Lolita benar-benar malu setengah mati. Ternyata aksinya yang pura-pura tersandung tadi, disadari oleh Wira.
"Mau taruh mana muka ku ini, mana besok ketemu lagi sama Pak Wiro sableng itu!" Lolita mengacak rambutnya hingga terlihat berantakan.
"Kamu kenapa Dek?" Wanita yang tak lagi muda namun masih terlihat begitu cantik mendekati Lolita dengan membawa minuman coklat hangat.
"Kayaknya Tata stres deh Mi"
"Apa, kamu stres? Jangan dulu dong Dek, baru juga mau skripsi, minimal selesaikan dulu skripsinya!" Sahut seorang pria yang tiba-tiba ada di pintu kamar Lolita.
"Abang, jangan ganggu Adikmu!" Tegur Lia.
"Tau tuh Mi, resek banget jadi orang!" Lolita melirik Kakaknya dengan tajam.
"Makanya, nurut apa kata Abang, kan waktu itu Abang bilang, kamu nikah aja biar nggak pusing bikin skripsi. Mau Abang kenalin sama teman Abang, masih ada yang jomblo loh Dek?"
"Dih nggak mau, pasti teman Abang bujang lapuk kaya Abang. Sok-sokan kasih saran aku menikah, Abang aja belum menikah sampai karatan kaya gitu. Muka sih ganteng, tapi nggak laku!" Cibir Lolita pada Kakaknya yang selalu mencari gara-gara kepadanya itu.
"Abang itu bukannya nggak laku, tapi Abang belum menemukannya yang pas!!"
Wanita paruh baya yang ada di sana hanya tersenyum melihat tingkah kedua anaknya karena selalu saja berdebat meski mereka sudah dewasa. Bahkan anak bujangnya itu sudah berumur tiga puluh satu tahun.
"Ck, banyak alasan!" Lolita tak percaya.
"Benar kata Adikmu Rey, kapan kamu mau menikah? Kamu sudah cukup umur loh Rey, kamu nggak mau kasih Mami sama Papi cucu? Nanti keduluan adik kamu loh!"
"Dia? Bocil kaya gini mau menikah lebih dulu? Yang ada kasihan suaminya, ngemong bocil!" Cibir Reyhan pada adiknya sendiri.
"Abanggg!!" Lolita melempar bukunya pada Kakak satu-satunya itu. Lolita merasa muak karena setiap hari harus mendengarkan ocehan Abangnya yang selalu saja menghinanya sebagai bocil.
Reyhan yang sudah puas menggoda adiknya langsung pergi dari kamar itu. Dia juga lebih baik pergi dari sana untuk menghindari Maminya yang terus mendesaknya untuk menikah dan segera memiliki anak.
Dia bukannya tak ingin menikah, namun dia memang belum menemukan wanita yang cocok dihatinya. Lagipula teman-temannya juga ada yang belum menikah, jadi dia merasa tak perlu buru-buru meski umurnya sudah tiga puluh satu tahun.
"Di mana Bro?" Reyhan menerima panggilan telepon dari temannya.
"......."
"Oke gue ke sana!"
Reyhan, pria dewasa yang sudah cukup matang untuk menikah dan masih betah melajang itu langsung menuju tempat yang ditunjukkan oleh temannya.
Sebuah cafe yang menjadi tempat mereka biasanya berkumpul. Cafe milik salah satu sahabat dari Reyhan.
"Baru kelihatan aja nih?" Ucap Dafa begitu Reyhan datang.
"Sorry, gue baru balik dari luar kota tadi pagi. Kerjaan gue padat banget!" Reyhan langsung duduk di samping Dafa. Sementara dua sahabatnya yang lain ada didepannya, sementara si pemilik Cafe saat ini sedang berjalan menuju ke arah mereka.
"Tadi kayanya ada hal yang penting, apa emangnya?" Tanya Reyhan pada ketiga temannya.
"Tuh yang punya kabar penting!" Dafa menunjuk Si pemilik Cafe yang kini duduk di samping Reyhan.
"Apaan?" Reyhan bertanya pada si pemilik Cafe namun pria itu hanya diam dan seolah enggan memberi tahu Reyhan.
"Dia udah mau nyusul Dafa nikah!" Ucap Riski yang duduk di hadapan Reyhan.
"Beneran? Sama yang itu?" Reyhan seolah tau siapa wanita yang akan menikah dengan salah satu sahabatnya itu.
Rayhan dan pemilik Cafe itu memang berteman sejak mereka kuliah di luar kota. Namun saat Reyhan kembali ke Jakarta, pria itu masih bertahan di luar kota, hingga dua tahun yang lalu pria itu kembali.
Tapi mereka jarang bertemu karena Reyhan sibuk dengan perusahan Papanya dan pria itu mengurus bisnis keluarganya.
"Hmm" Jawab pria dingin itu.
"Wihh, akhirnya lo nikah juga setelah dua tahun sama dia. Selamat Bro" Reyhan menepuk baju pria di sampingnya itu.
"Masih menunggu dia lulus kuliah. Paling beberapa bulan lagi" Akhirnya pria itu membuka suaranya.
"Tapi hebat juga dia, bisa ajak es batu kaya lo menikah" Entah Reyhan itu sebenarnya memuji atau menghina.
"Tuh dia orangnya datang!" Riko membuat semua yang ada di sana menatap ke arah datangnya seorang wanita cantik dengan postur tubuh yang menggoda.
"Hah sayang" Sapa wanita itu pada si pemilik Cafe.
****
Semalaman Lolita benar-benar tak bisa tidur, dia menyiapkan semua yang akan dia bawa ke hadapan Wira. Karena masih ada mata kuliah yang belum selesai, maka Lolita masih ada jadwal kuliah meski dia sudah mulai menyusun skripsi. Namun mata kuliahnya tentu tak sepadat semester sebelumnya.
"Kenapa sih, jam kuliah Pak Wira harus pagi terus? Apa nggak pernah bangun siang orang itu?" Keluh Lolita pada sahabatnya ketika mereka duduk di depan kelas.
"Dia itu, Laki-laki yang disiplin dan tepat waktu. Orangnya nggak pernah buang-buang waktu. Pasti hidupnya teratur banget" Sahut Dara, fans sejati Wira.
"Kaya tau banget kamu sama kehidupan dia"
"Ya emang aku tau, semua tentang Pak Wira aku tau"
"Bohong, buktinya kamu nggak tau kalau Gina pacarnya Pak Wira bahkan mereka sudah mau menikah!" Cela Lolita hingga membuat Dara nyengir karena malu.
"Ya kecuali itu, Pak Wira tertutup banget kalau soal pacarnya. Baru kemarin juga pacar Pak Wira datang ke sini. Eh tapi beneran, Pak Wira udah mau menikah sama teman kamu itu?" Kalau sampai itu terjadi, hari Wira menikah pasti akan menjadi hari patah hati di kampus mereka.
"Kemarin aku dengar sendiri waktu ke ruangan Pak Wira. Mereka sedang menyiapkan pernikahan mereka"
"Whaattt?" Dara tak bisa menahan keterkejutannya.
"Nggak, nggak bisa. Kalau masih pacaran sih nggak papa. Tapi kalau menikah, kaya sayang aja Pak Wira dapat wanita kaya Gina itu"
"Emangnya kenapa? Kalau dia suka ya biarin aja, biar kapok sana nikah sama pembully!!" Lolita benar-benar tak peduli kalau Wira menikah dengan siapapun.
"Eh tapi beneran kamu nggak papa kalau orang yang bully kamu dapat Pak Wira?"
Lolita langsung terdiam. Kalau dipikir-pikir, Wira tak terlalu buruk sebagai seorang pria. Tapi kalau Gina yang menjadi pasangannya, Lolita merasa Wira terlalu bagus untuk Gina.
"Menurut kamu, gimana kalau Pak Wira tau masa lalu Gina yang jadi tukang bully di sekolah kamu dulu?" Tanya Dara lagi.
"Tau ah, aku nggak peduli. Si Wiro Sableng mau menikah sama Gina atau yang lainnya aku nggak peduli! Nggak peduli!!" Tekan Lolita lagi dengan tegas dan keras.
"Siapa yang kamu sebut Wiro Sableng?"
*
*
Nanti sore otor tambah up 2 episode yaa😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Agnezz
Nah lo pak Wira ada dibelakangmu Lolita, dia dengar apa yg kamu omong. 🤣🤣🤣 eh gak Pak itu tokoh pendekar sableng yg di film yg saya maksud, kata Lolita sambil nyengir.
kak Shanti jangan lupa novel Zahra-Juna, Safa-Lingga diselesaikan dulu, biar gak gantung. tanggung banget udah menuju happy ending.
2025-09-08
0
Jumi🍉
Ini temennya Rey si Wira kan, seumuran dan udah mau nikah juga...kok bisa sih kepincut sama Gina, tapi yang namanya jodoh gak ada tau kedepannya bisa jadi tinggal rencana, dipersimpangan jalan beda haluan ketikung Lolita.🤣
2025-09-08
0
partini
Wiro sableng ga tuh,,ihhh gumussss aku ma loli aku baca sinopsisnya ngerasa dia tuh apes Mulu dari masa abu" di bully nikah ketauan dia yg menjebak si dosen
pula nes nes kamu lol
2025-09-08
0