5. Identitas Calista

Sebuah Mension besar bergaya klasik Eropa tampak seorang laki-laki berdiri didepan Jendela kaca besarnya didalam ruang kerja.

Leon dialah yang berdiri di sana, satu tangannya memegang setelan wine yang sudah hampir habis.

Tok,,Tok,,

 "Permisi Tuan." Ucap Zidan menundukkan tubuhnya.

 "Apa kau sudah mendapatkannya?"

 "Semua sudah ada didalam amplop ini Tuan."

 "Apa tidak ada yang terlewatkan?"

 "Tidak Tuan."

Leon membalikkan tubuhnya membuat Zidan menunduk. Dia lantas memberikan sebuah amplop coklat.

 "Kamu bisa keluar."

 "Baik Tuan."

Zidan berjalan keluar, sedangkan Leon duduk di kursi kebesarannya menatap sebuah amplop coklat yang kini ada di depannya.

Perlahan, dia mulai membukanya dan membaca semua identitas Little Girls yang selama ini dia cari.

 Calista Angela seorang putri dari pasangan Bagas Bramantyo dan Mariana Renata. Calista berusia 19 tahun dan menjadi salah satu mahasiswi di Universitas Gajah Mada.

Leon membacanya tanpa yang terlewatkan. Bahkan rahangnya mengeras saat melihat bagaimana kehidupan

Little Girls nya selama ini.

Jadi dia hidup menderita setelah kepergian Ibunya.

Saya tidak akan tinggal diam.

Leon mengambil ponselnya dan menghubungi Zidan.

"Halo Tuan."

"Atur jadwal pertemuan dengan Bagas Bramantyo."

"Baik Tuan."

Leon menutupnya, matanya masih menatap foto gadis kecil yang selalu masuk dalam mimpinya. Dia lega bisa kembali menemukannya.

******

Sedangkan Calista masih sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Calista bukan gadis yang malas dan dia cukup pintar dalam kampus.

Ting,,

Ponselnya bunyi, membuat Calista menoleh dan membaca pesan singkat dari nomor yang tidak dia kenal.

Unknown.

Istirahat tubuh mu tidak kuat untuk terlalu lelah little girl.

Calista menautkan alisnya. Siapa dia kenapa mengirimkan pesan seperti itu.

Calista mengabaikannya, dia berpikir hanya orang iseng saja. Dia kembali melanjutkan belajarnya.

Di dalam kamar lain, Bagas membaca sebuah pesan singkat dari salah satu orang penting dalam bisnis. Jarinya langsung cepat membalasnya.

"Mas, ini aku buatkan teh hangat."

"Letakkan di sana dulu."

"Kamu lagi balas pesan siapa sih Mas."

Bagas meletakkan ponselnya dan menatap Silvia. Dia menggenggam tangan istri barunya itu.

"Akhirnya sayang, Leonal Harits mau bekerjasama dengan perusahaan kita."

"Leonal Harits? Siap dia memangnya Mas."

"Dia seorang pengusaha muda yang sangat sukses, bisnisnya berkembang di berbagai negara bahkan bisa dibilang dia adalah pengusaha yang sangat jarang mau bertemu dengan orang lain dan hanya di wakilkan Asistennya saja. tapi kamu lihat, Asisten nya memberi kabar kalau Leon sendiri ingin bertemu dengan aku besok."

"Waw,, ini sebuah keberuntungan Mas. Dan aku mau Mas bisa bekerjasama dengannya."

"Iya sayang, bekerjasama dengannya akan membuat keluarga kita semakin kaya raya."

Silvia mengangguk dan tersenyum. Menjadi semakin kaya raya itu adalah impiannya. Dengan memiliki kekayaan dia bisa memberikan apapun untuk Talita. Dan Talita tidak akan hidup menderita lagi. Membeli semua yang mereka inginkan.

"Ya sudah aku mau tidur dulu, besok aku harus bertemu dengannya. Bahkan aku harus datang lebih awal biar saja aku yang akan menunggunya."

"Iya Mas, tapi minum tehnya dulu aku sudah buatkan dengan rasa sayang." Ucap Silvia mengangkat cangkir berisi teh hangat.

"Astaga Maaf sayang, aku terlalu senang malam ini."

Silvia mengusap bahu suaminya dengan senyuman dan meletakkan gelasnya kembali diatas meja.

"Aku ke kamar Talita dulu Mas."

"Iya sayang." Ucap Bagas merebahkan tubuhnya.

Silvia berjalan keluar. Kabar bagus ini harus dia Ceritakan secepatnya dan tidak bisa menunggu besok pagi.

Ceklek.

Pintu kamar terbuka, Talita berada diatas tempat tidurnya sedang asik menonton Drama korea favoritnya bahkan beberapa cemilan yang juga berada disampingnya.

"Astaga Talita." Ucap Silvia melihat bagaimana jorok putrinya. Beberapa bungkus makanan kosong bercecer di lantai kamarnya.

"Mama, Mama ngapain di situ?"

"Sampah-sampah dibuang di tempat sampah dong Sayang jangan malah kamu sebar dilantai."

"Kan ada Bibi Ma, lagian mereka di gaji buat bersihin rumah ini kan."

Silvia menggeleng dan duduk di sisi ranjang.

"Mama mau apa kesini, bukannya temenin Papa tidur."

"Papa udah tidur duluan."

"Ya udah Mama juga tidur."

"Kamu tuh, Mama mau cerita sama kamu."

"Soal?"

"Masa depan kamu Sayang."

Talita menautkan alisnya dan beranjak duduk, dia menatap Silvia.

"Maksud Mama?"

"Besok Papa akan bertemu dengan salah satu pengusaha yang sangat berpengaruh di dunia. Dan jika mereka akan bekerjasama.Dan itu akan sangat berpengaruh dengan kehidupan kita kedepannya sayang. Kita tidak akan lagi hidup menderita dan bisa membeli apapun yang kita inginkan."

"Bukannya sekarang hidup kita juga sudah kaya raya Ma, bisa beli apapun yang kita mau?"

"Kamu benar tapi jika itu terjadi maka hidup kamu nantinya, hidup cucu mama itu akan terjamin."

"Mama serius?"

"Kapan Mama pernah bohong sama kamu?"

Talita tersenyum dan mulai memikirkannya. Hidup dengan kekayaan berlimpah bahkan sampai tujuh turunan. Siapa yang tidak akan mau hidup seperti itu.

"Ya sudah sekarang kamu tidur sudah malam, besok kamu juga harus kuliah. Mama cuma mau cerita soal ini."

"Tunggu Ma."

Silvia menatap putrinya dan kembali duduk.

"Aku mau mobil Ma, selama ini aku ke kampus selalu diantar sopir tapi Calista. Dia malah pakai mobil sendiri."

"Besok Mama bicara sama Papa."

"Tapi aku mau mobil yang sama seperti Calista Ma."

"Iya sayang. Sekarang kamu istirahat."

Talita mengangguk dan menutup Laptopnya. Silvia membantu menyelimuti tubuhnya.

"Good night sayang."

"Night Ma."

Silvia berjalan keluar dan menutup pintunya. Dia melangkah menuju dapur untuk mengambil minum untuknya dan tidak sengaja berpapasan dengan Calista yang baru saja mengambil minum.

"Ngapain kamu?" Ucap Silvia saat Calista masih menatapnya.

"Suka-suka gue, ini rumah gue kan?"

"Dasar anak kurang ajar.":

"Buat apa gue sopan sama orang yang tidak tau diri."

"Kamu.?"

"Kenapa? Mau tampar gue lagi? Silahkan gue gak akan takut sama Lo juga anak Lo." Ucap Calista berjalan pergi membuat Silvia kesal.

Awas saja kamu Calista saya tidak akan biarkan kamu hidup bahagia. Kita lihat siapa yang akan berkuasa di rumah ini.

Calista masuk ke dalam kamarnya dan menguncinya. Dia tidak mau kejadian beberapa hari yang lalu terjadi lagi saat Talita dengan enaknya masuk ke dalam kamar dan mengambil pakaiannya.

Semua tugas sudah selesai, sekarang mending gue tidur deh. Besok ada kuliah pagi.

Calista naik keatas tempat tidurnya dan menarik selimut. Dia mulai memejamkan matanya dan tidak membutuhkan waktu lama dia mulai terlelap dan masuk ke dalam mimpi indahnya.

Tanpa Calista tau jika seseorang tengah tersenyum melihatnya. Dia adalah Leon yang berada dibalik jendela kamarnya.

-Good night My Little Girls- Gumam Leon tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!