Namun mas Saka langsung menyela. "Kiara ini. Ada-ada saja.. Tidak-tidak. Tidak ada apa-apa sayang." ucap mas Saka gugup.
Aku tidak percaya begitu saja. Aku pun langsung menatap putriku kembali.
"Kiara. Coba katakan sekali lagi, mama kurang mendengarnya." ucapku.
Putriku pun menatap mas Saka dan aku secara bergantian.
"Itu tadi papa dan oma kalau di dalam mobil pegangan tangan." celetuk kiara lagi.
Aku langsung membelalakkan mataku, begitupun dengan mas Saka.
"Bukan begitu maksud Kiara. Mama dan Saka berpegangan tangan karena Saka tidak bisa menekan persneling mobil, sehingga kami pun menjadi berpegangan tangan, itu tidak sengaja. Bukan begitu kan Saka?" ucap mama yang tiba-tiba saja datang.
"Iya ma.. Lagian kamu kan tahu sendiri sayang, aku dengan mobil belum begitu mahir." ucap mas Saka.
Aku hanya terdiam sambil menghembuskan nafas.
"Lagian, mama bilang juga apa Rey, beli mobil, supaya suami mu ini terbiasa menyetir mobil." ucap mama sambil duduk di sebelah mas Saka.
"Ya, beli juga harus pakai uang ma.. Uang Reyna mana cukup." ucapku sambil makan.
"Kan sudah mama bilang, kamu ingin minta apa? Akan mama belikan. Kamunya saja yang terlalu mandiri. Semua yang mama punya itu untuk kamu nak. Jika bukan untuk kamu, untuk siapa lagi? Anak mama satu-satunya hanya kamu." ucap mama yang begitu sayang kepadaku.
Aku terdiam lagi. Benar apa yang mama katakan. Tetapi aku tidak ingin menjadi anak mami. Aku juga ingin merasakan hasil dari keringat suamiku sendiri.
"Sudah jangan bicara terus. Ayo makan deh." ucap mama lagi.
Hingga malam tiba. Aku tidak bisa tidur. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas. Namun kantuk belum menyerang kepada diriku. Begitupun dengan mas Saka. Dia juga belum tertidur. Asik bermain dengan ponselnya.
Aku membalikkan badan dengan telentang. Menatap ke arah samping dimana mas Saka yang juga sedang tiduran sambil tersenyum ke arah ponselnya. Dari yang aku dengar, mas Saka sedang menonton video lucu.
"kamu belum tidur Rey?" tanyanya sambil menatapku juga.
"Aku gak bisa tidur mas." ucapku yang bangkit dan menyenderkan diri di kepala ranjang.
Mas Saka pun langsung meletakkan hp nya di atas nakas dan bangkit sama sepertiku. Bedanya dia menghadap ke arahku.
"Kenapa?" tanya mas Saka.
Aku menggeleng tidak tahu. Ya, aku sedang memikirkan ucapan ibu Mira. Harus dari mana aku berbicara dengan mama tentang masalah berpakaian nya. Jika aku boleh jujur. Aku juga risih melihat mama yang selalu saja berpakaian sexi, apa lagi di depan mas Saka.
Hatiku tidak tenang. Aku takut jika akan terjadi seperti yang sedang viral itu. Tetapi amit-amit. Jangan sampai itu terjadi kepadaku.
"Ya tidak bisa tidur aja!" ucapku sambil menatap wajah mas Saka.
Mas Saka mendekatkan wajahnya ke arahku, nafasnya menerpa wajahku. Terasa sangat harum. Sebab mas Saka memang bukan perokok berat.
"Sayang." lirih nya dengan melumat bibirku.
Aku memejamkan mata, namun mas Saka langsung melepas pagutannya.
"Kenapa mas?" tanyaku.
Mas Saka menggeleng. Lalu ia menyingkirkan rambut anaku.
"Sayang, kamu itu jika tidak menggunakan hijab cantik lho, contoh seperti mama. Meskipun beliau sudah tua, tapi aura kecantikan nya tetap terjaga." ucap mas Saka kepadaku.
Aku terdiam dengan menunduk. Ternyata mas Saka tidak suka aku memakai hijab. Padahal hijab itu kan wajib untuk umat muslim.
"Mas, hijab itu wajib untuk kita umat muslim, lagian mas kan juga bisa melihat aku yang sekarang, tidak pakai hijab." ucapku kepada mas Saka.
"Ya tapi tetap beda sayang." ucap mas Saka.
Aku hanya memutar bola mata malas.
"Sayang. Main yuk." ucap mas Saka sambil mengelus pelan lenganku.
"Tumben. Biasanya kamu selalu bilang capek." ucapku.
Tidak di jawab lagi, mas Saka langsung menindihku dengan penuh nafsu.
Ya, pasalnya baru kali ini mas Saka menjamah ku lagi, setelah sudah hampir dua bulan mas Saka selalu mengabaikan ku, jika aku mengajak mas Saka selalu saja bilangnya capek.
Kami pun menikmati malam yang penuh cinta, desahan demi desahan aku keluarkan, hingga sampai lenguhan panjang mas Saka pun terdengar. Setelah selesai, kami berdua tidur terlentang tanpa busana hingga sampai pagi.
Semua pekerjaan rumah sudah aku selesaikan aku pun sudah mandi besar, handuk masih melilit di kepalaku. Sedangkan mas Saka sedang ada di kamar mandi juga untuk membersihkan diri.
"Hari ini kamu saja yang mengantar Kiara." ketus mama dengan tiba-tiba.
Aku mengerutkan dahi. Tidak tahu mengapa keluar dari kamar, mama langsung marah-marah dan menatapku dengan tatapan tidak suka. Aku menjadi bingung! Apa aku telah membuat kesalahan sehingga mama menjadi kesal denganku.
"Mama kenapa?" tanyaku.
"Gak papa!" ketusnya.
Aku hanya menghela nafas. Dan keluarlah mas Saka dari kamar dengan pakaian yang sudah rapih, hari ini adalah hari terakhir mas Saka bekerja, dan sekalian untuk memberikan surat pengunduran dirinya.
"Mas, ayo sarapan dulu, ma, ayo." ajakku kepada mama dan mas Saka.
Namun mama memutar bola mata malas.
"Tidak! Mama mau langsung berangkat saja!" ucapnya dengan dingin.
Mama ku yang cantik itu pun langsung melangkahkan kakinya keluar, tentu dengan pakaian yang sangat minim. Dengan rok se atas lutut dan juga baju stret berhuruf v, di padukan dengan blazer berwarna abu, namun tetap saja buah dada mama masih terlihat.
"Mama tunggu." ucapku yang mengejar, aku benar-benar tidak tahu mama sedang kenapa, apa karena mama sedang ada tamu datang bulan?
"Apa lagi! Mama kan sudah bilang, kamu yang mengantar Kiara sendiri saja." ucapnya dengan ketus.
"Iya ma. Nanti akan Reyna antar. Tapi Reyna mau bicara sebentar sama mama." ucapku dengan lembut.
Mata mama memicing menatapku. "Apa? Bicara disini saja. Mama malas di dalam." ucap mama yang sepertinya sangat jengkel dengan seseorang.
"Apa mama tidak mempunyai baju lain? Pakaian mama ini terlalu seksi ma. Tidak enak di lihat tetangga, dan mata laki-laki juga." ucapku dengan pelan, takut saja mama akan marah.
"Mama punya nya ya baju seperti ini semua. Lagian kenapa musti malu sih, memangnya mama sudah terlihat seperti nenek-nenek? Kan tidak! Lihat nih, badan mama masih mulus, kencang, ramping. Dan tentunya montok. Udah ah, mama mau berangkat." ucap mamaku lagi.
"Tapi ma tunggu dulu, kemarin Reyna mendapat teguran dari ibu Mira. Reyna malu ma." ucapku kepada mama.
Mama langsung menatapku dengan wajah masam!
"Jangan dengarkan Mira yang julid itu, biarkan saja dia mau berkata apa! Kamu tahu Rey, Mira itu iri sama mama. Karena mama awet muda dan cantik" ucap mamaku memuji dirinya sendiri.
"'Sekali lagi mama tegaskan, jangan kamu dengarkan apa kata si Mira itu." ucap mamaku lagi dan langsung masuk ke dalam mobil.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Mama memang sangat keras kepala sekali, tetapi beliau sangat baik hati, aku percaya mama itu sangat sayang aku dan Kiara. Mungkin saja hari ini mood mama sedang tidak baik-baik saja. Sehingga menjadi marah-marah seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Mama mu pagi2 ketus dan judes sm kamu, secara suamimu gak dtng ke kamarnya Rey,mlh asyik main sm kamu,mknya Mama mu jdi uring2an merasa iri dan diabaikan suamimu,,,,
2025-09-13
0
𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒
ra djatah mantune kok mutung eh..2 sasi main mben dino, reyna istri sah smpe g pernah d sentuh mama laknat
2025-09-18
0