BAB. 4

Setelah proses penukaran oleh sistem itu selesai, Warren merasa seluruh tubuhnya panas. Tapi, kejadian itu tidak berlangsung lama karena di menit selanjutnya, tubuhnya bahkan terasa begitu ringan.

Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, Warren segera memindai seluruh tubuh dari Nyonya Wulandari dari ujung kepala sampai ujung kaki.

[Penyakit jantung terdeteksi]

[Level sedang]

[Rekomendasi pengobatan dengan pil penyembuhan seribu penyakit]

Mendengar semua yang dideteksi oleh sistem, berdasarkan mata medis luar biasa Warren. Warren pun mengerti sekarang. Kondisi nyonya Wulandari memang cukup parah.

'Apa untuk mendapatkan obat itu aku bisa melakukan opsi penukaran?' tanya Warren dalam hatinya pada sistem.

[Tentu saja, butuh 100 barang emas untuk menukar 5 pil penyembuhan segala penyakit]

'Tukar' kata Warren dalam hatinya tanpa pikir panjang karena dia merasa kalau, nyonya Wulandari emang harus segera mendapatkan obat itu.

[Penukaran selesai, ulurkan tangan tuan rumah]

Warren pun segera mengeluarkan telapak tangannya menengadah ke atas.

[Ting]

Dan tiba-tiba saja muncul satu buah benda unik yang terbuat dari giok berbentuk seperti sebuah guci kecil. Dan di dalamnya ada pil berwarna putih pekat.

Warren segera mengambil satu butir pil. Dan memasukkannya ke dalam mulut Nyonya Wulandari.

"Uhukk uhukk!"

Tak lama setelah itu, nyonya Wulandari terbangun. Dan terbatuk-batuk.

Ratna, dia juga tidur di dekat ibu mertuanya itu langsung bangun. Sementara Warren, segera berpura-pura tidur.

"Ibu, ibu kenapa?" tanya Ratna sangat cemas.

Tapi pada akhirnya, saat melihat wajah ibu mertuanya yang sudah tidak pucat lagi. Ratna pikir, ibu mertuanya tidak kenapa-kenapa. Mungkin hanya haus. Jadi, Ratna pun segera mengambilkan air minum untuk ibu mertuanya itu.

Setelah minum, kondisi nyonya Wulandari berangsur membaik.

Tapi, kemudian wanita tua itu pun menangis. Mengingat apa yang terjadi secara tiba-tiba di keluarganya yang tadinya sangat damai dan sejahtera selamat puluhan tahun.

"Keluarga ini sudah melibatkan kalian dalam masalah" lirih wanita tua itu sambil menangis.

Warren yang memang hanya berpura-pura tidur mendengar semua itu. Dan dia di kehidupan modern adalah seorang yatim piatu yang tidak memiliki siapapun. Mendengar seorang ibu, yang begitu peduli kepada menantunya rasanya dia menjadi sangat simpati dan kasihan.

"Ibu jangan bicara seperti itu. Ratna dan Dinda yang lain, sudah menjadi bagian dari keluarga Kusumanegara. Hidup kami adalah anggota keluargaku semua negara bahkan mati pun kami adalah anggota keluarga Kusumanegara" ujar Ratna.

Wanita yang merupakan menantu pertama dari kediaman Kusumanegara itu memang sangat baik hati. Sangat santun dan lembut orangnya.

"Ibu jangan menangis, kita pasti bisa melewati semua ini! dan lihat siapa yang ada di samping ibu!" kata Ratna menunjuk ke arah Wiratama yang sedang tertidur sambil meringkuk di sampingnya.

"Wira" nyonya Wulandari sangat terkejut.

Tapi, terlepas dari rasa terkejutnya itu nyonya Wulandari merasa sangat senang karena melihat putra ketiganya masih hidup setelah tadi pagi diberi racun oleh para petugas itu.

"Dia masih hidup, Gusti terimakasih" ujarnya merasa begitu bersyukur.

Ya, padahal kalau dipikir-pikir apa yang dialami di kediaman Kusumanegara ini benar-benar sangat mengenaskan. Akan tetapi, melihat salah satu putranya yang tadi pagi di racun masih hidup, nyonya Wulandari bahkan merasa begitu bersyukur dan merasa dia memiliki harapan hidup lagi. Setelah dirinya sempat putus asa dan tidak berharap untuk bisa hidup lebih lama lagi.

"Ibu, kita pasti bisa melewatinya ini. Ibu juga masih ada Ajeng, masih ada Ken Rinasih. Dan ada Wira. Kita harus bisa melewati semua ini demi mereka" kata Ratna.

Nyonya Wulandari memeluk menantu pertamanya yang memang memiliki pemikiran yang sangat bijaksana itu.

**

Pagi menjelang, petugas yang diutus untuk menyita seluruh barang-barang di kediaman Kusumanegara sudah datang pagi-pagi sekali.

Bahkan mereka memaksa semua anggota keluarga yang masih tersisa di kediaman ini untuk berpakaian layaknya rakyat jelata dengan tingkat kehidupan yang sangat sangat rendah. Tingkat yang paling rendah di kerajaan Suranegara ini.

Hanya kain yang berbahan sangat tipis juga atasan yang benar-benar hanya satu lapisan yang sangat tipis.

"Kalian harus keluar dari kediaman ini sekarang juga. Dan tunggu prajurit yang akan mengawal kalian ke desa Pacang Jati datang"

Bahkan petugas dari istana itu pun mendorong dengan sangat kasar Ratna dan yang lainnya keluar dari kediaman Kusumanegara.

"Mereka benar-benar kejam. Setidaknya sebelum para prajurit yang akan mengawal kita datang. Kita diperbolehkan menunggu di dalam. Apa iya harus di luar gerbang seperti ini!" keluh Dewi Lestari.

Brakk

"Aduh" Pekik Ken Rinasih.

Semua terkejut, ketika mereka melihat beberapa tetangga yang mayoritas adalah rakyat jelata melempari mereka dengan berbagai barang. Ada yang melempari dengan sandal rusak, dan ada yang melempari dengan batok kelapa, sabut kelapa dan ada yang melempari mereka dengan tanah dan pasir.

"Dasar pengkhianat!"

"Rakyat di cekik dengan pajak. Kalian menikmati hidup mewah!"

"Matii saja kalian!"

"Dasar pengkhianat!"

Warren sambil berjongkok di belakang Ken Sulastri, mengamati orang-orang yang melakukan pelemparan kepada keluarganya itu satu persatu.

'Sungguh orang-orang tidak tahu terimakasih. Ayah dan kakakku berjuang di medan perang. Demi membebaskan kalian dari kerja paksa orang-orang jahat yang akan menjajah kerajaan ini. Tapi, kalian malah memperlakukan keluarga dari orang-orang yang membela kalian seperti ini. Jika kalian nanti kehidupannya lebih sulit, aku tidak akan membantu kalian!' batin Warren.

Warren sungguh-sungguh sudah mendalami perannya sebagai Wiratama. Dia merasa perasaan yang dirasakan saat ini adalah perasaan Wiratama yang sangat kecewa kepada warga sekitar rumahnya yang dulu kerap kali dibantu oleh ayahnya, saat mereka sedang kelaparan. Atau jika mereka mengalami masalah dengan orang luar.

"Hentikan!"

Suara seorang prajurit dengan tombak di tangannya membuat para pelempar itu berhenti dan pergi meninggalkan tempat itu.

"Kalian berkumpul kemari!" kata kepala prajurit itu.

Ratna dan yang lain pun menghampiri prajurit itu.

"7 orang kan?" tanyanya.

"Kepala prajurit Arga! ada seorang laki-laki!" kata Simin, salah seorang prajurit menunjuk ke arah Warren.

"Bukankah semua anggota laki-laki di kediaman Kusumanegara ini sudah dieksekusi? apa kalian menyembunyikan..."

Brukk

Ratna, nyonya Wulandari, Ken Sulastri dan Kartika Sari langsung berlutut.

"Tolong ampuni dia tuan prajurit. Dia adalah putra ketiga ayahanda Kusumanegara yang dikenal bodohh. Dia memang sudah 18 tahun, tapi dia tidak lebih pikirannya seperti anak usia 5 tahun. Tolong ampuni dia tuan!" kata Ratna memohon.

Kepala prajurit Arga, lantas mendekati Warren. Dia memang pernah mendengar, kalau salah satu putra perdana menteri Kusumanegara memang terlahir bodohh.

"Siapa namamu?" tanya Kepala prajurit Arga.

Warren lantas ikut berlutut, dan menarik lain yang di pakai oleh Ratna.

"Kakak, apa itu nama? apa bisa dimakan?" ucapnya bertanya pada Ratna.

Melihat itu, Kepala prajurit Arga mendengus kasar.

'Dasar bodohh, dia adalah satu-satunya laki-laki tersisa di kediaman ini. Percuma kalau bodohh begini. Sangat disayangkan, perdana menteri Kusumanegara yang baik hati itu. Berakhir seperti ini!' batin kepala prajurit Arga yang seperti ikut sedih dengan apa yang terjadi pada keluarga ini.

***

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!