak tepat sasaran. Peluh keringat membasahi tubuh Anggara yang baru merasakan kenikmatan bercinta lagi.
"Terimakasih." Anggara menutupi tubuh indah istrinya dengan selimut. Kemudian memeluk Lyana dari belakang.
Kini mereka bernafas lega, namun beberapa saat kemudian suara ketukan pintu terdengar. Anggara segera memakai bajunya dan berjalan membukakan pintu kamar.
"Mas , Reno panas tinggi. " ucap Bi Nina khawatir.
Anggara dengan tergesa menutup pintu dan menuruni tangga . Reno jarang sakit karena memang Anggara mengatur pola tidur dan makanya dengan baik. Namun kenapa tiba-tiba bisa panas tinggi.
Lyana dibalik selimut mendengar ucapan Bi Nani . Baru ingat bahwa tadi sore Reno mengeluh tenggorokanya gatel.
"Aaaaa bagaimana ini. " Teriaknya pelan tanpa suara.
"Aduh . Sakit. Hiks gimana ini. " Gerakan sedikit saja membuat bagian intinya masih terasa linu.
"Habis kamu Ly ." Lyana menutup wajahnya dengan bantal dan menggulingkan badan kesamping sambil meringis kesakitan.
"Aku harus ngomong apa ke Kak Gara. Ayo berpikir dong." Lyana mengacak rambutnya frustasi. Isi kepalanya sekarang penuh kalimat mana yang dia harus ucapkan pertama kali ke Anggara.
Baru saja satu kalimat ajaib muncul, pintu kamar terbuka. Anggara masuk dan membanting keras pintu berwarna putih itu. Udara seketika berhenti. Tatapan mata Anggara seolah menghujani banyak pertanyaan kepada perempuan yang berada di atas tempat tidurnya.
Deg. Ketakutan Lyana semakin menjadi ketika langkah kaki Anggara mulai mendekat.
"Kau kasih makan apa anaku Ly!!" suaranya lantang.
Anggara marah.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments