***
Dan suasana ruangan ini...Mencekam.
Dingin. Full of depressoth.
Kayak sidang adat versi thriller psikologis—disutradarai Yuni Hasibuan, tapi naskahnya ditulis sama FTV Indosiar yang baru bangkrut.
Topik utamanya cuma satu:
Yaitu Aku, harus nikah. Dalam hitungan hari.
Dengan Dimitry. Si Manusia daster aneh.
Sebagian dari keluarga pro pernikahan kilat ini. Terutama Ayah.
Dia udah meledak duluan dari pagi.
"Lebih baik mereka langsung dinikahkan! Daripada makin mempermalukan keluarga! Nama baik itu satu-satunya yang tersisa dari kita! Dan dia, harus tanggung jawab karena udah ngerusak anak gadis orang!" bentaknya, sambil nunjuk Dimitry pakai sendok teh yang gemetar—entah karena marah, atau darah tingginya hampir kambuh.
Tapi kubu kontra gak kalah berisik.
"Bagaimana mungkin kita langsung nikahkan mereka?! Masalah sama keluarga Renggo aja belum kelar! Itu anak cucu orang kaya! Pemilik saham rumah sakit!!!" Nantulang Ingot hampir melayang dari kursi saking emosinya dia.
FYI, Renggo itu mantan tunanganku.
Si brengsek yang ketahuan mesum di parkiran klub malem sama cewek bayaran.
Dua bulan lalu aku cancel semuanya. Gak peduli undangan udah dicetak atau gedung resepsi udah DP. Aku gak mau nikah sama cowok yang belum akad aja udah hobi jajan. Itu penyakit. Dan aku bukan dokter buat nyembuhin orang yang bahkan gak mau sembuh.
"Saya gak keberatan nikahin Bea secepatnya, kalau memang perlu."
Suara Dimitry tiba-tiba nyaring di ruangan.
Terlalu... bikin jantungku mau copot.
Aku ngeblank.
BENCONG ITU MAU JADI SUAMIKU?
"WHAT!!! NIKAH!!!" Itu Raffael yang tiba-tiba teriak ya, bukan aku.
"Iya, nikah," jawab Dimitry mantap. Nyantai kayak gak lagi disidang.
"Karena Pak Simamora bener. Saya harus tanggung jawab. Dan itu cuma bisa dilakukan lewat pernikahan."
Raffael langsung bangkit dari sofa, nyaris mimisan.
"Dede! Gila kamu ya?! Kamu baru tanda tangan kontrak Mega Proyek tiga hari lalu! Ingat klausulnya: NO RELATIONSHIP, NO ROMANCE, NO SKANDAL! Ini kamu malah mau nikah? Sama siapa? Anak jenderal? Media bisa gila! Investor bisa batalin proyek!"
Raffael nyerocos, napasnya udah kayak alarm kebakaran.
Nantulang Ingot langsung nyamber nimpalin dia dengan semangat kebakaran jenggot:
"Tuh kan! Ku bilang juga apa! Masalah nikah ini jangan diburu-buruin! Dimitry itu artis, bukan tukang tahu keliling. Hidupnya gak bisa diumbar sembarangan. Apalagi status hubungan! Bisa jadi bencana karier buat dia!"
Nantulang Ingot jelas gak rela kalau aku nikah sama Dimitry . Iri-nya keluar dari setiap tatapan dan hela napas. Mungkin dia heran—kok aku beruntung banget dapat jodoh artis terkenal, bukan anaknya dia yang gila jadi artis.
Padahal... aku sama sekali nggak merasa beruntung.
Malah,,, Sial, harus terjebak di situasi absurd ini.
Sial harus dinikahkan mendadak sama aktor yang hidupnya dipenuhi kamera dan gosip.
Dan yang paling sial—
Dia bencong.
Iya, bencong. Lebih paham -foundation- daripada aku.
Tapi aku nggak bisa bilang itu ke keluargaku yang terlalu kolot.
Yang ada malah dikira cari alasan buat kabur dari tanggung jawab.
“Kalau kalian gak dinikahkan cepat-cepat, apa kalian punya jalan keluar lain?”
Suara Opung Gio akhirnya terdengar juga, dan beratnya kayak palu godam.
“Maaf aja ya. Darah keluarga Simamora gak bisa terima lihat laki-laki gak bertanggung jawab. Kalau sudah berbuat, ya harus siap terima resikonya.”
Nadanya sih kalem.
Tapi auranya, MY MEN...
Gak ada dari kami yang berani matahin omongan Opung.
Nantulang Ingot yang tadinya nyerocos langsung mingkem.
Tatapan Opung menyapu ke arahnya — dan dia otomatis nyari alasan buat geser tempat duduk.
“Tapi, Opung... Masalahnya, Dimitry ini bukan orang sembarangan...”
Sekarang giliran Yasmin angkat suara.
Santai. Bersahaja. Pakai nada psikolog yang berusaha ngajak ngobrol pasien trauma. Karena memang itu profesinya Yasmin.
“Dia aktor, publik figur. Yang harus jaga image demi branding. Gak semudah itu untuk langsung menikah. Apalagi dalam situasi penuh tekanan kayak sekarang.”
Hening.
Good Job Yasmin. Memang ini yang ku harap dari tadi, Pokoknya aku gak mau nikah sama bencong klemer-klemer yang baru ku kenal kemaren.
Tapi semua mata langsung balik ke Opung lagi. Nungguin apa balasan dia.
Dan Opung Doli Gio malah balas dengan pertanyaan:
“Terus, Apa publik figur dan aktor besar itu gak bisa bikin kesalahan? Apa dia Dewa?”
Suara beliau makin tenang — tapi kata-katanya setajam Cutter baru.
“Kalau sudah bikin masalah, terus mau kabur dari tanggung jawab?”
Matanya langsung mengunci ke Dimitry .
“Kenapa waktu berbuat, dia gak ingat kalau dia aktor yang harus jaga image?”
PRAK.
Itu bukan suara tamparan, ya.
Tapi suara logika semua orang yang lagi pecah.
"Masalah skandal, itu baru bisa disebut skandal kalau kejadiannya affair, kan? Kalau resmi, itu bukan bagian dari skandal."
Timpal Manguda Irham yang dari tadi cuma diam, tiba-tiba nyeletuk.
"Tapi, Manguda... Dimitry baru aja teken kontrak besar, dan salah satu klausulnya secara eksplisit melarang dia terlibat dalam romansa apapun. Apalagi sampai nikah tiba-tiba begini. Itu bisa dianggap pelanggaran berat dan berujung tuntutan ganti rugi."
Yasmin balas dengan nada kalem tapi jelas. Psikolog memang beda.
Manguda Irham narik napas. Lalu nanya balik, santai.
"Sekarang, Manguda mau tanya. Sejak kapan pernikahan dianggap sebagai skandal?"
Brak.
Pertanyaan itu kayak lemparan batu ke muka Yasmin.
Dia terdiam, keliatan bingung mikir mau jawab apa. Karena... ya bener juga sih.
"Lagian dari tadi ku tengok-tengok, kau ini gak ada simpatinya ya sama kawan sendiri, Yash? Kenapa yang kau bela terus-terusan malah Dimitry ? Masalah kerugian ini, itu, dan segala macam. Kau pikir Brea, anak kami ini gak dirugikan? Bukannya kalian sahabatan?"
Ayoyoooo...
Sekarang giliran Yasmin yang kena ulti dari Manguda Irham.
"Om Irham, maksudnya gimana? Emang rencananya mau langsung diumumin gitu aja ke publik?"
Raffael angkat suara. Mukanya makin tegang. Wajar sih, karena segala macamnya tentang Dimitry pasti menyangkut pekerjaannya juga.
"Kalau pernikahan ini langsung go publik, itu jelas melanggar perjanjian. Dan... konsekuensinya gak main-main. Dimitry bisa dituntut bayar ganti rugi miliaran."
Dan...
BRAAAKKKKK!!!
Bukan suara meja dibanting, tapi aura Pak Simamora yang akhirnya meledak.
"Halah! Dari tadi kalian bahas kontrak, kontrak, dan duit! Tapi satu hal yang kalian lupakan—anakku! Anak perempuan satu-satunya udah kalian permalukan! Dan sekarang kalian pikir aku bakal diam?!"
Ayahku berdiri.
Tangannya menunjuk Dimitry .
"Aku gak peduli! Aku mau mereka dinikahkan SECEPATNYA! Atau kalian mau aku umumin ke publik kalau si Dimitry udah mantap-mantap anakku sebelum sah?!"Ayahku ngamuk gak pakek titik koma.
WADAW.
Ini bukan lagi negosiasi—tapi ultimatum.
Raffael wajahnya pucat kayak baru kena shock freezer. Napasnya tersengal. Kalau masalah ini bocor, karier Dimitry bisa tamat.
"Oke... Oke, Om. Tante. Semua... Saya minta maaf. Saya telat nyadar soal situasinya. Tadi saya cuma terlalu mikirin karier Bos saya."
Tatapannya langsung mengarah ke Dimitry — tajam kayak silet Tajima baru beli.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments