Satu bulan setelah proklamasi kemerdekaan, Tirpitz mendapatkan sebuah telepon yang berasal dari seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang saat ini berada di kota Bogor. Ia mendengar rumor bahwa Tirpitz selalu membicarakan tentang sebuah kubus kristal yang konon ia dapatkan dari mayat seorang gadis di tepi pantai. Ilmuwan itu merasa terpikat untuk meneliti kubus kristal itu, sehingga ia menyampaikan akan segera datang ke Semarang dalam waktu dekat.
Keesokan harinya, sang ilmuwan telah sampai di villa tempat tinggal Tirpitz. Ilmuwan itu memperkenalkan dirinya sebagai Jansen Heidelberg. Ia adalah salah seorang ilmuwan di bidang geologi yang terjebak di pulau Jawa saat sedang melakukan ekspedisi meneliti sebuah gua misterius di pantai selatan Jawa, tepat saat serangan terhadap pangkalan angkatan Laut di berbagai negara terjadi.
"Jadi, apakah anda masih menyimpan kubus kristal itu?" Tanya doktor Jansen membuka percakapan di ruang tamu kediaman Tirpitz.
"Sungguh amat disayangkan," ujar Tirpitz, "tapi kubus itu menghilang setelah saya kehilangan kesadaran akibat menyentuhnya."
Doktor Jansen terlihat mengerti maksud ungkapan Tirpitz. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan ekspedisinya lalu membalikkan halaman-halaman buku itu. Tangannya baru berhenti setelah ia menemukan gambar buatan tangan yang berbentuk sebuah kubus, sama seperti yang Tirpitz temukan sebelumnya. "Saya bisa menebaknya, pasti bentuknya sama seperti yang saya gambar ini."
Tirpitz menatap gambar di buku catatan doktor Jansen dengan perasaan ngeri. Ia segera menengadah dan menatap wajah pria paruh baya di hadapannya itu. "Kau juga melihatnya?"
"Ya, saya bahkan berhasil membawa salah satu kubus itu." ujarnya sambil merogoh bagian dalam koper nya dan mengeluarkan sebuah kubus kristal lalu meletakkannya di atas meja.
Kubus itu nampak berbeda dari yang Tirpitz temukan. Tidak ada kilatan cahaya maupun petir kecil darinya setelah disentuh oleh doktor Jansen, seolah kubus itu masih tersegel seperti sebelum disentuh oleh Tirpitz.
"Setelah hampir dua tahun saya meneliti penemuan ini, saya berasumsi bahwa armada asing yang selama ini meneror lautan di bumi berusaha mencari keberadaan kubus ini." ungkap doktor Jansen menerangkan.
"Apakah itu kubus yang anda maksudkan, pak?" tanya Farel memastikan.
Tirpitz hanya mengangguk pelan, matanya masih menatap terpaku pada kubus kristal dihadapan nya.
"Sepertinya kekuatan sebenarnya dari kubus ini masih tersegel," ujar doktor Jansen. Ia lalu menambahkan, "kita harus mencari cara untuk membuka segel kekuatan kubus kristal ini, sehingga saya bisa mendapatkan jawaban mengenai semua kekacauan yang terjadi di seluruh penjuru lautan."
"Bolehkah saya menyentuhnya?" tanya Tirpitz ragu.
"Tentu, saya rasa kubus itu aman untuk dipegang." balas doktor Jansen sambil menyalakan pipa berisi tembakau miliknya.
Tirpitz ragu sejenak, lalu ia menguatkan dirinya untuk menyentuh kubus kristal itu. Kali ini bukan rasa dingin yang membeku yang ia rasakan ketika tangannya menyentuh permukaan kubus itu. Namun sebuah kehangatan ia rasakan pada ujung-ujung jarinya, seolah ia sedang mencelupkan jarinya kedalam air hangat.
Secara tiba-tiba kilatan cahaya yang sama terpancar dari kubus itu, menyilaukan mata semua orang disana, hanya Tirpitz yang tak terpengaruh oleh kilatan cahaya itu.
"Tolong tahan posisi tangan anda!" ucap doktor Jansen. Ia segera mengambil sebuah kamera lalu mengambil beberapa gambar dari kubus itu.
Sebuah bisikan wanita kembali terdengar ditelinga Tirpitz, namun kali ini suaranya lebih lembut dari suara wanita sebelumnya.
"Terimakasih karna telah membuka segel kami, shikikan-sama. Kami akan selalu mematuhi perintah mu, bahkan jika kami belum dilahirkan kembali."
Setelah mendengar bisikan itu, Tirpitz segera menarik kembali lengannya, sangat aneh rasanya mendengar suara yang sangat lembut seperti barusan. Suasana di dalam ruangan kembali hening, hanya doktor Jansen yang terkekeh puas melihat foto-foto yang berhasil ia ambil.
"Sepertinya kita telah mendapatkan jawaban atas kunci segel kekuatan kubus ini." ungkap doktor Jansen puas.
Farel dan Takumi saling bertatapan, mereka tak menyangka apa yang baru saja terjadi didepan mata mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments