Pasar sudah hampir tutup ketika Mauryn mulai membersihkan lapaknya. Syal dan tas rajut ia masukkan ke dalam kotak, uang receh dihitung dengan cepat. Langit mulai jingga, pertanda hari sudah berakhir.
Namun matanya tertumbuk pada sosok pria berjas lusuh yang berdiri tidak jauh. Dari tadi ia tidak bergerak hanya menatap sekeliling dengan wajah tegang.
Mauryn pura-pura sibuk, tapi telinganya menangkap jelas suara hati pria itu.
“Aku tidak boleh salah. Waktu sudah semakin sedikit. Aku harus menemukan orang itu..”
Pria itu akhirnya melangkah mendekat.
“Permisi” suara dalam tapi agak serak
“Kamu yang berjualan disini setiap hari, kan”
Mauryn menatapnya sekolah lalu mengangguk.
“Iya, ada yang bisa saya bantu?”
Pria itu mencoba tersenyum meski jelas-jelas kelelahan.
“Aku.. sebenarnya butuh tempat untuk bertanya. Aku baru di kota ini”
Mauryn menyipitkan matanya, suara hatinya lebih nyaring dari pada kata-katanya.
“Apa dia orang yang kucari? Atau hanya kebetulan lewat? Tidak.. wajahnya terlalu tenang”
“Kalau soal alamat mungkin saya bisa bantu” jawab Mauryn datar
Pria itu tertawa kecil.
“Alamat, ya? Mungkin nanti. Tapi sekarang aku hanya butuh duduk sebentar. Boleh?”
Mauryn mengangguk, ia menunjuk kursi kayu kecil di samping lapak. Pria itu duduk, melepas napas panjang seakan baru saja berlarih jauh.
“Namaku Revan” ucapnya sambil mengulurkan tangan
“Mauryn” menyambut sekedarnya
“Kamu masih muda untuk berdagang sendiri, tidak takut ditipu orang?” Ucap Revan setelah menatapnya cukup lama.
“Orang boleh mencoba, tapi tidak akan berhasil” ucap Mauryn sambil tersenyum samar
“Kenapa begitu?”
Mauryn hampir menjawab jujur, tapi ia menahan. Tidak semua orang berhak tahu tentang kekuatannya.
“Karena aku sudah terbiasa”
Revan terdiam, menatapnya dengan tatapan yang sulit di baca.
“Ada sesuatu pada gadis ini. Matanya… seperti tahu lebih banyak daripada yang ia ucapkan”
Beberapa menit mereka hanya duduk, membiarkan angin sore membawa bau sisa pasar. Akhirnya, Revan membuka suara.
“Kamu percaya kalau ada seorang yang bisa menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya?”
Mauryn menoleh cepat, pertanyaan itu terlalu dekat dengan kenyataan.
“Maksudmu?”
“Kadang orang terlihat jujur, tapi sebenarnya penuh tipu daya. Kadang juga sebaliknya, tampak dingin tapi sebenarnya tulus”
“Kedengarannya seperti pengalaman pribadi” ucap Mauryn sambil menahan senyum
“Mungkin saja” ucap Revan sambil terkekeh singkat
Ia menatap jauh, suaranya melembut
“Aku kehilangan banyak hal karena salah percaya orang. Sekarang aku harus berhati-hati”
Mauryn menunduk pura-pura sibuk dengan kotaknya. Tapi ia mendengar isi hatinya jelas sekali.
“Jika aku salah pilih orang lagi, nyawaku taruhannya dan nyawa banyak orang juga”
“Kedengarannya berat” sambil menatap Revan lekat-lekat
“Lebih berat dari pada yang ku ceritakan pada orang asing”
“Lalu kenapa kamu cerita padaku?” Tanya Mauryn
“Entah, mungkin matamu bilang kalau kamu bisa dipercaya” sambil mengangkat bahu
Mauryn hampir tertawa kecil. Ironis, karena justru matanya yang sering membuat orang lain takut.
Seorang anak laki-laki kecil tiba-tiba mendekat, membawa keranjang penuh jeruk.
“Kak, kak mau beli jeruk? Manis semua kak, sumpah”
Revan mengeluarkan uang kertas, tapi anak itu dengan cepat menukar dengan beberapa jeruk busuk yang disembunyikan di bawah keranjang.
Mauryn tahu sebelum anak itu bertindak. Suara hatinya berbisik.
“Semoga mereka tidak sadar, jeruk ini sudah busuk. Kalau tidak aku rugi besar”
Ia menyentuh tangan Revan, seketika Revan pun menoleh ke arah Mauryn.
“Tunggu” ucap Mauryn
“Kalau mau jual, jual yang bagus. Jangan tipu pembeli” lanjutnya
Anak itu kaget, wajahnya merah padam.
“A-a-panya, ini manis semua kok kak”
“Ambil jeruk busuknya kembali, jangan coba-coba lagi” ucap Mauryn sambil menggeleng
Anak itu menunduk malu, lalu kabur. Sedangkan Revan menatap Mauryn dengan penuh tanda tanya.
“Bagaimana kamu tahu?”
“Insting” jawab Mauryn
Tapi Revan tidak terlihat puas. Revan mencondongkan tubuhnya, menatap lebih dalam.
“Bukan sekedar insting kan? Kamu.. bisa membaca sesuatu”
Mauryn membeku. Tidak banyak orang bisa merasakan itu darinya.
“Kalau aku bilang iya, apa kamu akan takut?” Tanya Mauryn pelan
“Justru itu yang ku butuhkan” ucap Revan sambil tersenyum samar
Senja berubah menjadi malam, pasar benar-benar sepih. Revan berdiri, merapikan jas lusuhnya.
“Aku tidak akan memaksamu”
“Tapi kalau kamu memang punya kemampuan yang berbeda, aku ingin kamu membantuku”
“Membantu apa?” Ucap Mauryn sambil mengerutkan dahi
“Membaca siapa lawan, siapa kawan” ucap Revan dengan serius
“Aku sedang mengejar sesuatu yang besar. Terlalu bahaya untuk orang yang biasa, tapi.. aku rasa kamu bukan orang biasa” lanjutnya
Mauryn tertawa kecil, kali ini pahit.
“Biasanya orang bilang begitu. Tapi biasanya mereka pakai kata lain. Kutukan”
“Bagi mereka mungkin kutukan” ucap Revan
“Tapi bagiku, itu bisa jadi penyelamat” lanjutnya
Mauryn terdiam, didalam dirinya suara hati Revan masih bergema. Tulus, penuh luka, tapi juga penuh tekad. Tidak ada kebohongan di sana dan itu yang membuatnya berbeda.
“Aku butuh waktu, aku tidak suka jadi pion di permainan orang”
“Aku akan menunggumu, besok aku akan datang lagi” ucap Revan sambil mengangguk
Revan berjalan pergi, ia meninggalkan Mauryn dalam perasaan campur, bingung, takut, dan.. sedikit harapan.
Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang melihat kekuatannya bukan sebagai aib, tapi sebagai jawaban.
Dan Mauryn tahu ini hanyalah awalan dari sesuatu yang jauh lebih besar.
Bersambung..
Terimakasih yang sudah like, komen dan gift 🥰
Semoga kalian terhibur dengan cerita baru othor 🫰🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments