KYOTO
Setelah tiba di apartemen tempat mereka menginap, Livia segera menghubungi Naoki melalui panggilan video call.
“Sayang, aku telah sampai,” kata Livia ketika Naoki menjawab panggilan videonya.
“Syukurlah,” kata Naoki yang tampak memandangi wajah Livia lewat ponselnya dengan tatapan sayang.
“Sayan,g apa kau rindu aku?” nada bicara Livia begitu manja.
Ttentu saja, aku merindukanmu.”
“Kalau begitu datanglah ke sini, aku rindu menghabiskan waktu bersamamu di Kyoto seperti dulu,” rengek Livia.
“Nanti sayang, saat ini aku masih sibuk.”
“Naoki menyebalkan.” Livia mulai memancing pertengkaran.
“Gadis baik, istirahatlah, apa kau sudah makan?” Naoki mengalihkan pembicaraan.
“Belum.” Livia mengatupkan bibirnya cemberut.
“pergi cari makan dan sewa kimono untuk fotomu” kata Naoki lembut.
“Hai hai,” jawab Livia dalam bahasa Jepang.
“kenapa tidak beli saja kimononya?” tanya Naoki
“membosankan, menyewa bisa berfoto dengan banyak kimono setiap datang ke Kyoto” jawab Livia
“Baiklah, jangan ke club, jangan nakal.”
“Jangan minum sake, jangan pergi karoke jangan makan junk food jangan centil kepada pria.” Livia melanjutkan
“Good girl, i love you.”
“Kamu yang terbaik Naoki sama, aku sayang kamu,” jawab Livia dan mematikan sambungan video callnya.
Livia tidak pernah mengatakan cinta pada Naoki, ia memang tidak merasakan mencintai pria itu, bukan tidak namun belum, mungkin. Ia bertekad akan mulai mencintai Naoki ketika Danu telah menikah. seperti sebuah permainan kedengarannya.
Livia menghampiri hana dan Yukari yang sedang membongkar koper mereka dan menyusun pakaian mereka ke dalam lemari, mereka akan tinggal di Kyoto untuk beberapa hari ke depan.
“Hpa Naoki akan menyusulmu ?” tanya Hana.
“Tidak mungkin,” jawab Livia.
“Diaa kelihatannya sangat mencintaimu,” kata Yukar. “Kau sangat beruntung,” imbuhnya.
“Sepertinya dia tidak ada niat menikahiku, untuk apa ia mencintaiku jika tidak ingin menjadikanku nyonya Yamada,” ucap Livia dengan nada santai tetapi terdengar mengeluh.
“Bersabarlah, apa kau yakin akan menikah dengannya?” tanya Hana.
“Aku tidak tahu, tapi tidak ada pria sebaik Naoki memperlakukanku," jawab Livia mengatakan hal sebenarnya.
“Livia, apa kau pernah menanyakan pada Naoki mungkin saja orang tuanya telah menjodohkannya dengan gadis di lingkungan mereka,” ucap Yukari hati-hati.
“Yukari, entahlah. Aku tidak berpikir ke sana selama ini,” jawab livia sambil menghela napas berat. “Oh iya, Yukari aku ingin menanyakan sesuatu.” Livia ingat sesuatu dan berpikir bagaimana cara menyampaikan dengan baik dan tidak terdengar vulgar.
"Apa itu?" tanya Yukari sambil melipat pakaiannya.
“Apakah pria Jepang tidak terlalu pandai di atas ranjang? maksudku--” Livia bingung caranya mengungkapkan pertanyaan bodoh itu.
“Livia apa maksudmu?” tanya Hana penasaran. "Apa Naoki mempunyai kekurangan di atas ranjang?” lanjutnya.
“Bukan begitu...” kata Livia.
“Lalu kenapa?” tanya Hana lagi justru hana yang lebih bersemangat.
Livia memandangi kedua sahabatnya dengan tatapan menyelidik. “Apa kalian bisa di percaya?”
“Hey apa kau gila kau pikir aku siapa?” Hana melotot galak kepada Livia.
“Aku bahkan berhutang nyawa padamu Livia,” jawab Yukari.
“Naoki, Naoki ia tidak terlalu pandai di ranjang ia pasif dan tidak terampi.l” Livia mengatakan dengan cepat karena malu.
“Apa?” hana dan Yukari terkejut dengan apa yang barusan di ucapkan Livia.
“Seperti yang ku katakan tadi, ia agak malas dan ia hanya bercinta denganku seminggu sekali, menurutku itu tidak wajar bukan?"
“Astaga ini masalah rumah tangga yang berat karna berhubungan dengan ranjang,” jawab hana sambil tertawa. “Aku menyerah jika masalah kepuasan ranjang, oh Tuhan aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa kepuasan.” Hana tak bisa membendung mulut cerewetnya.
Mereka bertiga tertawa lepas seolah yang mereka bicarakan adalah hal sangat lucu.
“Apa sejak dulu seperti itu?” selidik Hana.
“Dulu cukup baik, sekarang satu minggu hanya sekali durasi sebentar, apa mungkin ia mengalami impoten?”
“hahaha...” Hana terbahak bahak mendengar analisa Livia. “Kau gila. Mana mungkin impoten jika masih bisa berdiri tongkatnya.”
“Livia mungkin ia hanya lelah, atau mungkin ia memiliki wanita lain.” Yukari menatap Livia dengan tatapan waspada.
“Stop Yukari, aku tidak ingin tau masalah wanita lain aku tidak ingin melihat mendengar maupun mengetahui.” Livia menutup telinganya dengan gaya berlebihan sambil berguling guling di atas kasurnya.
“Miss overacting!” teriak mereka bersamaan dan pembicaraan terhenti sampai di situ, tidak ada solusi yang di tawarkan oleh dua gadis itu. mereka justru menjadikan masalah Livia sebagai lelucon.
“Hahaha...” Livia tertawa lepas. “Sudahlah, ayo kita mencari makan dan mencari pria tampan.”
“Akuakan berkencan dengan pacar baruku malam ini,” kata hana tampak bersemangat.
“Apaia orang Jepang? Atau China?” Livia ingin tahu siapa kekasih Hana kali ini.
“Kali ini China namun tinggal dan lahir di Jepang.”
“Oh ku harap ia setampan pria di novel China yang ku baca di web novel China.”
“Kau terlalu banyak mempunyai waktu menganggur dan mengkhayal,” ejek Hana.
“Yukari apa yang akan kau lakukan malam ini?” tanya Livia.
“Makan malam denganmu lalu tidur,” kata Yukari sambil terkekeh.
Dan ketiga gadis itu tertawa bersama lagi.
Malam itu Livia dan Yukari benar benar Makan malam berdua karena hana telah pergi bersama kekasih barunya, mereka memutuskan pergi ke ponchoto Kyoto, ponchoto adalah sebutan untuk restoran dan toko toko yang berada di sisi kanan dan kiri jalan shimokorikicho dan di antara jalan shinjo dori dan sanjo dori, makanan makanan yang di jual di sini sangat murah dan atmosfirnya menyatu dengan masyarakat tradisional Kyoto, Livia sangat menyukai tempat ini, hampir semua tempat makan di ponchoto pernah Livia cicipi kelezatan makanannya.
“Yukari bagaimana kalau kita mulai mereview semua makanan makanan di Jepang, rasanya aku lelah dan kehabisan ide untuk mereview tempat wisata selama dua tahun ini,” kata Livia dengan bahasa inggrisnya.
“Livia, apa kau yakin kau akan berubah menjadi food blogger? kau akan menjadi gemuk,” jawab Yukari.
“Tidak, kita akan mengimbangi dengan olah raga.”
“Kau akan menyuruhku untuk lari nonstop tiga puluh menit di alat treadmilmu. Tidak Livia aku lebih baik mati,” jawab Yukari dengan bahasa jepangnya.
"Itu hal mudah. Aku bisa menjadi mentor olah ragamu," jawab Livia dengan nada sombong.
"Aku tidak bisa membayangkan kau mereview makanan," kata Yukari sambil tertawa. "Livia kau bahkan tidak tau bumbu masakan satu pun, yang kau tau hanya enak dan tidak enak di lidahmu."
"Ah! Kau betul Yukari." Livia terkekh mendengar ucapan Yukari. "Semua makanan enak di lidahku asal tidak pedas." Livia menertawakan dirinya dan idenya.
Cara mereka berkomunikasi tergolong unik, Livia masih tidak mahir berbahasa Jepang ia hanya mengerti perkataan orang dan tidak terlalu percaya diri mengucapkan bahasa Jepang dengan banyak kata. Hanya satu patah dua patah kata yang ia bisa, apa lagi tulisan kanji, ia sama sekali tidak mengerti. Yukari memahaminya dan tentu saja sudah terbiasa dengan hal itu
Sementara tak jauh dari kedua gadis itu, seorang pria duduk tepat di belakang Yukari, ia hampir saja tersedak kopinya ketika mendengar Yukari menyebutkan nama Livia beberapa kali.
Pria itu mengambil ponselnya membuka aplikasi kameranya dan mengarahkan kamera itu seolah olah mengarah pada dirinya. Dan alangkah terkejutnya saat melihat siapa gadis yang ada di dalam tangkapan kameranya.
TAP JEMPOL KALIAN DAN KOMEN 👇👇👇
👍😊💖💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Al Haris Aris
andre
2021-05-29
0
queenbee
wow apakah ini pria 20 juta?? 😄😄
2021-05-15
0
Dyah Mbeluk's
🤣🤣🤣🤣
2021-03-20
0