Aula Astoria, pagi hari.Deretan kursi penuh dengan siswa-siswi kelas 3 yang baru saja kembali dari liburan musim gugur. Spanduk besar bertuliskan “Welcome Back! Class 3 Announcement” tergantung megah di depan panggung. Para guru berdiri sambil memegang map berisi daftar kelas yang sudah diacak.
Riuh rendah terdengar, semua siswa saling berbisik, ada yang cemas, ada yang bersemangat.
Guru BK, Ibu Ratna:“Baik, anak-anak. Mulai tahun ajaran ini, kelas kalian akan diacak kembali. Ingat, baik IPA maupun IPS tetap akan berjalan seperti biasa, hanya saja formasi baru akan membuat kalian lebih mengenal satu sama lain. Dengarkan baik-baik!”
Suasana makin ramai.
Zamora: (berbisik ke Amora)“Aku deg-degan banget, sumpah. Jangan sampai kepisah sama kalian.”
Amora: (senyum santai)“Tenang Za, kita kan tetap satu geng. Mau di kelas manapun.”
Zayn: (angkat alis)“Kalau aku ditempatin satu kelas sama si musuh bebuyutan, bisa tiap hari tawuran nih.”
Kavi:“Hahaha, santai aja lo, Zayn. Mungkin malah sekelas sama doi incaran lo.”
Zayn: (mendelik)“Apaan sih, Vi. Sembarangan ngomong.”
Argani duduk tenang di kursinya. Dari jauh, pandangannya sesekali mencari sosok Latisha, cewek yang selama ini ia perhatikan diam-diam.Kemudian, guru mulai membacakan daftar kelas.
KELAS 3 IPA – 1
Argani Sebasta Ganendra
Latisha Vidya Ishavara
Elang Raygan Maheswara
Hazel Aevia Ziella
Vion Revaldo Eden
Arkana Alvaro
Tamara Angelina Fernandes
Adit Surya Mahendra
Bima Raditya Arka
Revan Zaki Alfarel
Naila Arindya Putri
Keisha Amarante
Dion Wiratmaja
KELAS 3 IPA – 2
Alsean Zeffrano Erlangga
Naysila Arlen Leiara
Aurin Quensha
Nathaniel Ezra
Jessica Elvira
Sheryl Nadine
Farhan Alzidan
Liora Genevieve
Arjuna Malik
Stella Carmeline
Kelvin Ardito
Satria Anantaka
KELAS 3 IPS – 1
Zamora Azzallea
Amora Sabintang Elliza
Albiru Sky Geovander
Kavi Abisatya
Zayn Devantara
Arion Algerian Aravan
Lauren Leonica Aurelina
Melody Kayvara
Aruna Damayanti
Rio Aditya
Aurelienne Cahya
Gilang Pradipta
Sherly Valencia
Daffa Mahendra
Keyla Aurell
Jovan Erick
Nayara Putri
Andra Wicaksono
Clarissa Evangeline
Hilmi Aryasatya
📢 Saat nama-nama dipanggil, beberapa reaksi langsung muncul:
Amora: (lompat kecil)“Yes! Gue sekelas sama kalian semuaaa!”
Zamora: (peluk Amora)“Akhirnyaaaa! Gue kira bakal kepisah.”
Kavi:“Solid nih, geng Astoria nggak pecah!”
Zayn: (mencibir tapi senyum)“Tapi sayang banget, si Argani kebuang ke IPA. Haha.”
Albiru: (menepuk bahu Argani yang melintas)“Good luck, bro! Jangan jadi kutu buku ya.”
Argani hanya tersenyum kecil mendengar omongan teman-temannya,Suasana Aula masih ramai.
Para siswa mulai beranjak ke kelas masing-masing. Di antara riuh itu, geng IPS–Zamora, Amora, Albiru, Kavi, dan Zayn–masih berdiri mengelilingi Argani yang sudah siap masuk kelas barunya.
Argani: (mengenakan tas, menepuk bahu Zayn)“Gue luan ke kelas dulu ya. Jangan lupa, sore nanti kita ada acara sama anak-anak panti. Jangan sampe ada yang kabur.”
Zamora: (melelet lidah)“Astaga, Ar! Untung lo ingetin. Kalau nggak, udah pasti kita lupa.”
Amora: (tertawa sambil melipat tangan)“Bener tuh. Udah deh, lo buruan masuk, semangat ya jadi anak IPA. Jangan jadi pendiam, oke?”
Kavi: (menyeringai)“Kalau lo jadi pintar banget di IPA, jangan sok-sokan sama kita, Gan.”
Zayn: (mendengus, tapi tersenyum tipis)“Udah, buruan masuk. Nanti telat. Gue udah kebayang lo nyangkut di depan kelas gara-gara guru killer.”
Albiru: (angkat tangan memberi salam khas)“See you, bro. Kita ketemu lagi sore ini. Jangan kabur ya.”
Argani tersenyum kecil, melambaikan tangan sambil berjalan ke arah tangga menuju lantai kelas IPA. Dalam hatinya, ada rasa lega sekaligus antusias, bukan hanya karena tantangan kelas baru, tapi juga karena tahu dia akan sekelas dengan Latisha.
Dari kejauhan, Zamora menatap punggung Argani.
Zamora: (berbisik ke Amora)“Gue yakin banget, kelas baru ini bakal bikin cerita baru buat kita semua.”
Amora: (menepuk bahunya)“Ya iyalah. Mau IPA, mau IPS, geng kita tetap jalan terus.”
Suasana Aula mulai lengang.
Satu per satu siswa beranjak ke kelas yang sudah diumumkan. Dari arah koridor, terdengar teriakan dan tawa gaduh,jelas itu suara anak-anak IPS yang masuk ke ruangan mereka.
Guru piket hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu.
Di kelas IPS 3-2
Kavi sudah langsung merebut kursi dekat jendela, sementara Zayn ribut dengan Albiru karena kursi favoritnya “dicaplok duluan.” Zamora dan Amora kompak membuka cemilan, padahal pelajaran belum mulai. Suara gaduh bercampur tawa memenuhi ruangan.
Kavi: (teriak)“Eh Zayn, jangan so jago! Kursi ini udah gue incar dari kemarin!”
Zayn: (sindir)“Dasar lo, Kavi. Mau duduk aja ribut. Gini nih kelas IPS,lebih rame daripada pasar!”
Anak-anak lain ketawa, beberapa melempar kertas kosong ke arah mereka. Kekacauan kecil pun terjadi, membuat suasana kelas langsung hidup.
Di kelas IPA 3-4
Berbeda jauh. Suasana awal tampak lebih tenang. Anak-anak sibuk membuka buku, menata alat tulis, ada juga yang sibuk dengan ponsel. Banyak yang berpenampilan rapi, berusaha menjaga citra “anak IPA.”
Saat pintu terbuka, Argani masuk dengan langkah santai. Kemeja putihnya rapi, wajahnya dingin tapi berkarisma. Tatapan beberapa siswa langsung tertuju padanya.
Ada bisikan-bisikan kecil.Siswa A: (berbisik)“Eh itu kan Argani Sebasta? Anak kaya itu, kan?”
Siswa B:“Iya. Gila sih, katanya jago fisika, tapi main basket juga keren. Mana gayanya cool banget.”
Beberapa cewek langsung menegakkan badan, pura-pura sibuk dengan buku, tapi jelas memperhatikan setiap gerakan Argani.
Tanpa peduli, Argani melangkah ke bangku belakang, melempar tas dengan santai, dan duduk. Tatapannya singkat menyapu ruangan, sampai berhenti pada Latisha Vidya, yang ternyata sekelas dengannya.
Sementara itu, rumor di sekolah makin berkembang.
“Anak IPA itu kutu buku.”
“Anak IPS tukang ribut.”
Tapi keberadaan Argani yang pintar, cool, dan kaya raya,paket lengkap,mulai mematahkan anggapan itu. Ia membuktikan bahwa anak IPA juga bisa jadi pusat perhatian tanpa kehilangan otak cerdasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments