NAMA YG TAK TERJANGKAU

Malam itu dingin. Hujan turun deras, mengetuk-ngetuk atap seng di atas kosan sempit Maya. Satu-satunya cahaya yang menyala hanya lampu meja kecil di sudut kamar. Nayla sudah tertidur sejak sejam lalu, terlelap sambil memeluk boneka kelinci kumal yang tak pernah lepas dari pelukannya.

Maya duduk di lantai, punggungnya bersandar pada dinding, lutut dirapatkan ke dada. Ponselnya tergenggam erat di tangan, tapi layar hanya menampilkan panggilan terakhir yang gagal tersambung.

Panggilan ke-6 ke nomor Adrian Lesmana. Masuk ke voicemail. Lagi.

“Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat menerima panggilan.”

Suara robotik itu masih terngiang-ngiang di kepalanya bahkan setelah sambungan terputus.

Ia menatap kartu nama yang sudah mulai kusut ujungnya. Hitam elegan, bertekstur halus, dengan nama tercetak tegas dalam huruf emas:

ADRIAN LESMANA

Lesmana & Partners

Semua tentang kartu itu terasa mahal. Berkelas. Jauh dari kehidupan Maya yang penuh cicilan dan kantong plastik belanja diskonan.

Tapi anehnya... kartu itu seperti satu-satunya pintu keluar yang tersisa.

Maya kembali membuka ponselnya, membuka draft email yang sempat tertulis sebelumnya. Ia sudah menulis dan menghapus berkali-kali. Takut terdengar terlalu lemah. Takut terdengar terlalu nekat. Tapi juga takut terlalu telat.

Akhirnya, ia mengetik dengan jari yang gemetar:

Kepada: kontak@lesmanapartners.id

Subjek: Urgent – Permohonan Pertemuan Pribadi

Yang terhormat Bapak Adrian Lesmana,

Nama saya Maya Ayudita. Saya saat ini sedang menghadapi proses hukum untuk hak asuh anak saya, Nayla. Situasi saya sangat genting dan saya mendapatkan rekomendasi nama Anda dari teman saya yang bekerja di firma hukum.

Saya tidak memiliki banyak waktu. Mantan suami saya menggunakan segala cara untuk merebut anak kami, termasuk kekuatan finansial dan pengaruh hukum.

Saya mohon, beri saya waktu 15 menit saja. Saya akan datang kapan pun Anda bersedia.

Hormat saya,

Maya Larasati.

Ia baca ulang. Nafasnya sesak. Tapi tak ada waktu untuk keraguan.

Kirim.

Lalu hening lagi. Yang terdengar hanya detak jarum jam dinding tua dan hujan di luar sana. Maya bersandar pelan ke dinding. Tubuhnya gemetar karena dingin... atau kecemasan, ia tak yakin.

Sepuluh menit berlalu. Lalu lima belas. Lalu empat puluh.

Tak ada balasan.

Ponselnya tetap sunyi, seperti diamnya sistem hukum yang selalu berpihak pada siapa yang lebih kuat.

Maya berdiri perlahan, berjalan ke depan cermin kecil yang menempel di pintu lemari plastiknya. Ia menatap dirinya sendiri—mata sembab, rambut awut-awutan, wajah pucat.

“Siapa aku?” bisiknya. “Orang kayak aku... mana mungkin bisa ketemu orang seperti dia?”

Ia menunduk. Lalu menarik napas panjang. Dan menatap pantulan dirinya sekali lagi.

“Tapi aku harus.”

Ponsel kembali diambil. Kali ini ia menelepon nomor kantor Lesmana & Partners.

Nada tunggu terdengar, lalu dijawab suara wanita muda yang terdengar profesional, bahkan terlalu sopan untuk malam hari.

“Kantor Hukum Lesmana & Partners, selamat malam. Dengan Maya, betul?”

Maya sedikit terkejut. “Iya. Saya… baru saja kirim email. Saya mohon dijadwalkan pertemuan dengan Pak Adrian. Saya mohon sekali.”

“Kami sudah menerima email Anda. Tapi mohon maaf, jadwal Pak Adrian penuh hingga minggu depan. Kalau tidak mendesak, kami bisa jadwalkan konsultasi pada tanggal delapan belas. Jam dua siang.”

“Minggu depan terlalu lama,” suara Maya bergetar. “Sidang berikutnya dalam lima hari.”

“Kami mengerti, Bu. Tapi jadwal beliau sangat padat. Jika Ibu bersedia menunggu di lobi kantor, ada kemungkinan kecil beliau bersedia menerima antara agenda. Namun tidak bisa dijamin.”

Maya terdiam.

“Kalau saya datang besok pagi...?”

“Silakan. Tapi seperti yang saya sampaikan, tidak ada jaminan Anda akan bertemu langsung.”

“Terima kasih,” gumam Maya sebelum sambungan ditutup.

Ia menatap layar ponselnya kosong-kosong.

Maya tahu, Adrian Lesmana bukan pria yang mudah dijangkau. Tapi malam ini, satu hal jadi jelas:

Kalau ingin memperjuangkan Nayla, ia harus melawan semuanya—termasuk rasa takut dalam dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!