Flashback
Seorang anak perempuan 11 tahun turun dari mobil yang membawanya. Ia menatap mansion mewah yang kini ada di depannya.
"Ayo, Asmara. Kita masuk."
Asmara menatap ayahnya.
"Apa ayah bekerja di sini?"
Pak Alan mengangguk mengiyakan pertanyaan putranya.
"Mulai sekarang Mara akan tinggal di sini agar ayah bisa menjaga Mara."
"Kenapa Mara tidak bisa ikut bersama ibu, Yah?"
Pak Alam tersenyum. Ia maklum, mungkin anaknya masih belum bisa menerima kepergian sang ibu seminggu yang lalu.
"Kita sudah tidak bisa bertemu ibu lagi, Sayang. Ibu sudah berada di tempat yang jauh dari kita."
Asmara diam. Bukannya tak paham, tapi ia masih sedih karena ditinggal wanita yang paling ia cintai, ibunya.
"Nanti, Mara akan menjadi teman dari Tuan Muda. Mara harus menemani dia terus, mengerti?"
Sebenarnya, Asmara sedikit tak paham. Tapi ia tetap mengiyakan ucapan ayahnya.
Saat masuk, Tuan Besar Dirga Pramadana dan putranya sudah menunggu di ruang tamu.
"Tuan, saya sudah membawa Asmara untuk tinggal di sini."
"Ini putrimu, Pak Alan?"
Pak Dirga tersenyum pada Asmara.
"Mara, beri salam pada Tuan Pramadana." Pak Alan berbisik pada putrinya.
Asmara meraih tangan besar Pak Dirga untuk dicium. Setelah melepasnya, mata Asmara tak sengaja bertemu dengan manik gelap anak laki laki yang kini berdiri di samping Pak Dirga.
"Asmara, yang di samping Tuan Dirga itu adalah Tuan Muda Gala."
"Halo, salam kenal. Saya Asmara Candrima."
Kali ini Asmara hanya melambaikan tangan juga tersenyum manis. Tapi Gala hanya mengangguk. Tatapan datarnya terus mengarah pada Asmara sejak gadis itu sampai di depan ayahnya.
"Asmara, mulai sekarang kau harus selalu menemani Gala, ya."
Pak Dirga menepuk kepala gadis seumuran anaknya itu pelan.
"Baik, Tuan."
"Papa, aku mau main di kamarku saja."
"Ya sudah. Jangan lupakan makan siangmu."
"Hm."
"Asmara, temani Tuan Muda Gala."
"Iya, ayah." Asmara mengangguk pada ayahnya sebelum mengikuti langkah tuan mudanya.
Pak Dirga menatap punggung Gala dan Asmara yang kini sudah menjauh.
"Pak Alan. Antar saya ke kantor. Saya harus bertemu dengan klien."
"Iya, Tuan."
~·~
Di kamar Gala, Asmara hanya duduk di samping remaja laki-laki yang tengah memainkan play stationnya.
Ia duduk dengan jarak satu rentangan tangan dari Gala. Tak berani duduk terlalu dekat dengan sang Tuan Muda.
"Kau bisa main PS?"
"E-eh?" Asmara terkejut, dikiranya Gala tak akan mau mengajaknya berbicara.
"Aku butuh lawan untuk game ini."
Asmara menatap layar 42 inch di depannya. Benar ucapan Gala. Game yang sekarang akan dimainkan memang harus dimainkan oleh dua orang sebagai lawan.
"I-iya. Saya bisa, Tuan Muda."
Asmara meraih stick yang disodorkan Gala di depannya.
"Jangan terlalu formal padaku dan jangan panggil aku 'Tuan Muda'. Panggil Gala saja."
"T-tapi.."
"Jangan membantahku."
"Ah. B-baik, Tu.. Gala."
Gala tersenyum tipis. Dan mereka pun mulai memainkan game nya.
Setelah 3 ronde memainkan game yang sama. Gala membanting stick nya. Ia kesal ternyata Asmara lebih jago dan selalu menang.
"Bagaiman bisa kau lebih jago dariku?!"
"Ah, m-maaf, Tuan Muda."
"Sudah ku bilang untuk tidak memanggilku 'Tuan Muda'. Dan juga kenapa minta maaf? Aku malah takjub karena baru kali ini bertemu dengan orang yang lebih jago dariku."
"I-iya, Gala."
"Apa kau takut padaku?"
"T-tidak, Gala."
"Kenapa ucapanmu terbata seperti itu?"
"Eh.. itu.. aku hanya belum terbiasa."
"Huuh.. aku lelah setelah dikalahkan tiga kali."
Asmara tersenyum tipis. Ia kira Tuan Mudanya ini angkuh dan sebagainya mengingat tatapan datar Gala diawal tadi.
Asmara melihat ke arah jam dinding di atas televisi. Pukul 11.50.
"G-gala."
"Ya. Kenapa?"
"Tadi Tuan bilang agar kau tidak lupa makan siang. Sekarang, ayo turun! Kau harus makan siang."
Gala melirik jam dinding.
"Malas, ah. Kau saja yang makan."
"Aku tidak akan makan jika Gala tidak makan."
Gala diam. Tiba tiba muncul ide di kepala Asmara.
"Ku ambilkan ya? Tapi kau harus makan."
"Terserah."
20 menit kemudian Asmara kembali ke kamar Gala membawa sepiring nasi, beberap lauk, dan dua gelas jus.
"Gala, ayo makan! Aku sudah membawakannya untukmu."
Gala hanya duduk dan memandang makanan yang dibawa Asmara tanpa minat.
"Ayo, makan! Atau mau ku suapi?"
Asmara sudah berpikir jika Gala akan mengusirnya keluar karena ribut menyuruhnya makan, tapi nyatanya Gala berpindah duduk di depannya dan membuka mulutnya.
Sedikit kaget, tapi Asmara senang. Ia pun mulai menyuapi si tuan muda.
"Kau tidak mengusirku?"
Gala menghentikan kunyahannya sesaat.
"Kau mau ku usir?"
"A-ah.. bu-bukan begitu. Ku fikir Kau akan mengusirku karena terus menyuruhmu untuk makan."
Gala diam sebelum senyum tipis menghias di bibir tebalnya. Tatapannya terpaku pada manik polos Asmara.
"Kau seperti mendiang ibuku. Selalu cerewet saat aku menolak makan. Dan akan berakhir aku disuapi..seperti sekarang."
Sekarang Asmara yang terdiam.
"Kenapa jadi diam? Suapi aku lagi."
Kesadaran Asmara seperti baru kembali ke dunia. Ia mengangguk dan menyuapi Tuan Mudanya lagi.
~·~
Makan malam berlangsung tenang. Setelah selesai dengan makanannya, Gala menatap sang ayah mencoba memberanikan diri untuk mengatakan keinginannya.
"Ayah."
"Ya, Gala?"
"Aku punya permintaan pada ayah."
"Apa? Asal tidak aneh-aneh, pasti akan ayah beri."
"Aku ingin Asmara pindah sekolah ke sekolahku mulai besok."
Dan esoknya, Asmara benar-benar pindah ke sekolah Gala.
Gala terus menggandeng tangan Asmara melewati koridor kelas tanpa peduli berbagai tatapan dari para penghuni sekolah.
Salah satunya adalah seorang gadis cantik dengan surai coklat panjangnya.
Ia merasa kesal dan marah. Ia pun berjalan menuju Gala. Bahkan pemuda itu tak melihatnya sama sekali.
Saat sampai di depan Gala, ia pun menyentak genggaman tangan dua pemuda itu lalu menampar pipi Asmara lumayan keras.
Asmara terkejut. Ia hanya diam sambil memegangi pipinya yang memerah. Ia bahkan tak mau mendongak sama sekali.
Gala yang melihatnya pun langsung mendorong keras gadis itu hingga ia jatuh terduduk di lantai. Entah, tapi ia marah dan tak suka ada yang menyakiti Asmara-nya.
"Siapa kau berani menyentuhnya?!"
Asmara sadar dari rasa kagetnya saat mendengar Gala berteriak pada gadis tadi.
"Ga-Gala.. Sudah. Aku tidak apa-apa."
"Jangan pernah mencoba melukainya lagi atau kau tahu akibatnya."
Gala menarik Asmara. Bukan ke kelas, bukan. Tapi ke UKS.
Begitu sampai, remaja laki-laki itu memasrahkan Asmara pada dokter yang bertugas di sana.
Setelah selesai mengobati, dokter itu kembali ke tempatnya.
Sekarang Gala berdiri di depan Asmara yang duduk di tepi ranjang sambil menunduk.
"Sudah baikan?"
Asmara menatap Gala yang masih memasang wajah dinginnya.
"Aku tidak apa-apa. Kau harusnya tak berbuat kasar padanya, apalagi dia perempuan, Gala."
"Aku tak suka dia melukai mu, Asmara."
Asmara tiba-tiba memeluk Gala. Dulu mendiang ibunya suka memeluknya saat ia sedang kesal. Dan ajaibnya, kemarahan Gala perlahan menghilang.
"Jangan berbuat kasar lagi pada seseorang. Kita tidak boleh jahat pada orang, Gala."
Perlahan, Gala membalas pelukan kawan barunya.
'Aku tak suka melihatmu disakiti. Aku tak akan membiarkan mereka yang sudah menyakitimu, Asmara.' -Gala
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments