Cinta Rahasia Nadia
Nadia baru saja pulang dari sekolahnya. Hari terakhir kegiatan MPLS di sekolahnya yang berlangsung seru dan banyak cerita di dalam kegiatan tersebut. Di kegiatan itu juga Nadia sudah memiliki genk beranggotakan empat orang, termasuk dirinya.
Keluar dari mobil dan melangkah masuk ke rumah dengan langkah gontai, lelah dan pusing menjadi satu. Ia hempaskan tubuhnya di atas sofa dan melepas sepatunya sembarang arah. Lalu merebahkan kepalanya di sandaran sofa sambil memejamkan matanya.
"Non baru pulang, ini mbok bikinkan jus apel dan kue pastel kesukaan non," ujar pembantu rumah Nadia sambil meletakkan segelas jus dan piring di atas meja.
Nadia membuka matanya, "Terimakasih mbok," kata Nadia mengambil jus apel dan meneguknya sedikit. Lalu mengambil kue pastel dan memakannya.
Setelah makan satu pastel dan menghabiskan satu gelas jus apel, Nadia beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Lalu masuk kamar dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
Kemudian ia mengenakan pakaian bersih yang tersimpan di lemari pakaiannya. Mengambil seragam dan memasukkannya ke keranjang baju kotor. Dan duduk di depan meja rias memakai bedak dan lip cream agar bibirnya tetap lembab setelah seharian berada di luar ruangan.
Nadia melangkah keluar kamar dan menuruni anak tangga, ia mendapati kakak pertamanya sudah bersantai di ruang tengah. Nadia menghampirinya dan mengintip dari balik punggung kakaknya yang sedang berkirim pesan dengan seseorang.
"Cewek baru lagi kak Dani?" Nadia memicingkan matanya dan merebahkan sikunya di sandaran sofa dekat bahu kakaknya.
Dani yang tengah asyik bicara dengan gebetan barunya tersentak. Ia menoleh dan mengacak-acak rambut adiknya. "Ngintipin yaa??"
"Iih,... kebiasan deh suka ngacak-ngacak rambut. Jadi berantakan kan..." sungut Nadia sambil menyisir rambutnya dengan tangan.
"Dani.... jangan gitu sama adekmu," tegur Bu Dena melangkah dari pintu depan mendekati mereka berdua.
"Bunda, lihat nih kelakuan kak Dani," ujar Nadia menunjukkan rambutnya yang masih acak-acakan.
"Udah sayang, sini bunda bantu rapikan," pinta Bu Dena menyuruh Nadia duduk di sebelahnya. Nadia mendekati Bu Dena dan bersebelahan dengan bundanya, lalu Bu Dena mengambil sisir dari tasnya dan menyisir rambut Nadia pelan-pelan.
"Kalian udah makan belum?"
"Belum," jawab Nadia dan Dani serempak.
"Ayo kita makan malam saja di restoran, tadi ada menu baru di restoran."
"Boleh, sekalian tes rasanya bun," sahut Dani tanpa menoleh.
"Aku ganti baju dulu ya bunda," ujar Nadia beranjak dari tempat duduknya setelah rambutnya rapi kembali berkat Bu Dena.
Nadia melangkah menaiki anak tangga dan masuk ke kamarnya. Membuka lemari dan memilih pakaian santai dan sopan. Lalu memakai sedikit riasan tipis dan mengambil tasnya. Memakai sepatu dan keluar kamarnya.
Nadia menuruni anak tangga dan kembali ke ruang tengah. Bu Dena mengajak kedua anaknya keluar lagi untuk ke restoran dalam satu mobil. Dalam perjalanan Bu Dena memberitahu Pak Harun untuk menyusul di restoran, begitu juga dengan putra keduanya—Alvin.
Beberapa saat kemudian Bu Dena dan kedua anaknya sampai di depan restoran Nusantara. Restoran dengan nuansa klasik, dinding dan pilar-pilar restoran yang banyak berbagai bentuk ukiran dan warna-warna alami seperti warna kayu, hijau dan biru.
Begitu juga dengan penerangan dalam restoran tersebut menggunakan lampu rotan atau bambu menggantung indah di langit-langit ataupun di pilar yang berdiri dengan kokoh.
Suasana semakin terasa klasik dengan alunan musik gamelan, angklung dan musik daerah lainnya. Nadia dan Dani merasa masuk ke dunia masa lalu saat memasuki restoran bundanya.
"Bun, kita di outdoor aja deh, deket kolam ikan itu. Kalau di dalam suasananya biasa aja," ucap Nadia menunjuk sudut meja yang masih sedikit pelanggan duduk di area itu.
"Kalian kesana saja dulu, nanti bunda menyusul."
"Ayo kak," ajak Nadia menggandeng tangan Dani.
Keduanya duduk di kursi terbuat dari rotan dan juga meja yang ada kaca di atas anyaman bambu berbentuk segi empat. "Nad, berasa hidup di masa lalu ya," celetuk Dani.
"Iya, restoran bunda yang satunya enak di era modern, kalau ini berasa masuk ke era majapahit," jawab Nadia disertai gelak tawa bersama Dani.
"Iya nih, semoga menunya juga ga ngikut jaman dulu juga..."
"Nah, itu yang aku takutkan..." ucap Nadia menjentikkan jemarinya.
Tidak lama kemudian Pak Harun dan Alvin sampai di restoran yang sama dan ikut bergabung dengan Nadia dan Dani. "Bunda mana?" tanya Pak Harun.
"Bunda lagi milih menu katanya. Tunggu aja ayah," jawab Nadia tanpa menoleh dan asyik bermain ponsel.
Beberapa saat kemudian Bu Dena datang bersama beberapa waiters membawa nampan berisi makanan dan minuman. Mereka meletakkan makanan dan minuman itu di atas meja, Nadia, Dani dan Alvin membelalakkan matanya melihat menu yang di bawa waiters tersebut.
Bu Dena duduk di sebalah Pak Harun dan melingkarkan tangannya di pinggang suaminya. Pak Harun menoleh dan mengecup pelipis Bu Dena. Keduanya saling pandang dan tertawa kecil.
"Udah ah, malu udah ga muda lagi," bisik Bu Dena.
"Bunda sama ayah kalau mau mesra-mesraan di kamar aja," protes Dani menatap kedua orangtuanya.
"Ada yang iri bunda," sahut Alvin sambil mengunyah makanannya.
"Haha, iya maaf-maaf... ayo kita makan sekarang," ujar Pak Harun mengambil makanan di atas meja.
"Gimana menunya, kalian suka?" tanya Bu Dena menatap satu demi satu anak-anaknya.
"Suka bunda, apalagi dendeng campur urap. Wah enak banget," jawab Nadia sambil menyuap makanan ke mulutnya.
Suasana hangat dan bahagia menyelimuti hati Nadia dan keluarganya. Saling melempar canda gurau dan ejekan yang berujung tawa.
Selesai makan malam Bu Dena memesan beberapa bungkus makanan untuk di bawa pulang dan di berikan untuk pembantunya. Kemudian mereka semua pulang ke rumah bersama-sama, Nadia memilih pulang dengan Alvin karena tidak mau satu mobil dengan Dani yang senang seringkali usil padanya.
Sampai rumah Nadia langsung ke kamarnya dan mempersiapkan mata pelajaran esok hari. Setelah itu mengganti pakaiannya dan membaca buku yang ada di meja belajarnya.
"Nadia..." panggil Bu Dena masuk kamar dan menghampiri Nadia yang menoleh dan tetap duduk di meja belajarnya.
"Mulai besok di antar supir ya, ini uang saku Nadia buat besok," ucap Bu Dena menyerahkan selembar uang biru pada putri satu-satunya.
"Terimakasih bunda," ucap Nadia tersenyum. Bu Dena mengecup kening putrinya dan keluar dari kamar.
...KEESOKAN HARI...
Pagi hari Nadia sudah selesai memakai seragam, sepatu dan mempersiapkan buku-bukunya. Lalu keluar kamar dan menuruni anak tangga. Ia ke meja makan dan menyantap sarapannya. Selesai sarapan dan memasukkan bekal ke tasnya, Nadia pamit pada bundanya.
Nadia keluar dan masuk mobil yang khusus untuk mengantar dan menjemputnya sekolah. Sampai di sekolah Nadia sudah di tunggu teman-temannya dan masuk ke kelas bersama-sama.
Bel masuk berbunyi, Nadia dan teman-temannya mengeluarkan buku mata pelajaran jam pertama. Saat seorang mahasiswa PPL masuk, semua mata tertuju padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
drpiupou
aduhh Anak bicu/Proud/
2025-08-04
1
Dasyah🤍
padahal masih prolog Loh kak,Uda di bikin penasaran sama mereka 🤭
2025-08-04
1
Mupfin🧁
Kalo gini biasanya jodoh ditangan bapak sih bukan tuhan lagi kwkw
2025-08-04
1