senja dan kebangkitan diriku

Perlahan aku menyadarinya setelah merenung beberapa detik,Benar apa yang dikatakan Yena. Reza benar-benar sudah keterlaluan kali ini. Semua kata manisnya, semua perhatian yang dulu terlihat hangat, ternyata jelas-jelas hanya lah topeng.

Dia benar-benar hanya memanfaatkan aku, Ghea yang polos, Ghea yang terlalu mudah luluh ketika sudah terlanjur jatuh cinta sama seseorang.

Tubuhku gemetar, dada sesak, tapi ada rasa lega yang aneh. Akhirnya aku bisa melihatnya dengan jelas, tanpa bayangan cinta yang membutakan.

Yena menatapku dengan serius, matanya menyorot tajam tapi penuh perhatian.

“Kamu harus mencintai diri kamu sendiri, Ghea,mulai saat ini jangan bodoh lagi karena cowok. Jangan biarkan seseorang yang sama sekali gak menghargaimu menentukan harga dirimu lagi.”

Aku terdiam, menelan kata-katanya. Suaranya keras, tapi membuatku tersadar. Kata-kata itu menusuk hatiku, mengingatkan bahwa selama ini aku terlalu larut dalam perasaan untuk Reza, sampai lupa sama diri ku sendiri,aku terlalu banyak berkorban untuknya ,dan meninggalkan semua nya,semua mimpi -mimpiku untuk diriku sendiri.

Yena menghela napas, lalu menepuk bahuku. “Aku bilang ini karena aku sayang sama kamu. Jangan terus-terusan terluka seperti ini. Kamu pantas dijadikan ratu, dari pada sekadar mainan pria brengsek seperti dia"

Aku tersenyum lemah, lalu meraih Yena. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku memeluknya erat.

“Makasih ,Yena kamu sudah menyadarkan aku,” bisikku pelan, suaraku agak bergetar tapi lembut.

Yena membalas pelukanku, menepuk punggungku lembut. “sudah tugasku Ghea, sebagai sahabatmu harus saling mengingatnya,Aku cuma mau kamu bahagia, jangan terus-terusan tersiksa ya karena orang yang salah.”

Aku menunduk sejenak, menahan air mata yang masih menggenang. “Aku janji akan berusaha melupakannya,Walaupun mungkin itu sulit untuk aku lakukan, tapi aku akan mencoba.”

Yena tersenyum, penuh dukungan. “Itu baru Ghea yang aku kenal"

Setelah sekolah usai, aku hanya berdiam diri di kamar,tanpa seorang pun yang bisa mengganggu ku,aku duduk di dekat meja lukisku. Kuambil kuas dan cat air, lalu mulai melukis pemandangan yang kulihat di luar jendela.

Sinar matahari sore menerobos tirai tipis, menebar cahaya keemasan yang hangat namun lembut. Langit perlahan berubah menjadi senja, campuran oranye, merah, dan ungu yang menenangkan hati.

Aku menunduk, menatap lukisan yang mulai terbentuk di kanvas. Kuusap wajahku dengan telapak tangan, mencoba menenangkan diri.

Berulang kali aku berjanji dalam hati, berusaha menyingkirkan namanya dari pikiranku. Tapi seolah itu sia-sia. Setiap hembusan napas, setiap detik yang berlalu, batinku terus bergema memanggil namanya.

Rasa rinduku padanya masih tertanam begitu dalam, meski aku tahu cinta itu telah menyakitiku.

Hatiku bertarung antara keinginan untuk melupakannya dan sisa-sisa cinta yang menempel erat.

“Sadar, Ghea,sadar,Dia itu sudah keterlaluan sama kamu. Reza dia terlalu brengsek untuk kamu perjuangkan.”kataku pada diriku sendiri.

Aku menelan ludah, membiarkan kata-kata itu mengalir dalam hati. Rasa sakit masih ada, tapi di baliknya muncul sesuatu yang baru tekad.

“Kalau selama ini aku terus memikirkannya, aku cuma bakal terluka lagi. Aku gak pantas diperlakukan seperti ini. Aku harus berhenti mencintai dia ,semua ini demi diriku sendiri" lanjutku, suaraku kian mantap.

Bibirku melengkung tipis, kali ini bukan senyum palsu, tapi senyum kecil penuh kepastian.

“Aku harus cantik, bener-bener cantik,Terus setelah itu cari laki -laki yang jauh lebih baik darinya , tentunya!,Atau sekalian tuan muda dari keluarga terkaya, biar gak ada lagi drama dan sandiwara kayak Reza.”ucapku menghibur diriku sendiri.

Meskipun kata-kataku terdengar main-main, di dalam hati aku tahu ada kebenaran di situ.

Aku mulai saat ini harus benar -benar sama diriku sendiri, memperbaiki hidupku, dan gak lagi membiarkan hati ini disakiti orang yang salah.

Aku menarik napas panjang, menatap langit senja di luar jendela, dan tersenyum lagi kali ini sedikit lebih tulus. Mungkin, langkah pertama untuk bangkit memang dimulai dari menegakkan diri sendiri.

Tiba-tiba, sebuah pikiran muncul di benakku. Jepang… ya, Jepang.

Negeri yang selama ini hanya kusebut dalam mimpi, kini terasa seperti jawaban. Aku membayangkan tinggal di sana,dan bekerja di sana,setelah aku lulus,kota yang rapi, bunga sakura yang bertebaran, dan udara yang segar seolah hanya tempat itu yang bisa membersihkan luka di hatiku.

“Mungkin,mungkin aku akan sembuh sepenuhnya di sana,” bisikku pelan, menatap senja yang mulai pudar di luar jendela.

Bayangan itu membuat dadaku terasa lebih ringan. Untuk pertama kalinya sejak lama, ada secercah harapan di antara kepedihan ini.

Mungkin Jepang bukan sekadar tempat, tapi juga awal baru untukku ,tempat di mana aku bisa melupakan Reza, menemukan diriku sendiri, dan membangun hidup yang lebih baik.

Aku pun membuka ponselku, membuka akun media sosial, dan mulai mencari orang-orang yang sudah bekerja di Jepang. Foto-foto mereka, cerita-cerita mereka, dan pengalaman yang dibagikan membuatku semakin bersemangat untuk menggapai nya.

Gaji yang tinggi, lingkungan yang bersih, suasana kerja yang teratur,semuanya terasa begitu menenangkan dan menjanjikan. Bahkan, melihat bagaimana mereka terlihat lebih percaya diri dan cantik membuatku membayangkan versi diriku sendiri di sana.

Hatiku berdetak lebih cepat. “Kalau aku bisa ke sana, mungkin aku bisa sembuh, bisa mulai lagi, bisa menjadi versi diriku yang lebih baik,” gumamku dalam hati.

Sambil menatap layar ponsel, aku tersenyum kecil. Bayangan diriku di Jepang mulai terbentuk di pikiranku.

“Kalau aku ke sana, aku pasti bisa secantik Wonyoung,” bisikku pada relung jiwaku.

Aku membayangkan wajahku yang lebih percaya diri, rambut yang tertata rapi, kulit yang bersih, dan senyum yang bisa membuatku merasa bangga pada diriku sendiri.

Harapan itu terasa manis, hampir seperti angin sore yang menenangkan hatiku yang selama ini penuh luka.

Setelah membayangkan diriku di Jepang, aku segera mengambil buku catatan dan pena. Aku duduk di meja, menulis satu per satu hal yang harus aku lakukan untuk mewujudkan rencana itu.

Aku menuliskan: pekerjaan yang ingin dicoba, biaya hidup, tempat tinggal, bahkan impian kecil seperti mencoba kafe lucu dan jalan-jalan melihat sakura.

Setiap kata yang kutulis membuat hatiku sedikit lebih ringan, seolah setiap rencana itu menyingkirkan kepedihan yang selama ini menempel.

“Aku pasti bisa melakukannya,pokoknya aku harus bisa,” gumamku sambil menulis daftar persiapan yang semakin panjang.

Bayangan versi diriku yang lebih percaya diri, cantik, dan kuat membuatku tersenyum sendiri.

Ini memang baru rencana, pikirku, tapi ada keyakinan kuat yang membara di dalam hati.

“Kalau soal ini, aku pasti bisa,walaupun sulit, aku tidak akan menyerah.”tegasku pada diriku sendiri.

Aku menatap tangan yang masih memegang pena, bayangan luka-luka masa lalu terlintas sebentar.

Berkali-kali aku dibuang, dimanfaatkan, hanya karena dianggap rendahan, kurang cantik, atau tak pantas dicintai.

Semua pengalaman pahit itu, semua luka yang pernah kurasakan, kini kuubah menjadi bahan bakar untuk melangkah.

“Semua itu harus jadi motivasi untuk aku melangkah lebih keras,untuk menggapai bintangku sendiri,” gumamku dalam hati, menatap langit malam di luar jendela.

Bayangan masa laluku ditinggalkan, dimanfaatkan, dianggap tak berharga ,semua itu kini tak lagi membuatku terpuruk. Sebaliknya, itu menguatkanku. Setiap rasa sakit yang kurasakan kini berubah menjadi dorongan untuk menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih berani menghadapi dunia.

Terpopuler

Comments

Maira_ThePuppetWolf

Maira_ThePuppetWolf

Ceritanya bikin aku merasakan banyak emosi, bagus bgt thor! 😭

2025-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!