Bisikan dari Aelwynth

Tepat saat dini hari merambat pelan, Rosella kembali ke ruang tahanan dengan gaun lusuh melekat di tubuhnya. Sepasang mata hazel itu menatap ke luar jendela, menikmati gelapnya malam seolah tengah menyimpan rahasia.

Memori segar masih menari di benaknya—tentang panggung berduri yang baru saja ia lalui. Tentang saat dirinya menari di hadapan para jenderal … dan tentang sebuah cangkir arak yang tampak biasa, namun menyimpan kematian.

Sudut bibir Rosella sedikit tertarik. Ia tahu, setetes racun telah berpadu dalam tegukan Jenderal Valdrosh.

Virellith’s Whisper—atau biasa dikenal dengan sebutan Bisikan Virellith—adalah racun yang lahir dari kelopak bunga Virellith, bunga langka berwarna hitam-biru keunguan yang hanya mekar di ladang kematian pada musim salju pertama setiap satu dekade di pegunungan Aelwynth, wilayah utara Vermont yang hampir tak berpenghuni.

Tanaman ini tak berbahaya saat segar, namun jika diseduh bersama embun malam dari kuburan bangsawan, getahnya berubah menjadi racun bening tanpa rasa dan tanpa bau.

Menurut legenda, bunga itu tumbuh dari darah seorang ratu Vermont yang memilih bunuh diri demi menolak perjodohan politik. Jiwanya larut ke dalam kelopak, menjelma bisikan kematian bagi siapa pun yang mengkhianati cinta ... atau kehormatan.

"Tinggal menunggu waktu ... dan kurasa besok akan ada sedikit kegaduhan," bisik Rosella, menyunggingkan senyum kecil yang nyaris tak terlihat.

Tanpa rasa bersalah sedikit pun, ia merebahkan tubuh di atas ranjang tahanan beralaskan jerami. Tidak nyaman, tentu saja. Tapi ia tahu, ia harus tidur … demi menghadapi hari esok.

~oo0oo~

Keesokan paginya, mentari nyaris tak membawa kehangatan ke barak.

Rosella mulai melakukan tugasnya seperti biasa—pekerjaan kasar dan melelahkan yang diberikan pada para tawanan.

Namun di tengah kesibukannya, matanya menangkap sosok seorang dokter militer melintas cepat, menenteng tas medis sambil tergesa-gesa menuju arah sebuah kamp.

Bukan sembarang kamp.

Kamp para jenderal.

Gosip pun menyebar lebih cepat dari langkah para penjaga.

Dari balik bisik-bisik para tawanan, telinga Rosella menangkap percakapan yang seolah ditujukan hanya padanya.

“Kudengar ...  salah satu jenderal tiba-tiba terkena serangan jantung.”

“Siapa? Siapa?”

“Katanya Valdrosh. Jenderal keparat itu ... yang suka mempermainkan tahanan wanita. Mungkin Tuhan sudah muak padanya.”

Namun baru saja pembicaraan itu semakin hangat, seorang penjaga mendekat cepat, dengan wajah menyala marah.

“Apa yang kalian katakan?! Cepat kembali bekerja jangan hanya bergosip saja. Jika pekerjaan tidak selesai, jangan harap hari ini mendapatkan makanan!” sentaknya dengan raut wajah galak dan menakutkan.

Para tawanan, buru-buru diam dan kembali menunduk.

Sementara itu, di sisi lain barak, dokter militer tengah sibuk memeriksa tubuh Jenderal Valdrosh yang terbaring tak sadarkan diri. Ia memeriksa nadinya—lemah, nyaris tak terasa—serta bagian-bagian vital lainnya, mencoba mencari sumber gangguan yang membuat sang jenderal tumbang begitu tiba-tiba.

Tak ada luka. Tak ada tanda-tanda jelas. Tubuhnya panas, tapi kulitnya pucat. Seolah-olah tubuhnya sedang ... melawan sesuatu yang tak kasat mata.

Duke Orion melangkah masuk ke dalam tenda dengan aura dingin yang mengalir di setiap langkahnya. Di belakangnya, Varron mengikuti dalam diam, mata tajamnya menyapu seluruh ruangan.

“Bagaimana keadaannya?” tanya Orion datar.

“Yang Mulia.” Sang dokter segera menunduk penuh hormat.

“Jenderal Valdrosh kemungkinan mengalami serangan jantung akut,” jelasnya perlahan.

“Bagaimana mungkin?!” Kaelric sontak menyela, nadanya keras.

“Jenderal Valdrosh tidak memiliki riwayat penyakit seperti itu!”

“Yang benar saja!” Veyrund menambahkan, wajahnya tegang. “Jika kau tidak memeriksanya dengan benar, siap-siap saja menghadapi hukuman militer!”

Wajah sang dokter memucat. Ia segera berlutut, suaranya gemetar.

“Ampun, Yang Mulia … yang saya katakan benar. Semua gejalanya mengarah ke sana.”

Orion menghela napas panjang, lalu memutar bola matanya dengan kesal. Suatu ekspresi yang hanya muncul saat ia menahan diri untuk tidak menghunus pedang. Namun ia tetap berpikir jernih.

“Apa yang kalian lakukan tadi malam?” tanyanya tenang, tatapannya bergeser ke arah Valdrosh yang terbaring tak sadarkan diri—mulutnya masih menyisakan bekas darah gelap.

Kaelric menjawab cepat.

“Kami hanya bersenang-senang, Yang Mulia. Menyaksikan tarian, menikmati arak dan anggur seperti biasa.”

Dokter Marven Halbricht kembali berbicara, suaranya hati-hati.

“Berdasarkan pemeriksaan saya, Jenderal Valdrosh mungkin mengalami serangan jantung yang dipicu oleh pecahnya lambung akibat konsumsi alkohol berlebihan. Itu menjelaskan darah yang keluar dari mulutnya.”

Orion tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, pikirannya berjalan lebih cepat dari mulut siapa pun di ruangan itu. Diam sejenak, lalu akhirnya berbicara pelan.

“Kau boleh pergi,” ujarnya kepada dokter.

Marven mengangguk cepat, penuh rasa lega, lalu segera meninggalkan tenda.

Kaelric maju satu langkah.

“Yang Mulia, jenderal kami belum sadar ... bagaimana bisa—”

“Aku akan memanggil tabib lain,” potong Orion, suaranya dingin namun tegas.

“Dia akan memeriksa dan menuliskan resep yang lebih tepat.”

Kaelric terdiam, tak mampu membantah.

Tanpa berkata lebih banyak, Orion berbalik dan melangkah pergi, diikuti Varron yang setia di belakang.

Sesaat setelah keluar dari tenda, Orion memberi perintah singkat.

“Selidiki semua yang mereka lakukan tadi malam. Dari awal pesta sampai akhir.”

Varron mengangguk, siap menjalankan perintah. Namun sebelum benar-benar melangkah, ia sempat menoleh dan bertanya, pelan,

“Lalu... bagaimana dengan hukuman untuk Jenderal Valdrosh?”

Orion tersenyum tipis, sudut bibirnya sedikit terangkat.

“Sepertinya ... sudah ada seseorang yang mewakili kita.”

Varron tidak benar-benar mengerti maksudnya, namun tetap mengangguk patuh. Ia sempat menggaruk kepalanya—kebingungan—lalu pergi melaksanakan tugasnya dalam diam.

~oo0oo~

Malam yang tenang menyelimuti Rosella.

Sejak pagi tadi, ia sudah menebak bahwa ketiga jenderal itu tak akan mencarinya, dan ternyata dugaannya benar. Tak seorang pun datang menanyakan keberadaannya.

Ia duduk anggun di sudut ruang tahanan, senyum tipis terbit di wajahnya saat pikirannya melayang pada sesuatu ... atau lebih tepatnya, seseorang.

Kala Tenebrae membekap dinding barak, menandakan waktu telah menunjukkan pukul sembilan malam, Rosella perlahan bangkit dari duduknya.

“Sepertinya ini saatnya aku menemui seseorang,” gumamnya pelan.

Segalanya sudah ia persiapkan. Siang tadi, saat bekerja, ia menyelinap ke arah bekal makan para penjaga dan menaruh obat bius ringan ke dalam makanan mereka. Malam ini, efeknya bekerja sempurna—Rosella berhasil mendapatkan kunci dari salah satu penjaga yang kini terlelap seperti anak kecil.

Dengan gerakan tenang, ia membuka pintu jeruji besi perlahan. Langkahnya santai, anggun, melewati barisan prajurit yang tertidur tanpa menyadari bahaya.

Ia sempat berhenti sejenak, menoleh ke arah mereka dan mengejek dalam bisikan.

“Hanya satu tetes ... dan kalian sudah terlelap seperti bayi.

Mungkin besok kalian akan bangun ... mungkin juga tidak,” bisik Rosella dengan senyum miring, sebelum meletakkan kembali kunci di saku penjaga yang ia curi.

Ia mengunci pintu jeruji dari luar—seolah tak pernah meninggalkannya—lalu melangkah tenang menuju satu tempat, tenda para jenderal.

Langit malam membisu, dan tanah beku di bawah telapak kakinya seakan tak sanggup menahan langkah seorang gadis dengan niat pembunuhan tersembunyi di balik kelembutan wajah.

Tak lama kemudian, ia sudah berada di depan tempat di mana Valdrosh Duskbane terbaring.

Tubuh pria itu lemas, nyaris tak bisa bergerak. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Nafas berat terdengar serak, dan warna pucat telah menguasai wajah bengis itu. Sekilas, Valdrosh tampak seperti seekor serigala tua yang kehilangan taring.

“Tch tch tch ... baru satu malam bersenang-senang, dan kau sudah terkapar seperti ini.”

Suara itu—terlalu akrab. Terlalu menusuk. Valdrosh terkejut. Matanya melotot pelan, dan saat ia menoleh... matanya menangkap sosok yang tidak seharusnya ada di sana.

Rosella.

Ia berdiri di sana, seolah bukan tahanan, bukan budak ... tapi ratu yang baru saja menjatuhkan kutukannya.

“Rosella ....”

Ia mencoba bicara, namun suara itu hanya serpihan napas.

Gadis itu mendekat, langkahnya ringan, penuh percaya diri. Jemari lentiknya terulur, membelai pipi Valdrosh dengan lembut—kontras dengan tatapannya yang menusuk.

“Bagaimana, Jenderal?” bisiknya.

“Sudah sampai mana racun itu menggerogoti tubuhmu?”

“Kau... kau...!” gumam Valdrosh, nadanya penuh racun—tapi bukan racun yang bisa menyelamatkannya.

Rosella tersenyum, tipis, manis, mengerikan.

“Sstt ... hanya dosis kecil saja. Tapi cukup untuk membuatmu hidup—dalam siksaan—selama satu hari penuh.”

“Kau perempuan jalang ... rendahan ...!”

Ia mencoba melawan, menggertak, meronta ... tapi hanya tubuhnya yang sedikit mengejang. Kepalanya terjatuh kembali ke bantal dengan napas memburu.

Rosella tertawa pelan, bahunya naik turun menahan geli.

“Jangan salahkan aku.”

“Jika aku tak membunuhmu sekarang ... kau yang akan membunuhku suatu hari nanti. Kita berdua tahu itu, bukan?”

Tatapannya berubah dingin saat ia membungkuk mendekat dan menggenggam rahang Valdrosh erat.

“Dan aku tidak akan mati dua kali.”

Tepat saat Valdrosh mencoba meraih pistol di sisi tempat tidurnya, tubuhnya kejang hebat. Darah menyembur dari mulutnya. Napasnya tercekat.

Tubuhnya menggeliat, lalu ... diam.

Mata terbuka lebar. Rahang mengeras.

Seolah kematian datang dengan wajah Rosella terpantul di retinanya.

Gadis itu menarik napas pelan, lalu bangkit, membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan, dan melangkah keluar.

“Selamat malam, Jenderal Valdrosh.”

Dan dunia kembali sunyi.

.

.

.

Bersambung ....

Racun Virellith's Whisper atau biasa disebut bisikan virellith☠️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!