"innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un"... Setelah dicek oleh pandi, suaminya Santi
Tangisan pecah dari ibu Ranti, anak laki-laki satu-satunya meninggal dunia,
Pandi bergegas keluar untuk memberi tahu ke RT dan tetangga
"ya Allah,, ko kamu cepet pergi ninggalin emak Lang,, huhuhu.. " tangisan Ranti
Hiks.." emang Abang sakit apa Mak, perasaan kemarin sehat-sehat saja," sambung Santi
"Iyah Mak juga Ndak tau San, tadi pagi masih baik-baik saja, habis sarapan dia langsung ke kamar , sampe kamu datang ngantar lauk pun dia gak denger, apa itu sudah meninggal yah San" pilu Ranti..
Para pelayat datang dan ada yang baca yasin dan membantu proses pemakaman sampai selesai hampir magrib.
Beberapa bulan setelah kepergian Gilang,,
"makk.. Minum Mak,, " rengek jena pada emaknya,
setelah kepergian Gilang ibu Ranti dan sibungsu jena tinggal berdua dirumah itu, bapaknya jena sudah lama meninggal saat jena berusia 2 tahun,
Rumah Santi anak ketiga Ranti berdekatan dengan rumah Ranti, jadi Santi tiap hari bisa melihat ibu dan adiknya yang bungsu.
Huhuhuhu... Jena menangis
"kenapa toh Jen kamu nangis, ini emak kemana lampu rumah mau magrib masih gelap gini sih", ucap Santi masuk rumah emaknya.
Tak, lampu terang sudah..
Sementara jena masih menangis disamping emaknya yang terlelap
"Mak bangun Mak, itu loh si jena nagis terus", ucap Santi sambil berjalan kedapur dan kamar mandi untuk menghidupkan lampu.
"kak jena haus ."pinta jena
"ini minum, " Santi memberikan segelas air putih pada jena,
"Mak, bangun Mak,, mau magrib ini loh Ndak boleh tidur pamali., "
"emak tidur dari kapan Jen,?" tanya Santi
"dari jam setengah 5 kak, jena dari tadi bangunin emak, gk bangun-bangun, jena haus juga minta minum Mak gak bangun" kelas jena sedih
"astaghfirullah.. Gak ya Allah ini pasti salah, Mak.. Bangun Mak .." panik Santi
"kenapa ribut-ribut toh San, ini pintu rumah kebuka magrib" tanya pandi sambil masuk kerumah mertuanya karna mendengar suara berisik.
"Mak bangun.. Mak.." huhuhuh tangis Santi
"kenapa emak, bangunin ini magrib pamali tidur.." jelas pandi sambil mengecek nadi dan ..
"innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un.."
"emakkk....." tangis jena dan Santi
"astaga mana ini mau azan magrib, " panik pandi
"san kamu tunggu disini abang mau kemushola mau kasih tau yang lain ya.. Assalamualaikum.." pamit pandi tergesa
"waalaikumsalam...hiks.." jawab santi
para tetangga berdatangan untuk melayat, kerumah duka..
"yang sabar yah Santi, umur memang gak ada yang tau." ucap Bu Rita tetangga nya
"Iyah Bu, belum lama Abang dan ini ibu.. Hiks. " jawab santi
"emang ibumu sakit apa toh San, perasaan kemarin masih sehat-sehat saja ke warung " sambung Bu Endang ibu RT disana
"ibu Ndak sakit apa-apa kok, tadi pagi saja masih bisa masak didapur, " jawab santi lagi
"mendadak gitu yah kaya abangmu itu"ucap Bu Tati sambil berekspresi ngeri
"ini mau langsung dimakamkan atau gimana pak ustadz " tanya pandi
"sepertinya Ndak bisa kalau langsung dimakamkan, yang biasa gali kubur sedang sakit dan..mendung gerimis ini , khawatir hujan deras "jelas pak ustadz
"ini kita jaga saja jangan putus baca yasin yah.. Insyaallah habis subuh kita lanjut lagi proses nya, "
"kita gantian saja baca yasin nya yah, " imbuh pak ustadz lagi
"berarti ini diinapin toh ustadz " tanya ibu-ibu
Dan pembacaan Yasin berlanjut sampai subuh secara bergantian dan proses pemakaman dilanjutkan sampai selesai
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments