Sesampainya di rumah, Kelvin langsung memarkirkan mobilnya di garasi yang luas. Saat hendak masuk, pandangannya sempat tertuju pada sebuah mobil putih yang terparkir di depan rumahnya. Keningnya mengernyit.
"Mobil siapa tuh?" gumamnya dalam hati, penuh tanya.
"Kelvin!"
Terdengar suara laki-laki dari lantai dua memanggilnya.
Kelvin mendongak ke atas.
“Eh, Gifa?” serunya kaget, lalu segera menaiki anak tangga.
“Loh, udah balik, Gif? Cepet banget dari Amerika?” tanya Kelvin sambil menggiring sahabatnya itu ke ruang kerja.
Gifa hanya mengangkat jas di tangannya dan menjawab santai.
“Udah, Vin. Kerjaannya ternyata gak seribet yang gue kira. Jadi cuma sehari aja di sana.”
Begitu masuk ke ruang kerja Kelvin, mata Gifa langsung tertuju pada seikat bunga dan dua kotak sepatu yang tergeletak di meja samping sofa. Ia langsung meraih bunga tersebut dan melirik sepatu yang masih tersegel rapi.
“Wih, buat siapa nih?” tanyanya sambil mengangkat bunga ke arah cahaya.
Kelvin menghela napas sambil melepas jam tangannya.
"Buat Viona, tadinya. Tapi dia kayaknya sibuk banget, jadi ya udah, gak jadi gue kasih. Biarlah kering di situ."
“Oh... buat Viona ya” sahut Gifa pelan sambil menaruh kembali bunga tersebut ke tempat semula.
Percakapan mereka pun berlanjut, membicarakan pekerjaan dan hal-hal lainnya. Hingga tak terasa, Gifa pamit pulang.
Saat mereka turun ke lantai bawah, terlihat Mamah Kelvin tengah membawa nampan berisi minuman. Baru saja menaiki beberapa anak tangga, langkahnya terhenti begitu melihat sosok Gifa. Tatapannya dingin, menusuk.
Gifa menyadari sorotan itu, namun hanya tersenyum tipis dan menunduk sopan. Kelvin melirik mamahnya sebentar, menyadari ketegangan yang menggantung di udara, namun memilih diam.
Halo Tante, lama nggak ketemu," sapa Gifa sambil menjabat tangan Mamah Kelvin.
"Oh, hai Gifa. Iya, lama nggak ketemu. Tapi rasanya Tante hampir tiap hari lihat wajah kamu," jawab Mamah Kelvin dengan senyum tipis yang terkesan masam.
"Ah, masa sih? Tante bisa aja," sahut Gifa sambil tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana.
"Tante, aku pamit pulang ya. Ada kerjaan yang harus dikerjain."
"Iya, Gifa..." jawab Mamah Kelvin sambil melangkah perlahan menaiki tangga menuju lantai dua.
Kelvin mengerutkan dahi, merasakan ada yang aneh dari sikap mamahnya. Ia pun tak banyak bicara dan langsung mengantar Gifa ke depan.
"Gue balik dulu ya, Vin. Nanti gue main ke kantor lu," ujar Gifa saat membuka pintu mobil barunya.
"Oke, Gif," jawab Kelvin singkat, berdiri di teras rumahnya yang luas, masih menyimpan rasa heran.
Setelah Gifa pergi, Kelvin termenung sejenak. Sikap Mamahnya tadi terasa dingin, seperti menyimpan sesuatu.
Tapi karena kelelahan, ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya dan langsung pergi beristirahat.
Keesokan paginya. Kelvin kembali bersiap menuju kantor. Seperti biasa, ia menyempatkan diri singgah di kedai roti favoritnya untuk membeli beberapa roti yang biasa ia bagikan di kantor.
Saat masuk ke toko, matanya langsung menangkap sosok perempuan yang sedang memilih-milih roti. -Wilona.
Tak lama, terdengar suara perempuan lain yang terdengar familiar. Kelvin menoleh. -Viona.
"Wil, dapet nggak rotinya?" tanya Viona sambil mendekat ke Wilona, belum menyadari kehadiran Kelvin.
Wilona melirik ke arah Viona, lalu sekilas ke belakang.
"Eh, cowok lo tuh di belakang," bisiknya sambil memberi kode.
"Hah? Siapa?" Viona reflek menoleh, dan pandangannya langsung bertemu dengan Kelvin.
Kelvin hanya terdiam, menatap keduanya. Dalam hati, ia bingung. Wilona... temannya Viona?
Sementara itu, ia juga baru sadar, bukankah Viona sedang melakukan perjalanan luar kota? Bahkan tidak memberi kabar sama sekali. Tapi sekarang dia ada di sini, tiba-tiba.
Viona menghampirinya dengan senyum canggung.
"Sayang? K-kamu mau beli roti?" tanyanya gugup.
Kelvin menarik napas panjang. Matanya menatap tajam ke arah Viona.
"Iya. Kamu udah balik? Dari mana sih? Katanya mau lama, bahkan nggak ada satu pun kabar. Tiba-tiba kamu udah di sini."
Viona mencoba tersenyum, meski jelas terlihat panik.
"Emm ... nggak kok, Sayang. Di sana tuh susah sinyal. Aku bahkan nggak bisa hubungin Mami di rumah."
Kelvin mengernyit. Merasa jawabannya tak masuk akal. Ia perlahan melepaskan tangan Viona yang mulai menggenggam lengannya.
Tanpa bicara lagi, Kelvin memilih beberapa roti, membayarnya, lalu keluar dari toko dengan wajah dingin.
Begitu masuk ke mobil, ia menggeleng pelan, lalu bergumam kesal.
"Nggak ada sinyal? Hah, yang bener aja. Emangnya lo ke pelosok mana sih?!"
Mesin mobil dinyalakan. Kelvin melajukan kendaraannya dengan hati yang penuh tanya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Asya
Curiga Viona Sama gifa ada main
2025-08-02
0
Azurre
tanya langsung aja ke mama nya vin
2025-08-02
0
Sarifah Aini
Viona kayaknya banyak yang disembunyikan bikin gemas sekaligus curiga sama sikapnya! 🤔💬
2025-08-03
0