Keputusan terbaik?

Pagi itu, aktivitas kembali seperti biasa. Tessa ada kelas pagi, jadi ia memilih mandi lebih dulu sebelum Rajata terbangun.

Aroma sabun yang lembut menguar dari kamar mandi, merambat ke seluruh sudut kamar. Rajata yang masih terlelap perlahan menggeliat, kemudian terbangun ketika samar-samar mendengar suara gemericik air. Ia meraih ponselnya di meja samping ranjang—pukul tujuh kurang lima menit.

Dengan mata yang masih berat, ia duduk bersandar pada kepala ranjang. Tarikan napas panjang ia hembuskan, mencoba mengumpulkan nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya. Tepat saat itu, suara pintu kamar mandi terbuka perlahan.

Tessa muncul, hanya dibalut handuk putih yang dililit di tubuh mungilnya. Rambutnya masih basah, tetesan air jatuh di bahunya yang pucat, menelusuri kulit hingga ke tulang selangka. Ia tertegun sesaat ketika melihat Rajata sudah duduk di sana, menatapnya dengan mata yang kini terbuka penuh.

Tessa mendadak kaku. Awalnya ia mengira Rajata masih tidur pulas, jadi ia berencana hanya mengambil pakaiannya sebentar lalu kembali masuk. Namun kini, rencana itu buyar.

Tatapan mereka bertemu. Sunyi. Hanya terdengar detik jam yang seolah berdetak lebih keras dari biasanya.

Rajata menelan ludah, matanya tak berkedip sedikit pun. Pemandangan di hadapannya membuat dadanya berdebar cepat—kulit putih Tessa yang tampak di bagian pundak, tetesan air yang mengilap di permukaan kulitnya, dan rona malu yang merambat di wajah gadis itu.

"Heh!! Tutup mata lo nggak... atau gue colok ya?!" teriak Tessa dengan panik ketika menyadari arah pandangan Rajata yang jelas-jelas tertuju padanya. Tangannya sepontan menyilang didadanya.

Lamunan Rajata langsung buyar. Ia berkedip cepat, lalu menghela napas panjang, mencoba menutupi wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. Ia memutar bola mata dengan malas sambil menyandarkan diri ke kepala ranjang.

"Nggak usah ke-PDan lo. Mau lo telanjang sekalipun, gue nggak bakal nafsu lihat lo!" ujarnya sinis, bibirnya menyunggingkan senyum tipis yang sengaja dibuat menyebalkan.

Tentu saja ucapan Rajata barusan sangat berbeda dengan isi kepalanya. Sejak tadi pikirannya justru sudah melayang ke mana-mana—berkecamuk dengan bayangan kulit putih Tessa yang masih basah, aroma sabun yang lembut melekat di udara, dan siluet tubuhnya yang hanya tertutup handuk tipis. Ia berdeham keras, berusaha mengusir semua imajinasi liar itu dari kepalanya.

Dengan napas sedikit berat, Rajata akhirnya bangkit dari tempat tidur, berniat masuk ke kamar mandi. Namun langkahnya terhenti ketika Tessa masih berdiri di depan pintu kamar mandi sambil menutup bagian dada nya menggunakan tangan.

Tessa tampak waswas, matanya membulat, dan ia spontan mundur selangkah ketika melihat Rajata mendekat.

"Mau... mau ngapain lo?" tanyanya dengan nada tinggi, terdengar gugup.

Rajata tidak menjawab. Ia justru melangkah maju, hanya satu langkah, tapi cukup untuk membuat Tessa mundur lagi selangkah, punggungnya hampir menyentuh daun pintu kamar mandi.

"Ja... jangan macem-macem, Ya! Atau gue teriak, sumpah!!" ancam Tessa, nada suaranya bergetar.

Rajata menyipitkan mata, sedikit tersenyum miring, namun nadanya tetap terdengar malas seperti biasa.

"Minggir, bego. Gue mau mandi," ujarnya santai. "Lo ngalangin jalan gue."

Tessa terdiam sejenak, wajahnya memanas entah karena malu atau takut. Ia ragu, tapi akhirnya menggeser tubuhnya sedikit ke samping, memberi celah agar Rajata bisa lewat.

Rajata melangkah melewatinya begitu dekat hingga bahu mereka nyaris bersentuhan. Aroma sabun yang masih melekat di tubuh Tessa menyeruak, membuatnya harus menahan diri untuk tidak menarik napas terlalu dalam. Ia menggertakkan gigi pelan, lalu masuk ke kamar mandi sambil membanting pintu ringan di belakangnya.

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Tessa masih berdiri di tempat dengan wajah semerah tomat. Ia mendesah keras, lalu menjatuhkan diri ke tempat tidur sambil menutup wajah dengan kedua tangan.

"Ya ampun, Tessa... bego banget sih lo! Bisa-bisanya bikin malu gitu!" gerutunya sambil mengetuk pelan kepalanya sendiri.

Sementara di dalam kamar mandi, Rajata menatap cermin sambil mengusap wajahnya sendiri. "Gila... ini cewek bisa bikin gue gila kalau begini terus," desisnya lirih.

Setelah berganti pakaian, Tessa memilih turun lebih dulu ke lantai bawah. Ia sengaja menghindari Rajata karena rasa malunya belum hilang. "Bisa-bisanya gue mikir dia mau macem-macem, padahal dia cuma mau masuk kamar mandi. Malu banget!" batinnya sambil menutup wajah sebentar dengan tangan.

Di ruang makan, sudah ada Reza, Renata, dan Carissa—adik iparnya. Suasana tampak hangat dengan obrolan santai mereka.

Reza yang sedang menyeruput teh langsung mendongak begitu mendengar suara langkah Tessa di tangga. Ia tersenyum kecil ketika mata mereka bertemu. Sekilas pandangannya jatuh pada tampilan Tessa pagi itu—sederhana, tapi entah bagaimana justru memancarkan pesona berbeda.

Atasan hitam polos yang jatuh rapi di tubuhnya, potongan asimetris di bagian bawah membentuk garis yang mempertegas siluet pinggangnya. Rok putih panjang berbahan ringan bergoyang lembut mengikuti setiap langkahnya, memberi kesan feminin yang tak dibuat-buat. Sepasang sneakers putih melengkapi penampilan itu, memadukan kesan santai dan elegan sekaligus.

"Pagi, Pak Reza," sapa Tessa pelan saat tiba di meja makan. Tadinya ia ingin bergabung, tapi tatapan dingin Renata—ibu mertuanya—dan Carissa membuat langkahnya urung. Suasana itu terasa terlalu berat baginya.

"Saya berangkat dulu, Pak," ucapnya cepat sambil menunduk.

Reza mengernyit. "Kamu nggak sarapan dulu? Atau mau nunggu Rajata selesai?"

Tessa menggeleng cepat. "Saya ada kelas pagi, Pak. Lagipula masih ada beberapa barang yang harus saya ambil di rumah lama. Takut nggak keburu."

Reza sempat ingin menahan, tapi melihat raut wajah Tessa yang canggung, ia mengurungkan niatnya. Ya... butuh waktu untuk Tessa beradaptasi di rumah ini. Ia tak mau memaksa.

Begitu keluar dari rumah, Tessa menarik napas panjang, berusaha menenangkan debaran di dadanya. Udara pagi yang sejuk sedikit membantu meredakan perasaan tidak nyaman yang sejak tadi menggelayuti hatinya.

Kenapa rasanya berat banget tinggal di sana? batinnya berbisik. Tatapan dingin Renata dan Carissa tadi kembali terlintas di kepalanya, membuat langkahnya semakin cepat menjauh dari rumah itu.

Tessa merogoh ponsel dari dalam tas, buru-buru membuka aplikasi ojek online. Sepeda motor yang biasa ia gunakan tertinggal di rumah lamanya, jadi ia tak punya pilihan lain.

"Ini mana sih lama banget..." gumamnya pelan, menunggu notifikasi driver. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk belakang ponsel dengan gelisah. Dalam hati ia berharap perjalanan ke kampus kali ini cukup untuk membuat pikirannya lebih jernih.

Tak lama, notifikasi muncul di layar ponselnya. Driver sudah dalam perjalanan menjemput. Tessa menarik napas lega, lalu melangkah ke depan pagar, berdiri menunggu sambil memeluk tasnya erat-erat.

***

Begitu sampai di kampus, Rajata baru saja keluar dari mobilnya ketika suara yang sangat ia kenal memanggil keras.

"Rajata!"

Benar saja. Liora berdiri di sana, kedua tangannya terlipat di dada, wajahnya menegang. Rajata menghela napas panjang, seperti sudah memprediksi ini akan terjadi.

"Sayang... maksud kamu apa mutusin aku sepihak?" Liora langsung menyerbu mendekat. Matanya tampak memerah, suaranya bergetar menahan emosi.

"Rajata... tolong jangan kayak gini. Aku nggak ngerti... salahku apa? Kamu marah karena apa? Aku bisa perbaiki kalau aku salah... jadi jangan tiba-tiba ninggalin aku gini."

Rajata memejamkan mata sejenak, mencoba mengatur napas yang terasa begitu berat. Melihat Liora dengan mata sembab dan suara yang bergetar hampir membuat pertahanannya runtuh. Ia ingin memeluk gadis itu, menenangkan tangisnya, dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Namun bayangan ayahnya yang terbaring lemah setelah serangan jantung kembali memenuhi pikirannya. Isak tangis Tessa di pemakaman kemarin terus terngiang di telinganya. Entah kenapa, ia merasa sekarang Tessa jauh lebih membutuhkan dirinya... dan itu lebih menakutkan daripada harus menyakiti Liora.

"Rajata..." suara Liora pecah, "kenapa kamu mutusin aku? Aku ada salah apa? Kalau aku salah, bilang... aku akan perbaiki!" Ulang Liora dengan isakan

Rajata menghela napas panjang. Ia mendongak, menatap mata Liora yang berkaca-kaca. Dan untuk pertama kalinya, ia berbohong dengan penuh kesadaran.

"Kamu nggak salah apa-apa." suaranya terdengar berat, tapi tegas.

"Masalahnya ada di aku. Aku baru sadar... kita nggak akan pernah bisa ke mana-mana. Kamu tahu sendiri, kita beda keyakinan."

Liora tertegun, matanya membulat. "Jadi... itu alasan kamu? Setelah semua yang kita lalui, kamu baru bilang ini sekarang? Rajata... selama ini kamu nggak pernah peduli soal itu!"

"Sekarang aku peduli." Rajata membuang pandangan, menyembunyikan luka di balik sikap dinginnya.

"Aku nggak mau kita berdua makin jauh dan akhirnya tetap saling menyakiti."

Liora menggeleng cepat, air matanya jatuh deras. "Jangan bohong! Ini bukan tentang agama, kan? Kalau kita sama-sama mau, kita pasti bisa cari jalan. Jangan jadi pengecut, Ja... jangan pakai alasan ini buat ninggalin aku!"

"Cukup.. Liora." Rajata mengeraskan suara, meski hatinya perih mendengar gadis itu memohon.

"Hargai keputusanku. Jangan buat ini makin sulit. Kamu berhak dapet yang lebih dari aku."

Sebelum Liora bisa kembali menahan atau berkata apa-apa, Rajata melangkah pergi cepat. Ia tak berani menoleh. Ia tahu kalau ia menatap Liora sekali lagi, semua akan runtuh.

Di belakangnya, Liora terisak, tubuhnya limbung sebelum jatuh berlutut di aspal parkiran. Sementara itu, Rajata terus berjalan tanpa ekspresi. Dalam hati ia berbisik lirih,

"Maaf... ini cara terbaik untuk kita berdua."

Terpopuler

Comments

Dewi Ink

Dewi Ink

kita liat sampai dimana pertahananmu rajata/Proud/

2025-07-26

1

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻

Ati-ati bang, takutnya lu njilat ludah lu sendiri nanti🤭

2025-07-25

1

Aquarius97 🕊️

Aquarius97 🕊️

Halah mulut Lo Rajata wkwk sok Sokan ..telanjang betulan panas dingin kau

2025-08-14

0

lihat semua
Episodes
1 Kecelakaan!
2 Terpaksa Putus!
3 Sah!
4 Keputusan terbaik?
5 Kehangatan
6 Rasa tanggung jawab!
7 Lo aman sama gue!
8 Hampa
9 Salah paham
10 Perasaan aneh
11 Pisah.. lebih baik!
12 Cemburu??
13 Pengakuan yang tak terduga..
14 Titik lemah seroang Rajata
15 Lucu jugaa!!
16 Foto Unggahan
17 Diam diam saling memperhatikan
18 First kiss?
19 Drama baru
20 Pertemuan tak terduga
21 Hareudang
22 Kejutan tak terduga ulang tahun Eyang
23 Kecewanya Reza
24 Sebatas Rasa Tanggung Jawab?
25 Kalian ngapain?
26 Si paling tepati janji
27 Bibit cemburu
28 Cakrawala vs Nusantara
29 Yaah.. ketahuan?
30 Penyegaran
31 Babak awal
32 Misi Liora
33 Istri sang Kapten
34 Teman atau bukan?
35 Ada apa dengan Tessa?
36 Sebuah rencana
37 Act of service Rajata
38 Tessa, istri gue!
39 Boleh dilanjut?
40 Kamu masih datang bulan?
41 21++ warning!
42 Skandal
43 Misi Rahasia
44 Hari buruk Liora
45 Wanita Misterius
46 Semua untuk Tessa
47 Saat semua berbalik
48 Wanita berkacamata hitam
49 Rush Wedding [ Cast ]
50 Gara-gara Diana
51 Hay Rajata?
52 Permainan dimulai!
53 Macan garong?
54 Malam yang Panjang
55 What’s wrong?
56 Nikahi aku bang Raja!
57 Keputusan Rajata!
58 Hanya sementara..
59 Bandung dan Sebuah Rencana
60 Kejutan dibalik Pintu
61 Mati satu tumbuh seribu
62 Holiyay!!
63 Melon dan Ultraman
64 Kintamani
65 Janari
66 Special Edition! Baca aja gak ada judul
67 Siap siap jadi pepes!
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Kecelakaan!
2
Terpaksa Putus!
3
Sah!
4
Keputusan terbaik?
5
Kehangatan
6
Rasa tanggung jawab!
7
Lo aman sama gue!
8
Hampa
9
Salah paham
10
Perasaan aneh
11
Pisah.. lebih baik!
12
Cemburu??
13
Pengakuan yang tak terduga..
14
Titik lemah seroang Rajata
15
Lucu jugaa!!
16
Foto Unggahan
17
Diam diam saling memperhatikan
18
First kiss?
19
Drama baru
20
Pertemuan tak terduga
21
Hareudang
22
Kejutan tak terduga ulang tahun Eyang
23
Kecewanya Reza
24
Sebatas Rasa Tanggung Jawab?
25
Kalian ngapain?
26
Si paling tepati janji
27
Bibit cemburu
28
Cakrawala vs Nusantara
29
Yaah.. ketahuan?
30
Penyegaran
31
Babak awal
32
Misi Liora
33
Istri sang Kapten
34
Teman atau bukan?
35
Ada apa dengan Tessa?
36
Sebuah rencana
37
Act of service Rajata
38
Tessa, istri gue!
39
Boleh dilanjut?
40
Kamu masih datang bulan?
41
21++ warning!
42
Skandal
43
Misi Rahasia
44
Hari buruk Liora
45
Wanita Misterius
46
Semua untuk Tessa
47
Saat semua berbalik
48
Wanita berkacamata hitam
49
Rush Wedding [ Cast ]
50
Gara-gara Diana
51
Hay Rajata?
52
Permainan dimulai!
53
Macan garong?
54
Malam yang Panjang
55
What’s wrong?
56
Nikahi aku bang Raja!
57
Keputusan Rajata!
58
Hanya sementara..
59
Bandung dan Sebuah Rencana
60
Kejutan dibalik Pintu
61
Mati satu tumbuh seribu
62
Holiyay!!
63
Melon dan Ultraman
64
Kintamani
65
Janari
66
Special Edition! Baca aja gak ada judul
67
Siap siap jadi pepes!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!