Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru
Happy reading
"Saya terima nikah dan kawinnya Ayunda Nafsha Azia binti Zain Kurniawan dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."
Fix, mulai detik ini hidup-ku bakal berubah total.
Aku nggak pernah ngebayangin bakal menikah sama manusia yang paling aku benci sedunia--Arjuna Tsaqif. Guru fisika-ku sendiri.
Pria pemilik wajah menyebalkan dan omongan pedas, sepedas cabe satu kwintal.
Nggak ada yang bisa aku lakuin, selain pasrah dan nurutin kehendak ayah.
Om Adam, dialah orang yang menjadi penyebab pernikahan dadakan ini terjadi.
Dengan aktingnya yang sangat meyakinkan, dia berhasil ngeluluhin hati ayah.
Kata ayah, hidup Om Adam nggak bakal lama. Makanya, permintaan terakhirnya harus dituruti.
Di sini, di Rumah Sakit Adiwangsa, aku harus rela menelan kenyataan pahit. Terpaksa melepas status lajang di usia delapan belas tahun dan menjadi istri seorang pria berusia dua puluh enam tahun.
Nangis?
Nggak, aku nggak bakal nangis.
Aku bukan cewe cengeng, yang dengan gampangnya netesin air mata.
Aku Ayu, ketua Geng Srikandi.
...🍁🍁🍁...
Ayu masih berharap, pernikahannya dengan Arjuna hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang harus dihempas ke dasar laut, supaya tidak kembali lagi ke permukaan.
Tapi ternyata, harapannya yang harus dihempas.
Pernikahan Ayu dengan Arjuna nyata dan tidak bisa dibantah.
Menyedihkan.
Tetapi Ayu bisa apa, selain menerima kenyataan pahit yang tidak pernah dia bayangkan selama ini.
"Yu, cium tangan suamimu."
Ayu hanya bisa berdecak kesal ketika Inggrid memintanya untuk mencium tangan Arjuna, makhluk Tuhan yang paling menyebalkan baginya.
Jika boleh jujur, Ayu paling anti mencium tangan Arjuna. Tapi kali ini, ia terpaksa melakukannya demi menuruti perintah sang bunda, wanita yang paling dia sayang sedunia.
Adam yang tadinya tampak sekarat, seketika terlihat lebih segar setelah Ayu dan Arjuna menikah.
Ayu semakin yakin, Adam hanya berakting. Sebenarnya pria paruh baya itu tidak benar-benar sakit, apalagi sekarat.
Adam sengaja meminta Zain untuk menikahkan Ayu dengan Arjuna, hanya untuk menjadikan Ayu sebagai tumbal.
Tumbal untuk melepas predikat jomblo anak laki-lakinya yang sudah sepuh. Itu yang terbesit di dalam pikiran Ayu saat ini.
"Mulai sekarang, Ayu sudah menjadi tanggung jawabmu, Jun. Jaga Ayu dan bimbing Ayu. Jangan pernah menyakiti hatinya. Om percayakan Ayu padamu." Zain menepuk pelan bahu Arjuna, putra sahabatnya yang kini telah menjadi menantunya.
Dari sorot matanya, terlihat jelas jika Zain menaruh harapan besar pada Arjuna. Dan Ayu, hanya bisa memutar bola mata malas menyaksikan hal itu.
Ia tidak yakin, jika Arjuna akan sanggup menunaikan petuah ayahnya.
"Iya, Om. Saya akan menjaga Ayu dan membimbingnya. Insya Allah, saya juga tidak akan menyakiti hatinya."
Bulsit!
Bagi Ayu, perkataan Arjuna tak ubahnya suara tong kosong.
Bagaimana Arjuna bisa menjaga, jika tangannya saja ringan memukul dahi Ayu dengan menggunakan spidol. Untung tidak sampai benjol, apalagi bocor.
Bukan hanya memukul dahi, Arjuna juga mengeluarkan kata-kata pedas yang sukses menorehkan rasa sakit di hati Ayu.
"Kamu selalu bikin ulah, apa tidak bisa lebih baik dari ini?"
"Dong atau blong?"
"Seorang gadis itu seharusnya santun, bukan bertingkah selayaknya preman jalanan."
Itulah deretan kata-kata pedas yang pernah dilontarkan oleh Arjuna setiap Ayu berulah atau berisik di dalam kelas. Terlebih, ketika Arjuna menerangkan rumus fisika.
Terdengar datar, namun penuh penekanan.
Dulu, sewaktu pertama kali Arjuna mengajar di kelas, Ayu sempat menaruh hati padanya. Selain masih muda, paras Arjuna juga bisa dibilang tampan. Bak seorang artis Korea.
Bayangkan saja wajahnya mirip aktor Lee Min Ho. Hidung mancung, kulit putih bersih, mata indah, dada bidang, dan memiliki tinggi badan proporsional.
Tetapi itu dulu, sebelum Arjuna mematahkan hati Ayu dan membuatnya teramat kecewa.
Ayu merasa sangat kecewa ketika menemukan coklat viral yang diberikannya pada Arjuna, malah teronggok di tong sampah. Ia berpikir, Arjuna yang sengaja membuangnya.
Padahal, Ayu rela mengantri panjang di supermarket supaya bisa membelikan hadiah spesial di hari kasih sayang untuk sang guru idola-Arjuna Tsaqif.
Namun sayang, balasannya bukan kata terima kasih atau senyuman manis, melainkan hal yang paling menyakitkan hati dan akan selalu diingat oleh Ayu.
"Mulai hari ini, kamu tinggal di apartemen bersama Juna, Sayang." Alisa memeluk tubuh Ayu sambil membisikkan rangkaian kata. Terdengar semanis madu. Namun tersirat sikap dan tutur kata palsu. Ayu menyadari itu.
Dengan sangat terpaksa, Ayu mengangkat kedua tangannya yang semula menjuntai untuk membalas pelukan wanita yang kini telah resmi menjadi ibu mertuanya.
Setelah hari ini, aku yakin hidup-ku bakal menderita.
Aku bakal seperti burung yang dikurung di dalam sangkar dan nggak bisa terbang lagi ke mana-mana.
Aku bakal kangen tawuran. Aku juga bakal kangen adu jotos sama Arumi.
Huftttt ....
Ayu menghela napas panjang, menghempas rasa sesak yang kini bercokol di dalam dada.
Pelukan yang semula mengerat, terurai perlahan kala terdengar suara nada dering telepon. Ternyata suara itu berasal dari gawai yang tersimpan di dalam saku kemeja Ayu.
Ayu segera berpindah posisi di pojok ruang, supaya bisa menggeser layar gawai dan menerima panggilan telepon dari salah satu sahabat baiknya--Nofiya.
"Nyet, kamu lagi di mana sih? Anak-anak udah babak belur dipukul pake tongkat Pramuka sama bocah-bocah Geng Kunti."
"Aku lagi di rumah sakit, nengok sahabat ayah yang lagi sakit jantung. Bentar lagi aku menyusul ke sana." Ayu membalas ucapan Nofiya dengan melirihkan suara, agar suaranya tidak didengar oleh siapapun kecuali lawan bicara.
"Okay, aku sama anak-anak nunggu kamu di tempat biasa."
"Ogeh."
Aku harus segera keluar dari ruangan ini, biar bisa menyusul anak-anak dan nyelametin mereka.
Tapi alasan apa yang mesti aku gunain?
Satu menit Ayu berpikir dan ... akhirnya dia menemukan ide brilian.
"Bun, aku keluar dulu ya. Mau beli roti selai di mini market." Ayu terpaksa berdusta.
"Kamu laper, Yu?"
"Eng, bukan roti selai ... makanan, Bun. Maksud-ku pemba-lut." Ayu sedikit berbisik, supaya tidak terdengar oleh yang lain. Terlebih Arjuna.
Meski badung, Ayu masih mempunyai rasa malu jika membahas tentang tamu bulanan, apalagi tentang roti selai. Nama samaran dari pemba-lut.
"Ya sudah. Tapi jangan lama-lama ya! Nanti kembali lagi ke sini 'kan?"
"Nanti aku langsung pulang aja, Bun. Mau beberes kamar."
Inggrid menanggapi ucapan Ayu dengan anggukan kepala, dan itu membuat Ayu teramat girang.
Sebelum meninggalkan ruangan, Ayu terpaksa berpamitan pada Arjuna dan kedua mertuanya.
Ia juga terpaksa mencium punggung tangan mereka dengan takzim, supaya aktingnya kelihatan sempurna dan tidak membuat mereka curiga.
Namun sesempurna apapun akting Ayu, tetap tidak berpengaruh pada Arjuna, sebab Arjuna tidak akan mudah diperdaya.
Arjuna sangat hafal gerak-gerik Ayu.
Selain guru Fisika di SMA Jaya Bangsa, Arjuna juga bertugas sebagai wali kelas 12A. Kelas yang dihuni oleh Ayu.
Dan sekarang hubungan mereka berdua naik satu tingkat.
Ayu bukan hanya murid Arjuna yang terkenal badung. Tetapi, Ayu juga istri bar-bar yang mungkin bisa membuat hidup Arjuna penuh warna.
"Saya antar, Yu --"
Sial!
Arjuna malah menawarkan diri untuk mengantar Ayu.
"Nggak usah, Pak. Mini marketnya cuma deket." Ayu buru-buru menolak.
"Nggak pa-pa, Sayang. Biar dianter sama Juna ya." Alisa turut bicara.
"Eng ... nggak usah, Tante. Selain mau beli roti selai, aku juga mau mampir ke toilet. Kebe-let --" Ayu kembali berdusta.
"Ya sudah kalau begitu. Tapi hati-hati ya!"
"Iya, Tante." Ayu mulai mengayun kaki. Namun sebelum ayunan kakinya sampai di ambang pintu, Alisa mencegahnya.
"Tunggu, Sayang!" pinta Alisa.
Ck! Ayu berdecak pelan untuk menumpahkan rasa kesal, kemudian memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Alisa.
"Mulai hari ini, panggil Tante ... 'Mama'. Panggil Om Adam ... 'Papa'. Dan panggil suami kamu ... 'Mas Juna' --"
'Mas Juna'?
Lebay!!!
Ogah banget manggil Pak Juna ... 'Mas'.
"Ayu, kamu mau 'kan?" Alisa menyambung ucapannya.
Ayu terpaksa mengangguk dan memasang senyum manis, supaya Alisa merasa puas dan tidak mengulur waktu lagi.
Namun, lagi-lagi Ayu gagal melangkah pergi. Bukan karena Alisa, melainkan karena bundanya.
Inggrid berkata, jika ada hal yang ingin ia sampaikan. Penting dan Ayu harus tau.
"Maaf ... karena Ayu belum lulus SMA, lebih baik pernikahan Ayu dan Nak Juna dirahasiakan dulu untuk sementara waktu. Setidaknya, sampai Ayu lulus," tutur Inggrid.
Ayu merasa teramat senang ketika mendengar ucapan Inggrid dan serasa ingin melonjak karena saking girangnya.
Yeachhh!!
The best mother.
Bunda memang paling ngertiin aku.
Helaan napas lega keluar dari indera penciuman Ayu ketika semua orang yang berada di ruangan itu setuju untuk merahasiakan pernikahannya dengan Arjuna.
Itu berarti ... semua teman Ayu tidak akan ada yang tau jika status Ayu bukan lagi gadis lajang, melainkan istri Arjuna Tsaqif--seorang guru berusia dua puluh enam tahun.
Masih muda 'kan? Namun, karena teramat sebal pada Arjuna, Ayu menyebutnya 'sepuh' yang berarti tua.
Sebelum melangkah pergi, Ayu melabuhkan kecupan di pipi Inggrid sebagai tanda sayang dan ungkapan rasa terima kasih.
Lantas ia berjalan melewati lorong rumah sakit dengan langkah lebar dan segera menyusul teman-temannya yang tengah berjuang melawan Geng Kunti--geng yang dipimpin oleh Arumi, musuh bebuyutan Ayu dari SMP.
🍁🍁🍁
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Keknya ada yang sabotase deh, Yu. coba positif thinking aja dulu, Yu. jangan neting🤭
2025-09-06
1
Najwa Aini
Aku udah ninggalin jejakku di mana²...
semangat beekarya ya Autor manis legit seperti kue lapis.
nanti malam jan lupa bakar kemenyan dan kumbang rupa, buat manggil aku biar nyusul juga berkarya
2025-08-15
1
Be___Mei
itu mode ngajar, Ayu. Siapa tau mode suami beda. Jangan suudzon atuh 🤭
2025-08-15
1