Bab 05 :Antara Jiwa dan Raga

"Akhh..." keluh Yuna saat kakinya tidak sengaja tersandung sesuatu dan membuatnya jatuh tersungkur ke depan, wajahnya hampir mencium tanah.

Dengan sigap, Nolan langsung menghampirinya "Kamu tidak apa-apa?"tanya Nolan sedikit khawatir.

Yuna mendengus kesal sambil menepuk-nepuk debu di kedua tangannya yang kotor."Udah tau aku jatuh, masih juga nanya 'nggak apa-apa'?" gerutunya sambil menirukan gaya bicara Nolan tadi.

Nolan hanya bisa menatap Yuna bingung."Biar aku bantu berdiri," ujar Nolan akhirnya sambil mengulurkan tangan.

Yuna menatapnya sekilas sebelum menerima bantuan itu. "Rumah kamu masih jauh dari sini?"

Nolan mengangguk singkat. "Lumayan."

"Berapa menit kira-kira?"

"Menit?" Nolan mengernyit. "Itu apa?"tanya nya lagi.

Yuna memutar bola matanya dan menepuk jidat pelan. "Aduh, iya ya… kamu kan nggak ngerti soal jam."

Nolan makin bingung. "Jam itu siapa?"

Yuna mendesah panjang. "Bukan siapa, tapi apa… ah, sudahlah. Aku jelasin juga kamu nggak akan ngerti."gerutu Yuna lagi.

Nolan hanya mengangguk pelan sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ia merasa ada yang berbeda dari sikap Yuna dibanding saat pertama kali mereka bertemu. Sekarang, gadis itu terlihat lebih cerewet dan mudah kesal meski Yuna tidak mengomel dengan meninggikan suara.

Nolan sampai bertanya-tanya sendiri, apakah Yuna mengalami sesuatu yang membuatnya berubah seperti ini.

"Aku nggak bisa lihat apa-apa," keluh Yuna kesal sambil menghentakkan kaki nya pelan.

Nolan mengerutkan kening bingung."Kenapa nggak bisa lihat? Jalannya jelas kok," tanya Nolan heran.

Yuna mendengus kesal. "Aku bukan binatang yang bisa lihat dalam gelap!"

"Oh, ya udah. Biar aku buatkan api, ya?" ujar Nolan, menawarkan tanpa pikir panjang.

"Caranya gimana?" tanya Yuna cepat.

"Aku ambil dulu bahan-bahannya," jawab Nolan, lalu bersiap pergi. Namun, belum sempat melangkah, tangan Yuna menahan lengannya.

"Kamu mau ke mana?"

"Mau ambil bahan buat nyalain api."jawab Nolan santai.

"Kamu mau ninggalin aku sendiri di sini?"Yuna tidak habis pikir.

"Cuma sebentar, kok..."jawab Nolan lagi.

"Enggak mau! Aku takut sendirian."

Yuna lalu menatap Nolan dengan mata berbinar penuh ide. "Gimana kalau aku naik ke punggungmu aja? Biar cepet sampai rumah"ujar Yuna terpaksa.

Nolan menoleh, mengangkat alisnya. "Kamu yakin nggak akan takut?"

"Enggak," jawab Yuna cepat. "Asal larinya jangan kenceng kenceng."ujar Yuna pada akhirnya.

Nolan sempat berpikir sejenak, lalu merubah tubuhnya menjadi harimau besar berwarna oranye dengan belang belang hitam yang mencolok.Suara raungan khas harimau jantan terdengar menggema di udara.

Yuna refleks menepuk punggung harimau itu. "Jangan mengaum! Kamu bikin aku kaget," protes Yuna entah mendapat keberanian dari mana.

Sebagai balasan, Nolan hanya mengeluarkan dengusan pelan. Seperti yang sudah Yuna duga, dalam wujud harimau, Nolan memang tidak bisa bicara,hanya bisa mendengus seperti harimau jantan pada umumnya.

Dengan ragu-ragu, Yuna pun mulai menaiki punggungnya, mencoba menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Tubuh harimau itu hangat dan kuat, tapi tetap membuat jantung Yuna berdebar karena belum terbiasa.

Nolan berjalan santai, tidak tergesa. Ia mengingat permintaan Yuna untuk tidak berlari cepat, dan lagi pula rumahnya sudah tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah kayu kecil. Tidak ada penerangan sama sekali, hanya kegelapan yang menyelimuti seluruh bagian rumah.

"Kita udah sampai?" tanya Yuna sambil mencoba melihat sekeliling, tapi yang ia lihat hanya bayangan gelap gulita.

Sebagai jawaban, Nolan mengeluarkan dengusan pelan.

Yuna pun perlahan turun dari punggungnya, masih dengan gerakan hati-hati. Begitu ia berdiri di tanah, Nolan mulai berubah kembali menjadi manusia.

"Rumahmu... gelap juga, ya?" tanya Yuna ragu-ragu.

"Sudah kubilang, di suku harimau tidak ada yang pakai api untuk penerangan," jelas Nolan lagi.

Yuna mengerutkan dahi. "Terus... aku harus lihat pakai apa?"

Nolan tampak berpikir sejenak."Aku panggilkan adikku dulu. Setelah itu, aku akan nyalakan api untukmu," ujar Nolan tenang.

Lalu ia berbalik dan memanggil pelan.

"Lira..."panggilnya lirih.

Yuna langsung memiringkan kepala dengan heran. "Panggilnya pelan banget..mana mungkin adiknya bisa mendengar panggilannya? Gumamnya dalam hati.

Tapi belum selesai dengan rasa herannya, terdengar suara pintu kayu terbuka dari arah samping rumah. Seseorang muncul dari balik gelapnya malam.

"Dia dengar?" bisik Yuna dengan suara nyaris tidak terdengar..tapi tentu saja Nolan bisa menangkapnya.

"Tentu saja,pendengaran harimau sangat tajam"balas Nolan sambil menoleh padanya.

Suara lembut terdengar menyambut dari dalam rumah kayu yang gelap saat Nolan dan Yuna berdiri di ambang pintu.

"Kakak sudah pulang? Kenapa tidak langsung masuk?" tanya seorang gadis dari dalam.

"Aku membawa tamu," jawab Nolan tenang.

"Tamu?"

"Namanya Yuna. Untuk sementara, dia akan tinggal bersama kita."beritahu Nolan santai.

Terdengar langkah ringan mendekat. "Dia dari suku mana?"

Nolan menarik napas pelan sebelum menjawab. "Dia... tidak punya suku. Aku menemukannya di hutan saat sedang berburu."

"Hah?" betina itu tampak terkejut, tapi tidak membantah. "Baiklah, bawa saja dia masuk."

Nolan menoleh pada Yuna yang berdiri sedikit kaku di belakangnya. "Masuklah dulu," katanya pelan.

Lalu ia memanggil sang adik."Lira, tolong tuntun dia masuk. Dia tidak bisa melihat dalam gelap."

Betina yang dipanggil Lira segera menghampiri. Dengan lembut ia meraih tangan Yuna. Tidak ada raut curiga di wajahnya, hanya rasa ingin tahu yang samar.

Dalam hati, Lira sudah menebak...tamunya ini mungkin berasal dari suku kelinci..karena memang kelinci dikenal tidak mampu melihat di malam hari,tidak seperti mereka, para harimau.

"Ayo, pegang tanganku," ucap Lira pelan. Ia menuntun Yuna masuk ke dalam rumah yang benar-benar gelap tanpa satu pun cahaya.

Sementara itu, Nolan pergi untuk menyiapkan penerangan sederhana untuk tamunya.

"Duduklah di sini," kata Lira begitu mereka sampai di sebuah sudut ruangan yang terasa hangat.

Yuna duduk dengan hati-hati, berusaha menyesuaikan mata yang belum juga terbiasa dengan gelapnya rumah itu.

"Rumahmu gelap banget, ya..." gumam Yuna tidak bermaksud menyinggung tuan rumah.

Lira terkekeh pelan."Kami sudah terbiasa seperti ini," jawab Lira lembut "Mungkin kamu saja yang belum biasa."

Hening sebentar, lalu Lira bertanya lagi, suaranya lebih pelan dan terdengar tulus.

"Kudengar tadi kamu tidak punya suku. Apa itu benar?"

Yuna menoleh ke arah suara itu, meski ia tetap tidak bisa melihat wajah Lira. "Iya."

"Betina di dunia Beastia tidak mungkin tidak punya suku," ujar Lira, terdengar seperti seseorang yang banyak mengetahui soal sesuatu. "Mungkin kamu mengalami sesuatu dan lupa siapa dirimu. Lupa dari mana asalmu."ujar lira menambah penjelasannya.

Yuna mendadak terdiam. Kata-kata itu menggema di benaknya. Ia tidak terlalu fokus pada kalimat soal betina yang tidak mungkin tanpa suku.Ia justru berpikir bahwa nada bicara lira terdengar seperti dokter.

Mirip seperti dirinya… dulu.

Saat masih berada di dunia nyata. Saat ia menangani pasien di rumah sakit.

"Apa kamu pikir aku amnesia?" tanya Yuna, mencoba memancing percakapan lebih jauh.

"Amnesia?" Lira mengulang kata itu dengan nada bingung. "Aku belum pernah dengar itu. Apa artinya?"

"Amnesia itu… semacam hilang ingatan," jelas Yuna.

Lira mengangguk pelan. "Oh… mungkin itu juga yang sedang kamu alami. Kamu bukannya tak punya suku, tapi kamu lupa."

Yuna terdiam. Apa yang Lira ucapkan… Cukup masuk akal.Mungkin ia memang telah melakukan transmigrasi, entah dengan tubuhnya sendiri, atau mungkin… ia sekarang menempati tubuh orang lain yang berasal dari dunia Beastia.

Tapi jika benar begitu...

Lalu tubuh siapa sebenarnya yang Yuna masuki saat ini ?

Dan kemana perginya jiwa yang lama?

*

Temukan jawabannya di bab selanjutnya!

Jadi, jangan berhenti baca sampai di sini saja, ya.Author tunggu kalian di bab berikutnya. Terima kasih sudah membaca!🥰❤️👉👇

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!