Trauma dan Masa Depan.

Kafetaria kantor sore itu masih ramai. Suara gelas beradu, bunyi sendok mengaduk kopi, bercampur dengan tawa karyawan yang baru saja keluar dari jam kerja. Aroma kopi hitam pekat menyelimuti ruangan, bercampur dengan wangi butter dari croissant yang baru keluar oven.

Di salah satu sudut dekat jendela kaca besar, Jingga sudah duduk dengan wajah sumringah. Ia memainkan sedotan plastik di gelas es cappuccino-nya, sambil sesekali menggerakkan bahu mengikuti lagu pop yang samar terdengar dari speaker kafe.

“Maaf ya, lama?” suara Mahesa terdengar dari belakang. Ia datang sambil menenteng dua paper bag berisi camilan.

Jingga langsung melambai dengan ekspresi ceria. “Nggak, kok. Aku udah akrab sama sedotan ini, tuh liat… “ ia pura-pura bikin sedotan itu berdiri tegak lalu jatuh ke meja. “Dia udah jatuh cinta sama aku.”

Mahesa menggeleng sambil duduk, menaruh paper bag. “Kamu itu bisa banget bikin hal sepele jadi drama.”

“Biar hidup nggak boring, Mas. Lagian aku kan stand-up comedian terselubung.” Jingga menyeringai, lalu mengambil satu paper bag. “Ini apa?”

“Donat isi cokelat. Tadi lewat toko donat, terus aku ingat kalau kamu suka.”

Jingga langsung menepuk tangan. “Yes! Donat adalah jodoh sejati! Tapi jangan khawatir, Mas, aku nggak akan ninggalin kamu cuma karena donat.”

Mahesa tersenyum kecil, menatap gadis itu dengan mata yang jelas penuh sayang. Lalu ia berdehem. “Ngomong-ngomong, aku mau nanya sesuatu yang agak serius.”

“Wah, serem banget nadanya. Jangan bilang mau ngajak aku gabung MLM, ya.”

Mahesa terkekeh. “Bukan. Aku cuma… aku ingin tahu, kapan aku bisa ketemu sama orang tuamu? Aku ingin resmi, Jingga. Aku serius sama kamu.”

Jingga yang tadinya sudah mengunyah donat langsung berhenti sejenak. Ia memandang Mahesa, lalu mencoba tersenyum lagi meski sorot matanya meredup. “Ehmm… Mas… kalau ketemu orang tuaku… kayaknya… belum bisa sekarang.”

“Kenapa?” Mahesa mendesak lembut. “Aku pikir, kalau memang kita sama-sama serius, harusnya nggak ada yang perlu ditunda.”

Jingga menggigit bibir. Dalam hatinya bergemuruh. Ia tahu Mahesa tulus, ia tahu pria itu ingin masa depan jelas. Tapi bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin ia memperkenalkan Mahesa, sedang ia sudah berstatus istri orang… meski pernikahan itu terjadi tanpa restu hatinya, dengan luka yang masih segar di tubuh dan jiwa.

Seandainya saja Savero, bos dingin yang tega merenggut malamnya, tidak melakukan itu, tentu hidupnya akan lain. Ia pasti sudah menjadi istri Mahesa dengan bangga, bukan begini.

“Mas…” Jingga mencoba mengatur napas. Senyum tipis kembali ia pasang, meski matanya sedikit basah. “Kalau kamu memang sayang aku, terimalah aku apa adanya. Tapi… kasih aku waktu setahun. Setahun aja. Setelah itu… kita nikah.”

Jingga ingat kontrak nikahnya dengan Savero selama setahun, artinya setahun lagi ia bebas untuk menikah dengan Mahesa. Soal statusnya yang janda nanti, akan Jingga jelaskan pelan-pelan. Ia yakin Mahesa akan menerimanya.

Mahesa terdiam, menatap wajah ceria yang kini mulai diselimuti kegelisahan. “Setahun?” ia mengulang pelan.

Jingga buru-buru menambahkan, “Iya, Mas. Anggap aja setahun itu periode uji coba. Kayak… KPR rumah kan ada masa tenor. Nah, hubungan kita juga ada tenor. Satu tahun lagi, langsung akad.”

Celetukan itu berhasil membuat Mahesa tersenyum samar. “Kamu memang… selalu bisa bikin hal berat terdengar ringan.”

“Karena aku anaknya positif thinking. Kalau galau terus, bisa-bisa aku berubah jadi sinetron striping yang tiap episode isinya cuma nangis.”

Mahesa akhirnya menghela napas. “Baiklah. Satu tahun. Tapi jangan mundur lagi, ya.”

Jingga mengacungkan jari kelingking. “Janji. Pinky promise.”

Mereka pun saling mengaitkan jari kelingking, lalu tertawa kecil. Suasana yang sempat tegang kembali mencair.

Setelah obrolan serius itu, Mahesa menyinggung soal setoran tabungan Jingga. “Ngomong-ngomong, kamu udah bawa uangnya?”

Jingga mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari tasnya. “Taraaa\~ ini hasil peras keringatku. Jangan-jangan bank KPR nanti sampai bingung kenapa ada cicilan semanis ini.”

Mahesa menerima amplop itu dengan senyum hangat. “Makasih ya, sayang. Kamu udah berjuang banget buat kita.”

Jingga mengangguk mantap. “Apa pun buat masa depan kita. Aku rela, kok. Aku percaya rumah itu bakal jadi tempat paling hangat buat kita berdua. Sama buat kucing kalau nanti kita adopsi.”

Mahesa spontan terbatuk. “Eh, kucing?”

“Iya. Aku kan suka kucing. Lucu-lucu.”

Mahesa buru-buru menggeleng. “No, no, no. Jangan kucing.”

“Kenapa? Kamu nggak suka?”

Pria itu memandang ke arah lain. “Bukan nggak suka… tapi aku fobia kucing.”

Jingga langsung melotot, lalu menahan tawa. “Serius, Mas? Yang badannya tinggi gede gini, takut sama meong?”

Mahesa garuk kepala, agak malu. “Bukan takut… lebih ke… panik. Jadi kalau kamu bawa kucing, siap-siap aja aku lari duluan.”

Jingga ngakak sampai tepuk meja. “Astaga! Masa cowok takut sama makhluk imut dan tak berdosa itu?”

Mahesa ikut terkekeh. “Ya bukan aku aja sih… aku pernah denger, katanya Pak Savero juga fobia kucinga… dia bisa keringetan dingin cuma gara-gara ketemu kucing di parkiran.”

Jingga melongo, “Hah? Yang bener?… Pantes aja mukanya sering ditekuk. Ternyata banyak ketakutan terpendam. Kasian, ya. Dia butuh pelukan kucing imut biar sembuh.” Jingga menirukan suara kucing, membuat Mahesa makin tertawa.

“Bukan itu aja, Pak Bos katanya juga banyak fobianya. Fobia tempat sempit, fobia kotor… “

“Fobia kotor?” Ulang Jingga, pikirannya melayang, lalu senyum jahil terbit dibibirnya.

Suasana pun mencair lagi. Mereka ngobrol ringan sampai senja merayap di balik jendela kaca kafe.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sepulang kerja, Mahesa mengajak Jingga ke apartemennya. Gedung itu menjulang, lampu-lampu koridor mulai menyala. Begitu masuk, Jingga langsung menaruh tasnya di sofa, lalu menggulung lengan kemeja.

“Dapur mana, Mas? Aku mau pamer skill memasak dadakan.”

Mahesa menunjuk dapur kecil di pojok. “Kamu yakin? Jangan sampai aku jadi korban percobaan racun.”

“Tenang, Mas. Aku punya jurus rahasia, bumbu instan!” Jingga mengangkat sachet bumbu mi instan dengan gaya seperti pahlawan super.

Mahesa sampai geleng-geleng kepala, tapi membiarkannya. Ia duduk sambil memperhatikan Jingga yang sibuk di dapur. Suara panci beradu, wangi bawang putih tumis mulai mengisi apartemen.

Tak lama, mereka duduk berdua di meja makan mungil. Hidangan sederhana tersaji: nasi goreng, telur dadar, dan sop sayur.

Mahesa mencicipi. “Hm… lumayan juga.”

“Lumayan? Itu pujian apa kritik terselubung?”

“Pujian. Serius. Aku nggak nyangka kamu bisa masak seenak ini.”

Jingga tersenyum lebar, lalu pura-pura sombong. “Jangan kaget kalau nanti aku buka restoran sendiri. Namanya, Warteg Jingga… spesialis nasi goreng cinta.”

Mereka pun makan sambil bercanda. Selesai makan, Mahesa merapikan piring sementara Jingga merebahkan diri di sofa.

“Ayo nonton film horor. Aku download yang baru.” Mahesa mengangkat remote.

“Ya ampun, Mas. Kamu kan takut horor.”

“Makanya nonton sama kamu. Kalau serem, tinggal peluk kamu.”

Jingga tertawa renyah. “Alibi licik.”

Film pun diputar. Sesekali Jingga menjerit kecil pura-pura, lalu langsung menakuti Mahesa dengan menggertak “Boo!” Mahesa yang memang gampang kaget reflek memeluk Jingga erat.

“Hahaha! Mas, serius deh, kalau kamu ikut lomba penakut nasional, pasti juara satu.”

Mahesa pura-pura cemberut. “Yaudah, kalau gitu aku peluk kamu terus biar nggak takut.”

Dan benar saja, ia kembali merapatkan tubuh, memeluk Jingga erat. Gadis itu terdiam sejenak, tapi membiarkan. Hatinya hangat, karena ia tahu Mahesa tulus.

Tak lama, Mahesa menatap wajahnya, lalu mencium bibir Jingga perlahan. Awalnya Jingga kaget, tapi ia larut dalam ciuman itu. Dunia seakan berhenti, hanya ada kehangatan.

Namun ketika Mahesa mulai menidurkan tubuh Jingga di sofa, tangannya perlahan membuka kancing blus Jingga…

seketika bayangan malam kelabu itu datang. Malam ketika Savero memperkosanya tanpa ampun. Ingatan itu menghantam keras.

Jingga tersentak, matanya melebar panik. Nafasnya tercekat. Dengan kasar ia mendorong Mahesa hingga pria itu jatuh ke lantai.

“Jingga! Apa-apaan ini?” suara Mahesa meninggi, marah sekaligus bingung.

Jingga gemetaran, tubuhnya bergetar hebat. “Ma… maaf…” ia cepat-cepat merapatkan kancing blusnya. Air mata hampir jatuh. “Aku… aku belum siap…”

Mahesa berdiri, wajahnya tegang. “Belum siap? Kita sudah dua tahun pacaran, Jingga. Kita mau menikah. Apa salahnya kalau kita… melakukannya?”

Jingga menunduk. Senyumnya yang ceria sepanjang hari lenyap. “Maaf, Mas… aku belum bisa.”

Keheningan menekan ruangan. Mahesa menatap lama, rasa kesal jelas menguasainya. Tapi begitu melihat Jingga benar-benar gemetar, ia menahan diri. Napasnya berat, lalu ia duduk kembali di samping Jingga.

“Baiklah.” suaranya merendah. “Aku akan tunggu sampai kamu siap.”

Jingga menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tahu, pria di sampingnya itu begitu sabar. Tapi luka dalam dirinya masih terlalu dalam.

Dan untuk pertama kalinya malam itu, Jingga yang selalu penuh canda… diam.

(Bersambung)…

Terpopuler

Comments

Nuriati Mulian Ani26

Nuriati Mulian Ani26

bagusss ceritanya

2025-10-24

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Jahanam.
2 Sah Menikah, Tanpa Pesta, Tanpa Rasa.
3 Di Balik Cerianya Jingga.
4 Trauma dan Masa Depan.
5 Dua Pribadi yang Jauh Berbeda.
6 Memo Potongan Gaji.
7 Jingga, si Ceria yang Babak Belur…
8 Savero yang Mulai Penasaran…
9 Mereka yang Tanpa Sengaja Selalu Bersama…
10 Suami Istri Rahasia yang Kompak…
11 Perhatian yang Mulai Teralihkan…
12 Perhatian Kecil Dari Si Kulkas.
13 Savero yang Mencari Tahu…
14 Mulai Kagum…
15 Maafkan Aku, Jingga.
16 Savero yang Mulai Berperasaan…
17 Jarak yang Mulai Menipis.
18 Mulai Akrab…
19 Mertua…
20 Uang Nafkah…
21 Dikhianati Berulang Kali…
22 Salah Paham…
23 Balasan Jingga…
24 Gosip Miring…
25 Makeover Jingga…
26 Jingga yang Berubah…
27 Savero yang Terpesona…
28 Trauma Masa Kecil…
29 Kondisi Berbalik…
30 Jingga dan Rencana Busuk Mahesa…
31 Restu Dari Savero.
32 Nisa si Teman Sejati…
33 Reuni…
34 Pembalasan Jingga…
35 Pelukan Hangat…
36 Hampir Saja…
37 Lamaran Mahesa…
38 Suami yang Cemburu…
39 Jurus Menghadapi Calon Mertua Narsis Ala Jingga…
40 Lidya yang Kebakaran Jenggot…
41 Ciuman dan Salah Paham…
42 Rapat Dadakan Gara-gara Cemburu…
43 Bulan Madu…
44 Antara Savero, Jingga, Mahesa, dan Lidya…
45 Lidya Hamil…
46 Konsekuensi Kehamilan Lidya…
47 Diam-Diam Sama-Sama Takut Kehilangan…
48 Pura-pura Survei…
49 Kamar Untuk Honeymoon
50 Ciuman Pertama Mereka…
51 Dua Pasangan Beda Kisah…
52 Suami yang Pengertian…
53 Tak Semulus yang Diinginkan…
54 Dua Pasangan Beda Nasib…
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Malam Jahanam.
2
Sah Menikah, Tanpa Pesta, Tanpa Rasa.
3
Di Balik Cerianya Jingga.
4
Trauma dan Masa Depan.
5
Dua Pribadi yang Jauh Berbeda.
6
Memo Potongan Gaji.
7
Jingga, si Ceria yang Babak Belur…
8
Savero yang Mulai Penasaran…
9
Mereka yang Tanpa Sengaja Selalu Bersama…
10
Suami Istri Rahasia yang Kompak…
11
Perhatian yang Mulai Teralihkan…
12
Perhatian Kecil Dari Si Kulkas.
13
Savero yang Mencari Tahu…
14
Mulai Kagum…
15
Maafkan Aku, Jingga.
16
Savero yang Mulai Berperasaan…
17
Jarak yang Mulai Menipis.
18
Mulai Akrab…
19
Mertua…
20
Uang Nafkah…
21
Dikhianati Berulang Kali…
22
Salah Paham…
23
Balasan Jingga…
24
Gosip Miring…
25
Makeover Jingga…
26
Jingga yang Berubah…
27
Savero yang Terpesona…
28
Trauma Masa Kecil…
29
Kondisi Berbalik…
30
Jingga dan Rencana Busuk Mahesa…
31
Restu Dari Savero.
32
Nisa si Teman Sejati…
33
Reuni…
34
Pembalasan Jingga…
35
Pelukan Hangat…
36
Hampir Saja…
37
Lamaran Mahesa…
38
Suami yang Cemburu…
39
Jurus Menghadapi Calon Mertua Narsis Ala Jingga…
40
Lidya yang Kebakaran Jenggot…
41
Ciuman dan Salah Paham…
42
Rapat Dadakan Gara-gara Cemburu…
43
Bulan Madu…
44
Antara Savero, Jingga, Mahesa, dan Lidya…
45
Lidya Hamil…
46
Konsekuensi Kehamilan Lidya…
47
Diam-Diam Sama-Sama Takut Kehilangan…
48
Pura-pura Survei…
49
Kamar Untuk Honeymoon
50
Ciuman Pertama Mereka…
51
Dua Pasangan Beda Kisah…
52
Suami yang Pengertian…
53
Tak Semulus yang Diinginkan…
54
Dua Pasangan Beda Nasib…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!