Pagi ini datang dengan keindahan langit yang cerah, bukankah hidup harus terus berjalan tidak berpaku pada satu titik sudut kehidupan yang harus diratapi berakhir tanpa kebahagiaan?.
Alarm berbunyi menandakan aktifitas pagi ini dimulai, tidak ada alasan untuk berhenti, semua berjalan dengan semestinya dan manusia memiliki kuasa untuk berusaha memperjuangkan kebahagiaan yang saat ini sedang menanti.
Setelah kejadian semalam, tidak ada kesedihan yang berlarut. Ada kalanya hidup harus terlihat masa bodoh atas sesuatu hal yang tidak perlu dipikirkan dengan dalam, masih banyak tempat yang indah perlu dikunjungi, ada banyak makanan enak yang sedang menanti untuk dicoba, dan masa depan yang begitu luas terbentang didepan.
Dengan langkah pasti aku bangkit dari tidurku untuk memulai aktifitas dengan semangat, menyusun rencana untuk aktifitas dan apa saja yang perlu terealisasi di hari ini.
Setelah selesai dengan kegiatan persiapan membersihkan dan mempersiapkan diri, kini langkahku mulai menuju meja salah satu ruang rumahku untuk sarapan pagi bersama keluarga. Kegiatan kami berkumpul dan berbagi cerita memang hanya bisa di jam pagi dan makan malam saja tapi tidak mengurangi rasa hangat yang tercipta.
Aroma kopi, susu hangat dan juga menu makan pagi sudah tercium dengan sangat sopan di hidungku membuat nada dering perut kini semakin keras.
Harun Prameswari adalah ayah kandung dari Alya Zahira prameswari dan Maya Kartika adalah Ibu sambung dari Alya yang sebenarnya memiliki hubungan hangat dan juga baik selayaknya seorang ibu dan juga anak gadisnya.
Fahri Putra Prameswari adalah adik sambung dari Alya, mereka memiliki hubungan yang cukup hangat namun sering terjadi pertengkaran kecil.
“Kak, kemarin aku lihat Kak Rani membawa mobil baru loh. Padahal kak Rani baru bekerja 2 tahun, tapi sudah bisa membeli mobil mewah". Dengan makanan yang masih tersisa didalam mulut Fahri masih saja berceloteh.
Alya yang baru saja meneguk susu hangat hanya bisa tersenyum tipis, begitulah adiknya yang sering sekali membandingkan dirinya dengan yang lain. Alya hanya diam tidak ada niat apalagi energi lebih untuk memberi pernyataan dari adiknya.
Suasana seketika hening bahkan terasa sekali canggung, " Fahri, jangan dibiasakan untuk berbicara ketika ada makanan di mulutmu". Maya memberikan peringatan kepada anaknya.
“ Tapi Bu, aku kan hanya memberitahu kakak barangkali kakak jadi termotivasi untuk bisa membeli mobil meskipun baru kerja 1 tahun kan?". Tanpa rasa bersalah Fahri justru meneruskan ucapannya.
Alya terlihat menahan emosinya, nafasnya mulai berat tatapannya kini terlihat tajam.
" Dulu kakak waktu seusiamu sudah menyusun tugas akhir Dek, kamu sekarang sudah mendapatkan pencapaian apa saja? Jangan kebanyakan main karena dalam dunia pekerjaan pengalaman diutamakan".
Alya tanpa ekspresi kini seketika mengeluarkan suaranya, membuat Harun dan Maya kini melirik ke arahnya.
" Apa maksud kakak? Setiap orang memiliki caranya sendiri Kak, tidak bisa disamakan apalagi kita berbeda zaman". Fahri terlihat tidak terima atas pernyataan sang kakak.
" Aku hanya mengingatkan dek, apa ada yang salah?". Alya tersenyum sinis dengan tangan masih santai memotong roti dihadapannya.
" Sudah, masih pagi jangan bertengkar tidak baik untuk mood kalian". Begitulah Harun, yang selalu menyepelekan suasana apalagi ucapan Fahri.
Alya hanya menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa sang Ayah lebih memanjakan anak laki-laki dari pada anak perempuan.
" Apa bedanya dengan aku dan Rani? Bagaimana rasanya dibandingkan tidak enak bukan? jangan terlalu keras memikirkan hidupku, kamu laki-laki kelak akan memiliki tanggungjawab lebih dalam hidup mu jadi atur saja dengan baik jalan hidupmu".
Alya sepertinya sudah jengah, apalagi emosinya masih belum reda semalam dan pagi ini sudah di pancing oleh adiknya.
" Aku hanya ingin memberikan motivasi untuk kakak, agar bisa seperti orang lain kak". Fahri sepertinya tidak mau disalahkan.
" Fahri cukup, kamu terlalu jauh berbicara fokus saja sama kuliahmu. Jangan terus mengatur kehidupan Kakakmu, Ibu tau Kakak dan adek memiliki cara masing-masing jadi silahkan fokus". Maya kini yang akhirnya menegur sang anak yang memang sudah berlebihan.
Fahri menatap kesal sang Ibu yang dirasa selalu saja membela sang Kakak, tapi bukankah memang ia terlalu berlebihan dalam berbicara.
" Aku tau apa yang harus aku lakukan, pengalaman ku lebih banyak dek jadi tidak perlu sibuk memikirkan kehidupanku". Alya kembali membuka suara dengan tangan yang sudah menyimpan alat makan.
" Jika kamu memiliki kakak yang tidak sehebat para kakak temanmu, jangan pernah mengakui kepada siapapun jika kamu memiliki Kakak mudah bukan? Aku pamit Ayah, Ibu selamat pagi".
Alya langsung mengambil tas dan bangkit dari duduknya, berjalan meninggalkan meja makan yang kini hanya dihuni oleh tiga orang.
" Kakak tuh selalu seperti itu, dasar egois". Fahri bergumam lirih namun masih jelas terdengar.
" Jaga mulutmu Fahri, ibu tidak pernah mengajari kamu bersikap tidak baik. Kamu tidak mau dibandingkan tapi kamu membandingkan orang lain? Kamu sehat?". Maya kini menegur Fahri dengan sedikit keras.
" Yaaahh...." rengek Fahri yang kini melirik sang Ayah.
" Malu Fahri, kakakmu saja tidak pernah merengek padahal dia perempuan. Benar kata Ibu dan Kakakmu". Harun kini menyetujui ucapan sang Istri dan Anaknya.
Fahri yang kesal langsung meninggalkan meja makan tanpa berpamitan, begitulah sifatnya karena selama ini merasa jika apapun yang dilakukannya mau benar ataupun salah sang Ayah selalu membelanya.
Tapi, pagi ini ternyata Fahri tidak mendapatkan pembelaan dari sang Ayah membuat dirinya merasa kesal.
" Ayah, mulai sekarang jangan terlalu memanjakan Fahri. Dia sudah dewasa sudah harus mulai mandiri, agar tidak seenaknya jika bersikap dan berbicara kita tidak tahu jika ini terjadi kepada orang luar". Maya mengusap sang suami.
" Iya Bu, ayah paham...".
" Dari dulu bilang paham, tapi tidak ada perubahan baru pagi ini ibu lihat. Kasian Alya yah, takutnya merasa tidak kita sayangi". meskipun Maya hanya Ibu sambung tapi mereka memiliki komunikasi yang baik.
Harun baru terasa dan berpikir atas ucapan sang istri, memang benar jika selama ini dirinya sangat jarang membela Alya karena merasa jika Alya sudah dewasa.
Padahal setiap anak akan merasa aman dan bahagia ketika dibela oleh sang Ayah, apalagi anak perempuan yang memiliki sisi manja dan berhati lembut. Sepertinya ada beberapa hal yang telah dilupakan oleh Harun dalam mendidik Alya, memahami perasaan anak dilupakannya selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mugiya
hadir dengan membawa sekuntum bunga
2025-09-04
2
Abu Yub
Bintang lima buatmu thor/Pray/
2025-08-24
2
Abu Yub
iya masih panjang dan berlanjut
2025-08-24
2