“Iya, rasa nyeri di perut akan mereda, dan dia akan merasa lebih rileks.” Ucap Ariana sambil terus melangkah ke mini pantry yang ada di dalam kamar itu.
Ernastan yang masih melangkah di belakang Ariana tersenyum bibirnya, hati nya lega dan senang. Harapan untuk belah duren malam ini akan terwujud.
Ariana pun segera menyeduh teh herbal yang selalu dia siapkan di dalam tasnya. Ernastan turut berdiri di mini pantry dan terus memperhatikan Bunda Mertuanya yang sedang membuatkan teh untuk istrinya.
Sesaat kemudian Ariana sudah selesai.
“Bun, sini biar saya yang bawa dan saya berikan ke Arumi.” Ucap Ernestan meminta gelas yang dibawa oleh Ariana.
“Bunda kalau mau kembali ke kamar Bunda, silakan Bun. Bunda pasti sudah sangat capek.” Ucap Ernastan sambil menerima gelas dari Ariana.
Ernastan yang ingin segera berdua lagi dengan Arumi mengusir secara halus Ibu mertuanya.
Ernastan segera melangkah menuju ke kamar mandi, di mana Arumi masih berada di sana.
“Dia pasti ingin aku segera keluar dari kamar ini. Tapi aku kok merasa tidak tega jika Arumi aku tinggalkan.” Ucap Ariana yang masih berdiri di mini pantry.
Ariana terlihat berpikir keras. Dia pun melangkah meninggalkan mini pantry akan tetapi tidak keluar dari kamar, dia masih ingin melihat keadaan Arumi.
Sesaat Arumi sudah keluar dari kamar mandi bersama Ernastan yang sudah membawa gelas kosong. Karena teh herbal sudah diminum oleh Arumi.
“Sayang bagaimana sudah mendingan?” tanya Ariana yang sebenarnya dia tahu sakit perut Arumi malam ini hanya pura pura saja, agar dirinya datang ke kamar ini.
“Lumayan sih Bun, tidak lagi melilit macam tadi.” Ucap Arumi lalu melangkah menuju ke tempat tidur. Dia sebenarnya memang sudah lelah sekali ingin segera berbaring dan tidur.
Ernastan tersenyum melihat Arumi ke tempat tidur dan mengatakan sudah tidak lagi sakit perutnya.
“Sudah baikan Bun, biar Arumi tidur. Bunda boleh kembali ke kamarnya. Terima kasih Bun. Teh nya biar di sini saja. Kalau Arumi kambuh saya bisa membuatkan kok. Saya siap menjadi suami siaga.” Ucap Ernastan sambil menatap Ariana lalu mengikuti Arumi ke tempat tidur.
“Iya Arumi biasanya langsung mengantuk setelah minum teh herbal.” Ucap Ariana yang juga melangkah menuju ke tempat tidur.
“Rumi, Bunda tinggal kamu ya?” tanya Ariana sambil menatap Arumi yang telah membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Di saat Arumi belum menjawab, terdengar pintu kamar digedor gedor. Bukan suara ketukan oleh tangan tetapi seperti suara kaki yang menendang nendang daun pintu.. dan suara keras seorang anak kecil.
“Buta pintu na tepat! Atu mau liat mbak Lumi yang catit!”
Ariana dan Ernestan yang masih berdiri di dekat tempat tidur, menoleh ke arah pintu kamar yang masih ditendang tendang oleh kaki mungil bersepatu.
“Siapa Bun? Anak kecil belum tidur malam malam.” Ucap Ernastan dengan nada dan ekspresi wajahnya yang terlihat tidak suka.
“Askara, adik bungsu Arumi beda Ibu. Tadi dia ada di kamarku, Bu Yayuk tidur sekamar dengan aku.” Ucap Ariana dan segera melangkah menuju ke pintu.
Hubungan Ariana dengan Yayuk memang sangat baik. Hal ini diupayakan demi kebaikan hubungan anak anak mereka semua. Dua perempuan dewasa itu jika bertemu sering sharing tentang pekerjaan dan juga dalam mendidik anak anak mereka.
Arumi pun sangat menyayangi semua saudara saudaranya. Meskipun dia tidak memiliki saudara dengan satu ayah dan ibu.
Termasuk dengan Askara anak yang terlahir dari Yayuk dan Respati. Arumi sangat menyayangi adik se ayah nya itu.
Saat Ariana sudah membuka pintu, seorang anak laki laki dengan pipi nan gembil menggemaskan langsung berlari masuk ke dalam kamar.
“Mbak Lumi.....” teriak bocil usia tiga tahun an itu terus berlari masuk untuk mencari Arumi.
“Aska Mbak Rumi di sini.” Ucap Arumi yang masih berbaring di atas tempat tidur.
Askara terus berlari menuju ke arah suara Arumi.
“Mbak Lumi macih cakit peyut, atu pijit ya..” suara imut Askara tampak ekspresi wajahnya sangat mengkhawatirkan Kakaknya. Tanpa membuka sepatu nya Askara pun langsung naik ke atas tempat tidur.
Ernastan hanya bisa garuk garuk kepalanya yang tidak gatal.
Sedangkan Yayuk berdiri di depan pintu dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat tidak enak di hati karena anak bungsunya telah mengganggu malam pertama pengantin.
“Maaf Bun, aku sudah larang Askara ke sini. Tapi dia malah ngamuk dan terus minta ke kamar Arumi.” Ucap Yayuk sambil menatap Ariana yang masih berdiri di dekat pintu.
“Bagaimana Arumi?” tanya Yayuk kemudian.
“Sudah lumayan dia mau tidur. Ya sudah biar Aska di sini.” Ucap Ariana lalu melangkah keluar dari kamar. Dan dia menutup pintu kamar pengantin itu.
“Bu Yayuk kalau mau istirahat langsung ke kamar saja. Aku mau menemui Ayah Fadli ada hal penting yang ingin aku sampaikan.” Ucap Ariana dengan serius dan melangkah cepat cepat.
“Iya Bun.. “ ucap Yayuk yang Sebenar nya agak penasaran karena Ariana membiarkan Askara berada di dalam kamar pengantin dan terlihat justru malah senang dengan hadirnya Askara. Dan kini terburu buru akan menemui Ayah Fadli.
Namun untuk menjaga etika agar tidak terlihat mencampuri urusan keluarga. Yayuk pun tidak berani bertanya tanya. Yayuk melangkah menuju ke kamar di samping kamar pengantin. Dan Ariana melangkah ke kamar Fadli yang tidur dengan Basel anak laki lakinya.
Saat sudah sampai di depan pintu Ariana mengetuk ngetuk pintu kamar sambil menyebut nama suaminya.
Tidak menunggu lama pintu terbuka dan tampak sosok Fadli sudah memakai baju piyama tidur dengan wajah lelah dan mengantuk.
Ariana langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar. Terlihat Basel sudah tidur nyenyak karena tubuhnya sangat lelah dia termasuk tim sibuk dalam acara pernikahan Kakaknya.
“Ada apa Bun, Kok tampak sangat serius?”
“Ayah gimana dalam mencari data data Ernestan. Arumi tadi mengatakan ada hal yang dirahasiakan Ernestan dari kita. Ayah harus bertanggung jawab kalau ada apa apa dengan Arumi. Ayah kan yang bertugas menelusuri identitas Ernastan dan keluarganya.” Ucap Ariana sambil menatap tajam Fadli yang terlihat wajah nya sudah sangat mengantuk akibat lelah juga.
Wajah mengantuk Fadli kini terlihat kaget mendengar ucapan istri nya.
“Aku lihat di data Ernestan belum menikah Bun. Tidak ada berita negatif juga tentang dia dan keluarganya. Rahasia apa?” Ucap Fadli kini Ekspresi wajahnya terlihat berpikir pikir.
“Pacar Ernastan bagaimana? Perusahaannya bagaimana kondisinya sekarang?” tanya Ariana sambil masih menatap wajah suaminya.
Fadli mengusap dengan kasar wajahnya, agar darah mengalir di wajah nya yang sangat mengantuk dan lelah.
“Mungkin ada data yang dilindungi Yah, tidak bisa diakses orang lain..” ucap Ariana selanjutnya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Diana Dwiari
ayo yah,gercep cari info yg bener...datangi rumah ernestan sekarang, biar tau siapa yg di sana
2025-07-15
1
Sri Rahayu
wah kok mencurigakan ya si Ernestan ini 🙃🙃🙃....lanjut Thorr 😘😘😘
2025-07-16
1
❤️⃟Wᵃf༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈🍒⃞⃟🦅
wahhh harus cpet ini kan yaa jgn smpe slh sasaran
2025-07-15
1