Bab 5

Kalau bukan karena Ibu Kita Kartini, Istri Pak Kartono, yang bukan Harum namanya, Kartika malas harus kembali bertemu Si Duda Karatan dan Ke Rumahnya Dong.

"Permisi! Assalamualaikum!" Kartika mengucap salam setengah malas karena enggan sekali harus bertemu dengan orang yang menyebalkan baginya.

"Waalaikumsalam."

Sesuai prediksi Kartika, si Duda Karatan plus dengan wajah juteknya menghampiri pagar dan membukanya.

"Ada apa ya?"

De ileh! Duda Karatan Jutek amat! Amat aja gak gitu-gitu banget!

"Ada Nasi Uduk dari Ibu. Nih ambil!" Kartika menyodorkan sepiring Nasi Uduk ditutup rapi, bebas dari incaran lalat.

Seniat itu Ibu Kartini, Ibunya Tika. Padahal Kartika malas banget walau harus nganterin begini. Terpaksa.

"Kamu gak masukin aneh-aneh kan ke dalam Nasi Uduk ini?" Tatapan penuh selidik Karim pada Kartika.

"Kalo gak mau mending Gue kasih orang laen! Sok banget! Situ Raffi Ahmad!"

Sebelum Kartika menarik piring Nasi Uduk, Karim lebih dulu mempertahankan jatah sarapan. Sebetulnya memang Ia mau ke luar mencari sarapan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Nasi Uduk harum dengan aroma gurih bawang goreng dan rempah membuat perut Karim spontan berbunyi.

"Astaga! Perutnya sama kayak orangnya ya berisik!" Ledek Kartika sambil mengulum senyum.

"Oh, Saya emang tadinya mau cari sarapan kok, ya kebetulan Bu Kartini kasih, rezeki Pria Sholeh."

"Wow! Air laut siapa yang asinin Brody!"

"Mana Saya tahu!"

"Dah, dimakan deh! Piringnya jangan lupa dibalikin. Belum tahu aja Bu RT udah terkenal kalo Piringnya gak balik bisa diamuk."

"Nanti Saya balikin. Ya sudah, Kamu mau ngapain?"

"Wah songong nih warga baru!"

"Tika! Bude mau order krim!"

Bude yang berjualan dekat rumah Mereka memang sepertinya bisa menjadi penolong, agar Tika tak perlu berlama-lama berurusan dengan Duda Karatan dihadapannya.

"Kamu jualan kosmetik?"

"Mau tahu aja!"

Meninggalkan Karim yang masih memperhatikan, Tika berjalan menuju warung Bude, "Bude mau ambil paketan apa satuan." Tika to the point saja.

"Maunya ambil paketan Tika. Tapi uangnya kurang Lima Puluh Ribu. Boleh?"

Astaga! Kesabaran Tika setipis kulit salak bagian dalem dan kini nambah satu makhluk yang membuat stok kesabaran yang memang sudah tipis makin jebol!

"Ya udah Bude. Kali ini aja tapi ya. Tapi jangan ngomong ke yang laen. Tika bisa bangkrut kalo semua minta korting."

"Bener Tika, wah Bude seneng bener!"

"Ya udah Bude, Tika ambil dulu ya Paket Skincarenya. Kebetulan masih ada satu stok dirumah."

"Sipp!"

Tika berjalan ke rumahnya, sekilas terlihat Si Duda Karatan sedang membalas sapaan warga lain dengan ramah.

"Dasar Duda Karatan Gatel! Heran! Kalo sama Gue bawaannya kayak mau nyekek! Galak banget! Bagus deh! Gue juga amit-amit sih!"

*

"Jadi, Gapura yang sekarang Kita bikin, bakal di ikut sertakan di lomba yang kelurahan diadakan Pak RT?"

Sebagai Ketua RT Pak Kartono, dibantu Warga lain membuat Gapura Tujuh Belasan yang akan dipasang di depan jalan masuk menuju RT Mereka.

"Iya. Selain memang info dari Pak RW begitu, semua wajib ikut, lagian hadiahnya lumayan. Bisa nambah buat beli sound untuk keperluan acara kalo di RT ada kegiatan yang butuh itu."

"Iya juga sih, sound yang lama udah sember banget. Inget kemaren pas ada sosialisasi, Emak-Emak pada komplain, suaranya gak jelas."

"Itu sound udah lama banget. Terakhir beli Pas dulu barengan Tama sunatan. Kesininya udah berapa tahun."

"Itu juga belinya bekas. Makanya kalau Kita bisa bikin Gapura yang bagus, unik dan menarik, pas juri keliling nilai kan bisa juara!"

"Eh, Pak Karim, Mari Pak, wah itu apa nih!"

Gak cuma Ibu-Ibu, Bapak-Bapak juga jeli kalau melihat bungkusan banyak berupa bungkusan nasi yang mengeluarkan aroma rendang.

"Oh iya Pak, ini, Saya ada rezeki, buat Bapak-Bapak yang lagi bikin Gapura. Buat makan siang." Karim memberikan Sekantong plastik nasi padang dengan aroma rendang yang mampu menggoda mata dan saliva Bapak-Bapak apalagi sambil bikin Gapura, laper dong!

"Wah! Makasi banyak Pak Karim. Ayo Kita makan sekalian."

"Saya permisi Pak, mau ada perlu dulu, silahkan dinikmati ya. Semoga enak dan suka."

"Iya iya gapapa. Makasi ya. Tahu aja bisa pas begini."

"Rezeki Bapak-Bapak semuanya. Kalo gitu Saya pamit duluan. Mari Pak."

"Iya Pak Karim. Terima kasih. Hati-hati."

Hari ini Tika sibuk sekali, kalau pagi Ibunya dan siang Bapaknya yang minta dibuatkan kopi untuk yang kerja bikin Gapura.

"Asik bener nih! Keren amat nasi padang. Pake rendang lagi? Emang ada donaturnya nih bikin gapura sampe dapet makan siang?" Tika meletakkan teko berisi kopi panas dan gelas yang akan dipakai.

"Iya. Rezeki dari Pak Karim."

"Pak Karim baek juga ya Pak RT. Bersyukur banget nambah warga baru sebaek Pak Karim."

Dasar Nih! Bapak-Bapak Panasbung Sejati! Pasukan Nasi Bungkus!

"Loh, Tika, Kamu mau ke dalem lagi?"

"Terus Tika harus ngapain? Bantuin nyerut kayu?"

"Ya bukan gitu Tik, Bapak minta tolong, Kamu kan perempuan biasanya paling tahu soal pesion."

Tika memutar bila matanya, "Fashion Pak, bukan Pesion."

"Ya beda dikit Tik. Jadi begini, Bapak kepingin Kamu pilihin untuk seragaman Panitia Tujuh Belasan."

"Kenapa gak Ibu aja, kan Bu RT nya Istri Bapak!"

"Udah gak usah bantah. Pokoknya Bapak minta tolong sama Kamu. Tapi cari yang harganya murah tapi bagus. Bujetnya tak banyak."

"Budget Pak! Mau gaya tapi salah! Bijimane dah!"

"Nah itu maksud Bapak. Ya udah cariin ya. Nanti kasih tahu Bapak berapa angkanya, biar disiapin."

"Gayanya Pak Kartono, Suami Bu Kartini."

Kartika kembali ke dalam rumah. Memilih untuk melanjutkan menulis. Hampir saja kemarin Ia gagal daily. Bisa-bisa gak dapat bonus dong! Wah Tika mana mau kehilangan Cuannya.

Novel yang ditulis Tika banyak pembacanya. Setiap bulan Tika bisa menerima honor dari menulis novel sebesar dua digit. Besar bukan? Ya tapi karena memang tak ada yang tahu Tika menulis, sering kali Tika dianggap nuyul sama Ibunya sendiri.

"Wah, nambah lagi pembaca baru. Bentar, ini orang komennya nyolot amat."

Tika memperhatikan setiap Bab pembaca baru yang mengomentari Novel Tika begitu kritis. Bahkan kesalahan diksi dalam penulisan novel juga di koreksi.

"Nih orang, kenapa gak dia aja yang nulis novel. Komen mulu! Tapi komennya bener sih!"

Tika kembali membaca setiap komentar yang ditinggalkan si Pembaca. Dengan teliti Tika merevisi dan beberapa Ia terima masukan si Pembaca.

"Tumben aja ada pembaca sedetail ini. Tapi gapapa deh, kritiknya juga membangun kok, gak menjatuhkan."

Tika memberikan tanda suka di setiap komentar Si Pembaca baru.

"Mbak! Buka Mbak!"

Tika memutar kedua matanya, suara Tama dan ketukan pintunya yang berisik memaksa Tika bangkit dari depan laptop.

Terpopuler

Comments

Radya Arynda

Radya Arynda

semangaaat up nya caantik

2025-08-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!