Dingin dan hampa

"Freya, aku lapar, buatkan makan malam untukku," pinta Douglas pada istrinya yang baru pulang malam itu.

"Aku baru pulang!" jawab Freya menatap suaminya dengan tatapan kesal. "Kau bisa pesan makanan 'kan?!" bentak Freya seraya melemparkan tasnya ke sofa.

"Freya, kita sudah menikah selama 4 tahun, kau tak pernah sama memasak untukku. Ayolah, Freya, kali ini saja." Douglas masih berusaha bersabar menghadapi istrinya bahkan ia memohon pada Freya.

Freya menghembuskan nafasnya dengan kasar, menatap kesal pada suaminya. "Kenapa kau sekarang banyak menuntut?!" ucapnya penuh penekanan.

"Aku hanya minta hakku. Apa itu salah?" Douglas membalas tatapan istrinya dengan pandangan tak kalah kesal.

Freya mendengus kesal, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku tidak bisa masak, Doug!" bantahnya, lalu berjalan menuju kamar tanpa menghiraukan suaminya yang terus memanggilnya.

Douglas menghela nafas panjang, menatap punggung istrinya yang menghilang setelah pintu kamar tertutup rapat.

Tinggal di apartemen mewah yang berpusat di Kota Prancis. Kehidupan Douglas dan Freya sangat mewah dan bergelimang harta, namun keduanya sepakat untuk tidak memperkerjakan asisten rumah tangga. Jadi dua hari sekali ia akan memanggil cleaning servis untuk membersihkan apartemen tersebut.

Douglas memijat tengkuknya sambil berjalan menuju dapur. Ia berdiri di depan kompor seraya menatap sebungkus mie instan.

Ck!

Douglas berdecak kesal, seraya melempar mie itu ke tempat sampah. Padahal dia sangat berharap istrinya mau memasak untuknya, meski hanya sebungkus mie instan. Sekarang rasa laparnya telah hilang di telan rasa kecewa.

Douglas menuju kamar. Dia menatap sekilas istrinya yang baru keluar dari kamar mandi. Cantik, sangat cantik dan sexy. Freya adalah wanita yang sangat sempurna di matanya. Itulah yang membuat Douglas jatuh hati pada wanita tersebut.

Freya berlalu begitu saja menuju ranjang, merebahkan diri di sana. Begitu pula dengan Doug melakukan hal yang sama.

Hening.

Tak ada yang bersuara sama sekali diantara mereka. Hanya terdengar suara hembusan nafas bersahutan dan dentingan jam dinding yang menjadi melodi dalam keheningan itu.

Dingin. Itulah yang dirasakan Douglas saat ini. Hatinya begitu dingin, hampa, dan kosong, tidak seperti dulu saat pertama kali menikah dengan Freya. Dulu, mereka saling menggebu, penuh cinta, hasrat dan gairah yang membara, tapi belakangan ini semua yang dia rasakan dulu telah sirna. Ditambah lagi sikap Freya belakangan ini berubah dingin padanya.

Freya tidur membelakanginya. Sedangkan Douglas menatap langit-langit kamar dengan berbantalkan kedua lengannya.

*

*

Di sisi lain.

Bintang sedang kesulitan mencari pekerjaan. Gadis cantik yang memiliki kulit eksotis itu menarik nafas panjang sembari mengusap keringat di kening. Padahal masih pagi, tapi cuaca di Ibukota pagi itu terasa panas.

"Mau nyari kerjaan di mana lagi? Susah banget nyari kerja disini," gumam Bintang sambil menghentikan langkah untuk istirahat sejenak. Sudah dua hari dia mencari kerja di berbagai perusahaan yang ada di ibu kota, tapi tak satupun yang menerimanya dengan alasan kulitnya tidak putih dan kurang cantik.

"Sebenarnya mereka itu cari karyawan apa model sih?!" kesalnya, sambil melanjutkan langkah. "Terlalu banyak aturan dan persyaratan! Pantesan aja angka pengangguran makin meningkat!" gerutu Bintang sangat jengkel.

*

Prancis.

"Wajahmu kusut sekali, Doug," ledek Daniel sambil mengamati wajah asistennya yang tampak kusut tak seperti biasanya. Mereka berdua saat itu berpapasan di lobby perusahaan pagi itu.

"Aku butuh liburan, Tuan," jawab Doug seraya mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Dua pria tampan dan gagah itu berjalan beriringan memasuki perusahaan. Semua karyawan yang berpapasan dengan mereka berdua menyapa dengan sopan.

"Heum. Biar aku tebak, pasti ini karena Freya?" tebak Daniel, menatap Doug yang berjalan di sampingnya.

"Saranmu tempo hari sudah aku pertimbangkan," jawab Doug, lesu karena frustrasi akan rumah tangganya yang semakin dingin.

"Saran? Saran yang mana?" Daniel menggaruk ujung alisnya yang tidak gatal dengan raut bingung.

"Mencari wanita baru untuk mengandung benihku," jawab Doug, menatap Daniel dengan lekat. Obrolan mereka terjeda saat pintu lift terbuka, mereka berdua masuk bergantian ke dalam lift khusus petinggi perusahaan.

Daniel syok mendengarnya, sampai menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Kau serius, Doug? Padahal saat itu aku dan istriku bercanda," ucap Daniel, masih dengan raut syok.

Doug hanya menaikkan kedua pundaknya bersamaan, tanpa mengatakan apa pun. Jelas sekali dari sikapnya, Doug terlihat putus asa dan frustrasi.

"Doug, kau serius dengan keputusanmu?"

"Tuan, aku dan Freya sudah hampir sebulan tidak melakukan hubungan itu. Pernikahan kami semakin dingin dan hampa," jawab Doug, serius seraya menatap boss nya.

Daniel mengangguk-angguk, seolah memahami perasaan Douglas sekaligus mempertimbangkan keinginan asistennya yang ingin liburan.

"Kau pasti tahu bagaimana perasaanku saat ini," kata Doug seraya bersandar di dinding lift yang dingin itu.

"Iya, aku tahu. Apalagi sudah sebulan kau tak ganti oli. Ck! Kepalamu pasti sakit sekali, Doug," jawab Daniel, berakhir meledek asistennya itu sambil nyengir lebar.

Doug hanya mendengus seraya menatap malas atasannya.

*

*

Bintang pulang ke rumah dengan harapan kosong. Dia belum mendapatkan pekerjaan.

"Gimana, dapat kerjaannya?!" tanya Tari, berkacak pinggang dan menatap tajam Bintang yang baru masuk rumah. "Pasti nggak dapat ya?!" cibirnya saat melihat Bintang melengos sambil melewatinya.

"Setidaknya aku udah berusaha! Dari pada kamu yang kerjaannya cuma ongkang-ongkang kaki di rumah!" balas Bintang dengan kata-kata tajam.

"Kurang ajar! Anak nggak tahu diuntung kamu!" Tari tak terima dengan ucapan yang dilayangkan Bintang padanya.

"Makanya nggak usah ngajak debat! Kalau nggak mau dibalas!" balas Bintang, berlalu meninggalkan Tari yang masih mencak-mencak di ruang tamu.

Tari mengepalkan kedua tangan, seraya merapatkan gigi. "awas kamu, anak laknat!! Aku berjanji bakalan bikin kamu menderita!" geramnya penuh kebencian.

*

"Indonesia?" beo Douglas saat Daniel memberi saran pada dirinya agar liburan ke Indonesia.

Seumur hidupnya, tak pernah terpikir untuk liburan atau menginjakkan kaki ke negara tersebut.

"Apa yang menarik dari negara itu?"

"Doug, aku dan Vittoria pernah liburan ke sana. Indonesia sangat indah, mempunyai berbagai macam budaya, dan banyak destinasi wisata yang harus kau kunjungi. Coba kau searching di google tentang Indonesia," saran Daniel, sambil tersenyum lebar. "Dan yang lebih menarik adalah wanita Indonesia sangat cantik, sexy, dan memiliki kulit eksotis," imbuhnya.

Doug jadi memicingkan mata saat atasannya itu memuji wanita Indonesia.

"Hei, aku ini setia, jadi jangan menatapku seperti itu!" sahut Daniel dengan cepat, seolah tahu yang ada dalam pikiran Doug. "Dan aku hanya menilai wanita disana menurut pandanganku, tidak lebih!"

Doug terkekeh saat melihat atasannya tampak panik. "Santai saja, tidak perlu sepanik itu," ledek Doug, membuat kedua mata Daniel langsung melotot.

Terpopuler

Comments

Dien Elvina

Dien Elvina

gak nyangka saran yg menyesatkan ternyata jadi pertimbangan bagi Dough yg mendambakan seorang anak ..sok lah Dough liburan k Indonesia kau akan bertemu dgn ciwi² cantik dan memanjakan mata mu..apa ini pertanda dia akan bertemu dgn Bintang ciwi cantik yg eksotis 🤭

2025-08-06

6

Kinara Widya

Kinara Widya

nah gitu dong kak...jgn lama2 up nya...lanjut kak

2025-08-05

7

Anonim

Anonim

Dari pada setiap hari adu mulut kenapa Tari tak kau usir saja Bintang. Toh bapakmu sudah tak ada. Jadi benalu saja tuh orang. Itu kan rumah bapakmu - kalau Tari tidak kau baikan sama kamu ya diusir saja.

2025-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!