Hello, Mr. Actor Part 2

...-Bibir tersenyum, mata menangis. ...

...Dunia terlalu lucu untuk Yara yang bosan bercanda-...

...***...

Mendapati motor butut Latif terparkir di depan rumah sederhana mereka, lagi-lagi Yara menarik napas kemudian menghelanya panjang. Jemari kecilnya mengepal, ia bersiap memberi pelajaran pada sang paman durjana.

Pelan sekali membuka pintu, kehadiran Yara tak disadari Latif. Pria itu sedang menonton televisi sembari ongkang-ongkang kaki membelakangi pintu.

Emosi dalam diri Yara seketika melonjak naik, Latif menikmati rokok dan minuman soda kaleng dengan santainya. Ia tertawa ketika adegan di dalam televisi mengocok perutnya.

Diam sejenak sembari menyilang kedua tangan di dada, bersandar di muara pintu sang keponakan memperhatikan prilaku Latif.

"Eh, Neng Yara. Sudah pulang?" semringah Latif. Ia baru saja menghabiskan minuman kalengnya dan benda itu masih berada di tangan saat menyapa Yara.

Tak menunggu waktu lama, langkah besar langsung mengantarkan Yara ke hadapan Latif, ia merebut kaleng kosong itu dan memukulkannya ke kepala sang paman.

Sangat tahu dirinya berbuat salah, Latif segera melarikan diri dari kediaman mereka. Tanpa alas kaki ia berlari hingga keluar gang.

"Sini! Enak sekali kamu ngerokok sambil minum-minum di depan televisi, sedangkan aku jadi jaminan pinjol!"

Latif tidak bodoh, ia tak sudi mendatangi Yara.

"Maaf, Neng. Nanti aku ganti. Kamu talangin dulu, ya," ujar Latif dari jarak 15 meter.

"Nggak! Aku nggak punya uang buat nalangin utangmu!"

"Pinjam siapa kek dulu. Nanti kamu yang susah, admin pinjol bakal nyariin kamu."

"Latif!" geraman Yara bergema di tepian jalan raya petang itu.

Yara yang marah membuat Latif semakin melarikan diri. "Aku pergi dulu, Neng. Ingat, ya. Harus segera dibayar utangnya."

"Yak!!!"

Latif seolah tuli, langkah cepatnya membuat jarak semakin banyak di antara dirinya dan Yara. Samar-samar Yara melihat sesuatu Latif lempar ke arahnya.

Berlari kecil gadis dengan tinggi 1,65 ini mengambil benda yang Latif lemparkan. Dan betapa emosi semakin meledak dalam dirinya, ternyata itu KTP nya, dan dia baru sadar telah kehilangan benda itu.

"Lelaki sakit jiwa itu lama-lama membuatku ikutan gila!" Sembari mengomel dengan langkah tertatih, Yara juga menahan sakit di kaki dan hati karena ulah Latif.

Emran, kasir minimarket tertawa melihat kejadian itu. Yah, pemandangan seperti ini bukan hal baru bagi warga sekitar, sebab perkelahian Yara dan Latif sudah sering terjadi sejak mereka remaja.

Paman dan keponakan ini cukup terkenal di kawasan tersebut. Awalnya Yara dan Latif tinggal bersama ibu Latif, Hastuti namanya, ia seorang pensiunan PNS. Beberapa tahun yang lalu Hastuti meninggal dunia, meninggalkan Yara dan Latif saja, sedangkan sang suami telah lama tiada, dan sanak saudara pun tak lagi ada. Bagaimana dengan orang tua Yara? Mereka meninggal dunia dalam kecelakaan lalu lintas ketika ia kecil.

"Sabar, Ya Neng Yara. Sini minum dulu." Emran mengajak Yara duduk di kursi santai depan minimarket.

"Aku capek sama kelakuan dia."

"Iya, aku tau kamu capek. Makanya, ini minum dulu." Emran begitu tenang meredakan emosi Yara.

Demi meredam api amarah di dalam dada, gadis ini menerima sebotol minuman mineral dari Emran. "Terima kasih, Em. Berapa ini?"

"Enggak, itu gratis. Lagian sama temen juga." Senyum simpul Emran terlempar pada Yara.

"Andai ...." Yara menarik napas dan menghela pelan, "Latif sebaik kamu. Aku nggak akan sering teriak-teriak setiap hari di sekitar sini."

Emran tertawan, menampilkan barisan gigi putihnya di hadapan Yara. "Iya sih. Tapi sayangnya dia ... unik," ujar Emran, mengucap kata yang lebih halus mengomentari kelakuan Latif.

"Unik dari mana? Yang ada dia tu kayak orang gila. Setiap hari taunya ngopi, ngerokok, nongkrong, ngutang, main game online. Nggak ada pikiran mau cari kerja," keluh Yara. Selain Valery, dia juga dekat dengan Emran, kasir minimarket milik juragan kontrakan yang berada di samping rumahnya.

Jika Valery sering meminjamkan Yara uang, Emran sering menjadi tempat Latif menumpuk utang. Sempat Yara melarang Emran memberi utangan pada Latif, si paman gila itu menumpuk utang di tempat lain yang orangnya lebih galak ketimbang Emran si baik hati.

"Coba kamu bujuk dia buat nyari kerja, baik-baik kamu ngomongnya. Pelan-pelan kalian ngobrol dari hati ke hati."

"Cih!" sambar Yara berdecih. "Ngomongin kerjaan sama Latif tuk kayak lagi ngomong sama tembok."

Tawa renyah Emran menggema, pria ini menganggap hal itu lucu tapi menyedihkan bagi Yara.

Lelah berkeluh kesah, Yara pamit untuk kembali ke rumah. Kepergian Yara dari kursi bertepatan dengan kedatangan pengunjung di minimarket. Seorang pria bermasker menggandeng gadis kecil yang menggemaskan.

"Ayah, aku mau Mama seperti dia."

Pria bermasker yang dipanggil ayah itu menoleh pada Yara, sosok berkerudung besar yang ditunjuk si gadis kecil kepang dua.

"Ayah sibuk, nggak ada waktu mikirin Mama buat kamu."

"Ayah!" sentak gadis kecil, kepang duanya bergoyang karena si empu merajuk sembari menghentak kaki.

"Arum ... cepat beli es krimnya. Ayah harus kerja lagi."

Wajah gadis kecil itu menjadi keruh dan masam. Ia berjalan dengan gusar menuju tempat es krim. Berjinjit ia hendak mengambil es krim yang dimau, sedang sang ayah hanya memandanginya sembari berkacak pinggang.

Emran membantu gadis kecil itu mengambilkan es krim. Saat ia bertanya gadis itu mau es krim berapa banyak ... "Aku mau banyak es krim!"

"Arum ...."

Sepasang manik mata kecil itu melirik tajam pada sang ayah, seperti belati yang siap merobek mangsanya, "Hati Arum panas. Butuh banyak es krim biar jadi dingin."

Pandangan Emran dan ayah gadis itu bertemu. Terlihat samar menggelengkan kepala, pria bermasker itu menyetujui keingin putri kecilnya.

Usai berbelanja banyak es krim, gadis kecil itu menepis tangan ayahnya dan melenggang masuk ke dalam mobil Van.

"Kenapa? Kesal lagi sama Ayahnya?"

Menghenyakkan diri pada kursi mobil, gadis kecil itu berceloteh bak orang dewasa. "Paman, apa Ayah nggak suka perempuan?"

Hah! Pertanyaan itu membuat asisten ayahnya memelotot. Sang ayah yang baru masuk ke dalam mobil langsung menarik pelan pipi putrinya, "Heiii, Ayah laki-laki normal. Dari mana munculnya pikiran aneh itu? Kamu terlalu banyak main ponsel, ya!"

Gadis bernama Arum Gemala Taslim itu membuang wajah, bibirnya yang merah alami seperti moncong bebek.

"Bos, pasti Nona minta mama lagi."

"Yah, begitulah. Dia pikir ngasih dia mama kayak beli boneka Barbie di Mall," sahut pria yang dipanggil bos ini.

Masker itu telah dilepaskan, menampilkan wajah tampan yang kerap menghiasi layar televisi. Ayah dari gadis kecil bernama Arum ini adalah Barrata Taslim, aktor yang terkenal menyandang gelar pria anti romantis. Maksudnya, sejauh ini ia tak pernah beradegan mesra dalam semua drama yang ia bintangi, meski itu film atau drama bergenre romantis.

Kenapa begitu? Apakah ia punya pasangan yang melarangnya beradegan mesra dengan wanita lain? Tidak. Barra bukan tipe pria yang mudah bertekuk lutut di depan wanita. Lagipula ia masih sendiri sampai detik ini. Bukan sok suci, Barra hanya tak suka berdekatan dengan orang asing apalagi beradegan mesra.

"Aku mau mama! Sebentar lagi aku ulang tahun dan aku mau hadiah mama!"

Ash! Otak kecil Barra rasanya mau pecah. Setiap hari ia dirundung permintaan tak masuk akal Arum.

"Sudahlah, Bos. Carikan saja mama buat Nona. Atau ... Bos terima saja Nona Enzi."

"No!!" Arum terkejut dan langsung menolak saran Gavin, asisten sekaligus supir ayahnya.

"Jangan tante Enzi. Arum nggak mau."

"Ayah juga nggak mau, kok. Kamu tenang aja. Tapi, kalau kamu selalu mendesak, Ayah bisa terpaksa menjadikan tante Enzi hadiah di hari ulang tahunmu." Sejatinya Barra hanya bercanda, namun, Arum menganggap ucapan ayahnya serius.

"Ayah jahat! Om Gavin juga jahaaatt!!" teriakan Arum disertai tangisnya yang pecah, membuat kepala dua pria dewasa itu rasanya ikut pecah.

...To be continued ......

...Terima kasih sudah berkunjung, jangan lupa like, komen dan saran yang membangun, ya. Oh iya, jangan lupa votenya. ...

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Beneran parah nih Latif, beban..

2025-08-06

1

Mega

Mega

Lakok isa baru sadar to, Neng Yara. kikikikikikik

2025-08-10

1

ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα༻

ⁱᵃᵐⱮαgιѕɳα༻

Tif, sini cekek biar panjang umur../Speechless/

2025-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 Hello, Mr. Actor Part 1
2 Hello, Mr. Actor Part 2
3 Hello, Mr. Actor Part 3
4 Hello, Mr. Actor Part 4
5 Hello, Mr. Actor Part 5
6 Hello, Mr. Actor Part 6
7 Hello, Mr. Actor Part 7
8 Hello, Mr. Actor Part 8
9 Hello, Mr. Actor Part 9
10 Hello, Mr. Actor Part 10
11 Hello, Mr. Actor Part 11
12 Hello, Mr. Actor Part 12
13 Hello, Mr. Actor Part 13
14 Hello, Mr. Actor Part 14
15 Hello, Mr. Actor Part 15
16 Hello, Mr. Actor Part 16
17 Hello, Mr. Actor Part 17
18 Hello, Mr. Actor Part 18
19 Hello, Mr. Actor Part 19
20 Hello, Mr. Actor Part 20
21 Hello, Mr. Actor Part 21
22 Hello, Mr. Actor Part 22
23 Hello, Mr. Actor Part 23
24 Hello, Mr. Actor Part 24
25 Hello, Mr. Actor Part 25
26 Hello, Mr. Actor Part 26
27 Hello, Mr. Actor Part 27
28 Hello, Mr. Actor Part 28
29 Hello, Mr. Actor Part 29
30 Hello, Mr. Actor Part 30
31 Hello, Mr. Actor Part 31
32 Hello, Mr. Actor Part 32
33 Hello, Mr. Actor Part 33
34 Hello, Mr. Actor Part 34
35 Hello, Mr. Actor Part 35
36 Hello, Mr. Actor Part 36
37 Hello, Mr. Actor Part 37
38 Hello, Mr. Actor Part 38
39 Hello, Mr. Actor Part 39
40 Hello, Mr. Actor Part 40
41 Hello, Mr. Actor Part 41
42 Hello, Mr. Actor Part 42
43 Hello, Mr. Actor Part 43
44 Hello, Mr. Actor Part 44
45 Hello, Mr. Actor Part 45
46 Hello, Mr. Actor Part 46
47 Hello, Mr. Aktor part 47
48 Hello, Mr. Aktor part 48
49 Hello, Mr. Actor part 49
50 Hello, Mr. Actor part 50
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Hello, Mr. Actor Part 1
2
Hello, Mr. Actor Part 2
3
Hello, Mr. Actor Part 3
4
Hello, Mr. Actor Part 4
5
Hello, Mr. Actor Part 5
6
Hello, Mr. Actor Part 6
7
Hello, Mr. Actor Part 7
8
Hello, Mr. Actor Part 8
9
Hello, Mr. Actor Part 9
10
Hello, Mr. Actor Part 10
11
Hello, Mr. Actor Part 11
12
Hello, Mr. Actor Part 12
13
Hello, Mr. Actor Part 13
14
Hello, Mr. Actor Part 14
15
Hello, Mr. Actor Part 15
16
Hello, Mr. Actor Part 16
17
Hello, Mr. Actor Part 17
18
Hello, Mr. Actor Part 18
19
Hello, Mr. Actor Part 19
20
Hello, Mr. Actor Part 20
21
Hello, Mr. Actor Part 21
22
Hello, Mr. Actor Part 22
23
Hello, Mr. Actor Part 23
24
Hello, Mr. Actor Part 24
25
Hello, Mr. Actor Part 25
26
Hello, Mr. Actor Part 26
27
Hello, Mr. Actor Part 27
28
Hello, Mr. Actor Part 28
29
Hello, Mr. Actor Part 29
30
Hello, Mr. Actor Part 30
31
Hello, Mr. Actor Part 31
32
Hello, Mr. Actor Part 32
33
Hello, Mr. Actor Part 33
34
Hello, Mr. Actor Part 34
35
Hello, Mr. Actor Part 35
36
Hello, Mr. Actor Part 36
37
Hello, Mr. Actor Part 37
38
Hello, Mr. Actor Part 38
39
Hello, Mr. Actor Part 39
40
Hello, Mr. Actor Part 40
41
Hello, Mr. Actor Part 41
42
Hello, Mr. Actor Part 42
43
Hello, Mr. Actor Part 43
44
Hello, Mr. Actor Part 44
45
Hello, Mr. Actor Part 45
46
Hello, Mr. Actor Part 46
47
Hello, Mr. Aktor part 47
48
Hello, Mr. Aktor part 48
49
Hello, Mr. Actor part 49
50
Hello, Mr. Actor part 50

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!