Sekarang aku duduk di satu kursi, dengan saling berhadapan secara langsung kepada pria babak belur.
Namun, satu yang membuat aku syok. Pria di sebelah nya, yang sekarang menatap ku
Papah Irvan Brow
Kalian sudah kenalkan, sama saudara baru kalian.
Nayanika Irven Brow
Iya, Papah. Aku senang sekali punya saudara perempuan.
*Dengan nada semangat
Papah Irvan Brow
Gaharu, sekarang Renjana ini juga Mbak kamu. Sama seperti Mbak Nayanika.
Gaharu Irven Brow
Tidak.
Papah Irvan Brow
Gaharu Irvan Brow!
Nayanika Irven Brow
Gaharu.
Aku bisa melihat perubahan ekspresi pria babak-belur itu yang tidak suka kepada ku.
Namun aku tidak perduli itu.
Niat ku kesini karena keinginan Mama
Aku bisa merasakan usapan lembut dari Mama yang ada di sebelah.
Renjana Blue
Tidak apa-apa, Pah.
Papah Irvan Brow
Tidak bisa seperti itu Renjana. Dia harus paham bahwa kamu juga saudara dia sekarang, anak ini.
Mama Hana
Sudah lah, Mas. Sekarang kita makan malam saja, nanti enggak enak jika dingin.
Aku mengangguk membenarkan kata Mama,
Renjana Blue
Iya, Pah. Enggak usah terlalu di pikirkan.
Aku menatap kearah pria babak-belur, wajah nya hanya datar ketika padangan kami berdua bertemu.
Gaharu Irven Brow
Mengapa saya harus menganggap nya saudara!? Jika Mbak Nayanika saja sudah cukup bagi saya.
Ucapan tiba-tiba dari nya cukup membuat aku melirik nya.
Namun dia terlihat cuek, dengan tetap memakan nasi nya
Papah Irvan Brow
Gaharu!
"Dengan nada penuh tekanan.
Mama Hana
Mas, sudahlah.
Hening beberapa menit, karena aku hanya menikmati makanan yang ada di depan. Aku paling benci tatapan pria yang ada di sebelah nya. Itu lebih berbahaya dari pada bocah babak-belur itu.
Di lantai dua, dekat kamarku. Setelah selesai makan malam, yang sedikit tegang karena keributan yang tidak perlu.
Di sini pria bocah ini berdiri di depan ku. Depan kamar yang sekarang akan aku buka kan.
Gaharu Irven Brow
Dengar, kau hanya orang asing di sini. Jadi, jangan pernah meninggi kan diri di sini.
Renjana Blue
Lalu, apa aku harus merendahkan hmm?
Ku dekati dia. Sehingga pernapasan nya bisa aku rasakan, karena dia cukup tinggi membuat aku mendongak.
Renjana Blue
Kamu, tidak sepenting itu untuk aku takut kan. Aku juga tidak akan menguasai rumah mewah ini. Jadi, kamu bisa lebih tenang. Adik, hmm.
Dengan aku yang sedekat ini, aku bisa merasakan kemarahan nya.
Comments