Setelah merasa cukup tenang untuk sementara waktu, Aira memutuskan untuk pergi dari kompleks perumahan itu. Ia sadar, semakin lama ia berada di sana, semakin besar pula rasa sakit yang akan ia rasakan. Ia ingin menjauh dari semua kebohongan dan pengkhianatan itu. Ia ingin mencari tempat yang bisa menenangkan hatinya, meskipun ia tahu, mungkin tidak ada tempat yang bisa benar-benar menyembuhkan lukanya.
Seperti rencana awal, Aira memilih untuk pergi ke kedai roti miliknya. Kedai itu adalah tempatnya mencari nafkah, tempatnya berkarya, dan tempatnya bertemu dengan orang-orang yang menyayanginya. Ia berharap, dengan berada di sana, ia bisa melupakan sejenak masalahnya dan fokus pada pekerjaannya.
Selama perjalanan menuju kedai, air mata tak henti-hentinya luruh membasahi pipinya. Kenangan demi kenangan bersama Dimas terus berputar di otaknya, seperti film yang diputar berulang-ulang. Ia mengingat semua momen indah yang pernah mereka lalui bersama, semua janji yang pernah mereka ucapkan, dan semua mimpi yang pernah mereka impikan. Ia tidak menyangka, hubungannya akan berakhir dengan pengkhianatan yang begitu menyakitkan.
Aira sampai di depan kedai rotinya. Ia melihat beberapa karyawannya yang sedang sibuk melayani pelanggan. Ia melihat senyum di wajah mereka, tawa mereka, dan semangat mereka. Ia merasa iri pada mereka, karena mereka bisa menjalani hidup dengan bahagia, tanpa beban dan masalah yang menghantui.
Aira menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan kembali hati yang sakit itu. Ia ingin terlihat kuat di depan karyawannya, tidak ingin mereka tahu tentang masalahnya. Ia ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia bisa menghadapi semua cobaan hidup dengan tegar.
Ia pun turun dari mobil, setelah merapikan penampilannya di dalam mobil. Ia memastikan bahwa wajahnya tidak terlihat sembab, rambutnya tidak berantakan, dan pakaiannya tidak kusut. Ia ingin terlihat profesional dan percaya diri, meskipun hatinya hancur berkeping-keping.
Sampai di dalam kedai, Aira disambut oleh karyawannya dengan senyuman dan sapaan hangat. Tentu saja, ia harus membalasnya dengan senyuman yang sama, meskipun hatinya berbanding terbalik. Ia tidak ingin mengecewakan karyawannya, tidak ingin merusak suasana kerja yang menyenangkan.
Saat akan masuk ke ruangannya, tiba-tiba seorang pria menabraknya dengan keras. Akibatnya, kopi yang dibawa pria itu tumpah dan membasahi baju Aira. Aira terkejut dan merasa tidak nyaman.
"Ya ampun, maaf," ucap Aira, meskipun itu jelas bukan kesalahannya. Sebagai pemilik kedai, ia merasa bertanggung jawab atas semua yang terjadi di kedainya. Ia ingin memberikan pelayanan yang terbaik bagi semua tamunya, tanpa terkecuali.
"Tidak apa-apa," balas pria itu dengan nada dingin dan tanpa ekspresi. Ia bahkan tidak meminta maaf, tidak menawarkan bantuan, dan tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali. Ia hanya berlalu begitu saja, meninggalkan Aira yang kebingungan.
Aira hanya bisa menatap punggung pria itu yang sudah keluar dari pintu masuk kedai. Ia merasa aneh dengan sikap pria itu. Ia merasa seperti ada sesuatu yang salah dengan pria itu. Namun, ia tidak tahu apa itu.
Aira lalu masuk ke ruangannya untuk mengganti pakaiannya yang kotor. Ia merasa tidak nyaman dengan baju yang basah dan lengket itu. Ia ingin segera menggantinya dengan baju yang bersih dan kering.
Di dalam mobil, pria yang menabrak Aira di kedai tadi menatap kedai Aira dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan itu penuh dengan kebencian, kemarahan, dan dendam. Ia tampak seperti orang yang sedang merencanakan sesuatu yang jahat.
"Aira Nadira. Tunggu saja, perlahan kau akan merasakan penderitaan yang menyakitkan!" gumamnya dengan suara serak dan mengerikan. Ia menyeringai sinis, membayangkan Aira menderita dan meratap. Ia merasa puas dengan rencana jahatnya.
Siapakah pria itu? Mengapa ia begitu membenci Aira? Apa yang akan ia lakukan pada Aira? Semua pertanyaan itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Namun, satu hal yang pasti, Aira berada dalam bahaya yang besar. Ia harus berhati-hati dan waspada terhadap semua orang di sekitarnya. Ia tidak tahu siapa yang bisa ia percaya, dan siapa yang akan mengkhianatinya.
*
*
bersambung ---
Jangan lupa tinggalin komen kamu, disetiap bab nya 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments