Mata Vino terbuka perlahan. Tubuhnya masih lemah. Dengan selang oksigen yang masih terpasang dihidungnya.
Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh kabel kabel medis. Matanya melirik kesana kemari. Matanya terlihat sayu.
Perlahan ia membuka mulutnya, "kak Naina, dimana kakakku?"
"Vino, kakakmu pulang. Dia ambil baju ganti. Kasihan kan kalau terus terusan pakai baju itu. Nanti masuk angin", Naina mencoba menenangkan Vino.
Vino memalingkan wajahnya kesamping. Menatap kearah jendela yang kini terbuka lebar. Dengan pantulan sinar matahari pagi yang hangat.
"aku sakit apa kak? Aku mau bermain diluar, seperti anak anak lainnya".
"emm... Vino gak sakit apa apa kok. Vino ingat gak, terakhir kali sebelum Vino masuk rumah sakit? Vino main bola kan? Itu karena Vino kecapekan, makanya Vino hatus istirahat total disini", lagi lagi Naina harus berbohong.
Vino adalah adik satu satunya Cassandra. Kali ini takdir membawa Vino ke rumah sakit ini.
Ia dinyatakan ada kebocoran jantung. Yang menyebabkannya harus benar benar butuh penanganan ekstra.
Dalam kurun waktu satu minggu jika tidak dilakukan operasi pencangkokan jantung, Vino tak dapat tertolong.
Cassandra dan Naina merahasiakan ini semua dari Vino karena tak mau jika, anak sekecil Vino harus ikut merasakan beban pikiran.
Terlebih lagi ia harus dioperasi. Vino tak boleh ada beban pikiran yang akan mempengaruhi kesehatannya.
Cekrek... Pintu terbuka lebar. Cassandra tersenyum manis kepada adiknya. Ia tak mau menampakkan kesedihannya dihadapan adik kesayangannya.
"Vino sayang... Kakak bawa apa lihat ini", Cassandra mengangkat tinggi tinggi dua kantong kresek ditangannya.
"wah... Lihat deh kakakmu bawa es krim sama apa itu",sahut Naina.
Cassandra membuka satu kantong kresek yang berisi, bola serta buku untuk adiknya melukis.
"dan ini sarapan buat kita. Ada es krim juga buat Vino. Pasti Vino bosen kan makanan dirumah sakit?" tanya Cassandra. Vino mengangguk tersenyum.
"aku mau makan sendiri kak", pinta Vino.
"sayang, kata dokter kamu gak boleh banyak gerak. Soalanya kemarin kamu terlalu kecapekan jadi sekarang harus banyak istirahat. Jadai kakak suapin ya", mendengar ucapan Cassandra Vino mengangguk.
Sedikit demi sedikit Vino mulai mau makan. Karena sejak hari pertama dirawat ia tak mau makan sama sekali.
"enak kan? Boleh makan es krim tapi janji, makanannya ini harus habis",
"oke kak", jawab Vino dengan tersenyum.
"yaah... Nanti kalau kakak suster bawa makanan gak dimakan dong sama Vino", sahut Naina.
"gak boleh ya sayang, kasihan kakak susternya. Sudah capek capek masak tapi gak dimakan. Pokoknya kalau Vino mau makan, kakak beliin es krim tiap hari, mau?" bujuk Cassandra.
"mau...", jawab Vino dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
"oh iya, Vino disuapin sama kak Naina dulu ya. Kakak mau tanya dokter kapan kamu boleh pulang. Biar bisa main main dirumah, oke",
Vino hanya mengangguk kecil sambil menikmati makanan didalam mulutnya.
Dengan langkah tergesa gesa, Cassandra mencari keberadaan dokter Rehan. Dokter yang menangani keseluruhan penyakit adiknya.
Terlihat dari kejauhan, dokter rehan baru saja keluar dari ruangannya.
"dokter Rehan..." teriak Cassandra. Ia berlari menghampiri dokter Rehan.
"Cassandra, anda kakaknya Vino kan?" tanyanya.
"iya dokter. Gimana tentang operasi adik saya? Bisa dilakukan secepatnya? Saya akan mengurus administrasinya sekarang", ucap Cassandra penuh permohonan.
"maaf tentang biaya tak tak sedikit ini, tapi demi kebaikan Vino",
"asal adik saya sembuh dok, lakukan secepatnya",
"baiklah, saya akan jadwalkan malam ini. Tolong setelah makan siang nanti, Vino harus berpuasa dulu ya",
"baik dok, saya permisi dulu", Cassandra pergi meninggalkan dokter Rehan.
Dokter Rehan adalah dokter spesialis sekaligus pemilik asli rumah sakit Medika Abadi. Tempat dimana Vino dirawat saat ini.
Sebenarnya, di rumah sakit ini semua biaya gratis. Pasien hanya dibebankan untuk mengambil resep obat di apotek
Akan tetapi dalam penyakit Vino, rumah sakit belum ada tenaga medis yang khusus spesialis jantung.
Jadi dalam beberapa kasus, pasien harus membayar untuk biaya operasi beberapa penyakit langka lainnya.
Cassandra kembali ke ruangan dimana adiknya dirawat. Disana sudah terlihat berdiri dokter Rehan memeriksa Vino.
"kak, kenapa kata dokter aku mau operasi?"
"sayang, dokter itu mau mengoperasi rasa kelelahan kamu. Jadi nanti setelah operasi kamu gak bakal merasakan kelelahan lagi. Jadi mau kan dioperasi biar pas main bola gak capek lagi", bujuk Cassandra.
Dokter Rehan tersenyum melihat Cassandra menenangkan adiknya, seperti ada rasa keibuan dalam dirinya.
Entah kenapa hatinya mulai tertarik dan penasaran akan sosok Cassandra ini.
"oke deh, jadi mulai jam 2 siang Vino puasa ya. Jadi setelah operasi nanti bertambah tenaganya. Jadi, nanti siang makan yang banyak ya", ucap dokter Rehan memberi semangat.
"iya dokter, aku mau operasi. Biar dapat kekuatan lagi", timpal Vino bersemangat.
"Cassandra, kenapa senyumnya begitu menenangkan ya", batin Dokter Rehan sambil tersenyum kearah Cassandra.
Vino terlihat bergantian memandangi dokter Rehan kemudian memandangi kakaknya.
"dokter kenapa?"celetuk Vino tiba tiba.
"emm... Gak papa Vino, saya permisi dulu ya", ucap dokter Rehan dengan wajah yang mulai memerah.
Dokter Rehan meninggalkan ruang rawat Vino dan kembali ke ruangannya.
Ia kembali mencoba melihat data data seluruh pasien, termasuk Vino.
Disitu tertulis nama Cassandra sebagai penanggungjawabnya. Dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta di sebuah restoran.
"jadi dia bekerja di restoran milik ayahnya Alissa. Apa dia sebagai waiters ya? Jika aku tanyakan pada Alissa yang ada dia malah mencari cari kesalahan Cassandra", gumam Rehan.
Namun ia masih tak percaya, seorang waiters bisa melunasi biaya rumah sakit yang tak sedikit itu.
"sebenarnya apa pekerjaan Cassandra? Ah sudahlah aku tak perlu se kepo itu. Aku tak boleh masuk ke ranah pribadinya", pikir dokter Rehan. ia pun melanjutkan pekerjaannya.
......................
Lain halnya dengan Deril yang tadi malam bersama Cassandra. Ia masih terbayang bayang wajah manis Cassandra.
Ia hanya tak habis pikir kenapa Cassandra mau menjual tubuhnya untuk mendapatkan uang. Padahal dengan jelas ia melihat bercak darah saat berhubungan semalam.
"kenapa kau memikirkan wanita itu Deril, arrgh..." gumam Deril mengacak acak rambutnya sendiri.
Dialah Deril, seorang CEO yang sudah berhasil menikmati tubuh Cassandra semalam.
Dari sekian banyaknya wanita yang pernah menemaninya, baru Cassandra yang mengusik pikirannya.
Ia memang sering bermain main dengan banyak wanita. Namun semua tak semenarik Cassandra.
Deril memang bermain dengan wanita namun ia tak penah sampai meniduri wanita wanita itu. Hanya dua orang yang baru ia nikmati tubuhnya.
Mantan kekasihnya dan Cassandra wanita yang saat ini mengusik pikirannya.
Ia ingat betul jika semalam dirinya sudah melepaskan benihnya didalam rahim Cassandra. Karena sengaja ia ingin sebuah keturunan tanpa menikah terlebih dahulu.
Baginya keturunan sangatlah penting. Dan suatu saat nanti jika ia sudah siap pasti dirinya akan menikah.
"Justin..!! Justin..!!" teriak Deril.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments