Bab 3

"Lepas!" Queensa menarik tangannya kasar dan berkacak pinggang.

Anjasmara melengos meninggalkan Queensa, kakinya melangkah mendekati lemari yang ada di kamar tersebut. Menarik laci dan mengeluarkan kotak yang segera di berikan pada Queensa.

"Apa?" tanya Queensa galak. Arjasmara membuka kotak tersebut menunjukkan isinya pada Queensa. "Perhiasan? Untuk apa kau tunjukkan itu padaku? Aku sama sekali gak tertarik!" ucap Queensa dengan dagu yang menunjuk ke benda yang berkilauan itu.

"Ini semua milik Ibu saya, dan sekarang menjadi milikmu."

Queensa membuang muka seraya menghela napas kesal, "Aku tidak butuh! Dan aku tidak semiskin itu untuk menerima belas kasihan darimu," Queensa berujar marah dengan gestur menantang.

"Kalau kamu nggak mau, biar saya simpan ini untuk anak-anak kita nanti."

"Bodo amat!" saut Queensa lirih, namun Queensa tau Anjasmara bisa mendengar apa yang ia ucapkan.

"Haruskah saya beri pelajaran padamu agar bisa menghargai posisi saya?" Anjasmara berkata tegas pada Queensa. Matanya tajam menatap Queensa dan rahangnya terlihat mengeras. Tampaknya pria itu marah dan tersinggung dengan ucapan istrinya barusan.

Jujur melihatnya Queensa ada rasa takut. Namun sebisa mungkin ia menghadapi sikap Anjasmara dengan tidak memperlihatkan rasa takutnya sama sekali. Mereka saling memandang dengan kobaran api yang tampak memancar di bola mata masing-masing.

"Istirahatlah, pulihkan tenaga, malam ini saya akan kembali meminta hak saya!"

Queensa menganga dengan dada naik turun akibat emosi yang masih berkobar. Sedang Anjasmara? Dengan santainya membicarakan permintaannya nanti malam dan meninggalkan Queensa entah kemana.

********

Queensa membuka matanya. Masih ia rasakan lelah di tubuh sisa percintaan mereka semalam.

Entah bagaimana Queensa menyebutnya. Ia bahkan tidak tau definisi bercinta. Ia tak mencintai Anjasmara dan melakukan itu hanya karena suaminya yang menginginkan.

Anjasmara memperlakukan Queensa dengan lembut. Tak sedikitpun menyakitinya. Pria itu bahkan mampu memberikan rasa baru untuk Queensa. Namun, Queensa masih belum bisa menerima takdirnya. Menikah dengan Anjasmara tidaklah menciptakan bahagia sedikitpun dihatinya.

Queensa menoleh ke pintu dan mendapati Anjasmara dengan rambut basahnya datang dan mendekatinya. Pria itu duduk dipinggir ranjang dan mengusap lembut rambut panjang Queensa yang berantakan.

"Bangunlah! Saya sudah siapkan sarapan untukmu."

"Nggak mau, aku takut kau racun!"

Anjasmara menatap Queensa, namun tak membalas penolakan itu.

"Saya harus pergi ke perkebunan. Temani saya sarapan!" Anjasmara berlalu meninggalkan Queensa sendiri.

Perempuan itu mendengus sebal. Alih-alih melakukan keinginan sang suami dengan cepat, Queensa justru mengulur waktu agar tak perlu bertemu pria itu lagi, berharap setelah membersihkan diri yang sengaja dilama-lamakan, suaminya itu sudah pergi.

Tapi yang terjadi tak seperti harapan Queensa, saat perempuan itu turun. Dia masih mendapati Anjasmara yang menunggunya di meja makan dengan memainkan ponselnya.

"Siang nanti, Saya tidak bisa pulang. Kamu tidak perlu memasak, saya akan memesankan makanan untukmu."

"Hmph." Queensa tentu enggan menatap Anjasmara. Melihat semut berbaris rasanya lebih menarik daripada bicara dengan Anjasmara.

Ini hari kedua Queensa jadi istri Anjasmara. Cutinya sudah hampir habis dan lusa ia harus kembali bercengkrama dengan anak-anak lucu lagi.

Usai makan Queensa dibuat senam jantung dengan perbuatan suaminya.

Anjasmara mengulurkan tangannya, dengan setengah hati Queensa menyambutnya lantas mencium punggung tangan itu sekilas. Anjasmara mencium kening Queensa lama, sebelum akhirnya mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," ucapnya lalu berjalan untuk pergi.

Sepeninggal Anjasmara, datang dua orang yang bertugas membersihkan rumah. Queensa masih belum mengenal mereka dan terpaksa dia mengatakan identitasnya sebagai istri tuan rumah.

Semua yang orang bicarakan tentang Anjasmara adalah hal yang baik. Bagaimanapun Queensa memancing mereka dengan berbagai macam pertanyaan, tetap citra baik yang mereka lontarkan tentang suaminya.

Menjelang siang makanan yang Anjasmara pesankan datang. Queensa tinggal menikmati, tanpa perlu bersusah payah membuatnya.

Memang apa yang ingin dibuat? Queensa sendiri terlahir dengan sendok mas dimulutnya, semua terbiasa dilayani dan mendapatkan suami seperti Anjasmara adalah nasib buruk menurutnya.

*******

Anjasmara pulang hampir jam lima sore. Pria itu sempat mengelus kepala Queensa sebelum berlalu membersihkan diri.

Usai mandi, tidak seperti layaknya suami yang dilayani istrinya. Anjasmara justru sibuk sendiri menyiapkan makan malam untuk mereka.

Queensa tampak lahap menikmati masakan yang suaminya buat. Tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Anjasmara tersenyum samar melihat itu.

"Kamu bisa jalan-jalan kalau bosan." ucapnya datar namun terdengar lembut.

"Nggak tertarik! Lagi pula besok lusa aku juga sudah pergi dari gubuk deritamu ini!" Rasanya agak kurang pantas yang diucapkan Queensa, sedang selain di ranjang, Anjasmara tak menuntutnya apa-apa.

"Apa? Aku ini memang bermulut pedas, jika keberatan kamu bisa menceraikan ku." Anjasmara menatap Queensa dalam dan lamat, entah seluas apa rasa sabarnya, hingga laki-laki itu tak marah dengan cercaan Queensa.

Anjasmara beranjak dari duduknya untuk membereskan sisa makanan mereka. Queensa mendengus lirih saat mendapati tangan suaminya meraih pinggangnya yang ramping. "Sungguh saya berharap kamu cepat hamil."

Saat Anjasmara ingin mencium bibirnya, Queensa membuang muka.

Anjasmara menjauhkan diri diiringi tatapan penuh benci dari Queensa.

*********

"Akhirnya aku kembali bebas!" Gumamnya saat mobil sang suami memasuki perkarangan rumah pribadinya.

Anjasmara tak mengatakan apa-apa. Tapi dia ikut turun saat Queensa turun dari mobil.

Anjasmara menurunkan barang-barang Queensa, dibawanya masuk kedalam rumah yang sudah Queensa buka sebelumnya. Queensa menatapnya santai dan acuh.

Anjasmara menarik tangan Queensa. Pria itu mendekatkan wajahnya dan melumat sekilas bibir istrinya. "Saya akan jemput setiap jumat sore. Jaga kesehatan. Jangan abaikan setiap panggilan saya di ponselmu!"

Queensa melihat Anjasmara sekilas, mereka beriringan dalam diam menuju kamar. Anjasmara masuk dan meletakkan barang-barang bawaan Queensa didepan lemari.

"Sebentar lagi teman-teman mu datang. Saya langsung pulang, ya," ucapnya pamit pada Queensa.

Queensa mendengus. Bersyukur Anjasmara sadar diri. Sungguh dia ingin ketenangan, tiga hari serumah dengan pria yang menjadi suaminya itu, tersiksa batinnya.

Anjasmara mengecup puncak kepala Queensa dan pergi meninggalkannya sendirian.

*******

Sudah tiga minggu pernikahan Queensa dengan Anjasmara berjalan. Ini adalah minggu ke tiga hubungan jarak jauh mereka. Sore nanti, seperti biasa, Anjasmara akan menjemput Queensa dan membawanya pulang ke kediamannya dan meminta Queensa untuk menjadi istrinya lagi.

Tiga minggu ini, memang tidak ada pertengkaran berarti diantara mereka. Anjasmara kerap mengalah apabila Queensa mulai naik darah. Setiap ada kesempatan Queensa selalu meminta cerai, namun tak membuat pria itu jengah.

"Bu Queensa, suaminya datang!" seorang murid mengetuk pintu kamarnya, memberitahu perihal kedatangan Anjasmara.

Queensa bergegas keluar dan mengunci pintu sebelum berjalan menemui Anjasmara. Langkahnya terhenti kala mendapati suaminya tengah berbincang dengan satu murid lainnya. Anjasmara yang pendiam, irit bicara, dingin, jarang senyum dan terlalu tua menurut nya, kini tengah berbincang hangat dengan salah satu murid istimewanya, pria itu tetap tak tersenyum, tapi tawa nyaring terdengar dari si lawan bicara.

Saat Anjasmara mendapati kehadiran Queensa, pria itu segera berdiri dari jongkoknya, ada sorot teduh dan lembut yang terpancar dari netranya. Segitu cintanya dia pada Queensa. Sayangnya Queensa tidak!

"Biasanya nunggu di depan gerbang? Ngapain pake masuk kesini segala?" alih-alih sambutan hangat, Anjasmara justru di sambut dengan cercaan.

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

spt nya si istri kepalanya perlu dipentok kan ke tembok ya..guru kok akhlaknya spt ituh

2025-09-09

0

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

sesabarnya orang dia juga manusia...
punya batasan...
sok galak...ntar ditinggal nangis kejer

2025-08-03

0

Felycia R. Fernandez

Felycia R. Fernandez

😳😳😳😳
udah MP aja

2025-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!