SAH| 5

"Apakah kamu benar-benar mencintai cucuku?"

Pertanyaan yang terdengar mudah itu seperti soal matematika tersulit di dunia untuk dijabarkan oleh Clara. Otaknya berputar sangat lama dan ia mulai stress. Julian menggenggam tangan Clara dengan erat, memberikan kekuatan sehingga membuat gadis itu mengangkat wajahnya menatap Julian.

"Iya ... Aku mencintainya." Clara mengucapkan kalimat itu dengan berat sambil membayangkan uang satu miliar dihadapannya.

Ia kemudian merasa tegang karena tidak pede dengan kalimat yang ia ucapkan sendiri. Apakah itu jawaban yang tepat? Mungkinkah nada bicaranya kurang meyakinkan.

Jantung Clara makin menggila. Ia merasakan ketiaknya basah karena keringat menunggu reaksi Kakek Julian yang misterius.

Jonghwa menatap Clara dengan saksama seolah sedang memotret wajah gadis itu dan mengulitinya. Tanpa ekspresi dan kata-kata lebih lanjut, Ia mundur dan meninggalkan mereka berdua sendirian bersama para keluarga yang lain.

"Apakah yang terjadi sebenarnya?" Salah satu relatif Julian bertanya. Orang disampingnya menggeleng bingung sambil memandang punggung sang kakek.

Begitupun Julian dan Clara yang dilepaskan dalam keadaan bingung. Apakah ini berarti baik atau malah sebaliknya? Haruskah mereka berdua khawatir tentang ini? Atau, haruskah keduanya melupakan ini semua?

Melihat kakeknya pergi begitu saja, Julian kemudian mengarahkan keluarganya juga untuk meninggalkan mereka, membiarkan pasutri itu menghabiskan waktu sementara sendirian.

*

"Kemana kita?" Clara menatap Julian, suami kontraknya yang duduk disebelahnya ketika mobil melaju.

"Pulang."

"Pulang?" Clara merasa sangsi. Kemana pulang yang dimaksud oleh Julian?

"Tentu saja ke rumah kita berdua."

"Apa?" Clara terkejut, lagi-lagi karena Julian tampak santai. "Kenapa?"

"Kau istriku. Ingat?"

Clara merasa perutnya saling melilit karena kenyataan itu. Padahal, pagi tadi ia baru saja dikhianati sahabat dan kekasihnya. Ia baru putus satu jam dan sekarang dia sudah menjadi seorang istri. Apakah itu sesuatu yang mudah dicerna pikiran manusia?

"Tapi, aku hanya membantumu untuk pernikahan ini." Clara berusaha tenang.

Mr. Jhon yang memegang kemudi mengintip dari balik sepion depan mobil. Ia tampak tak peduli namun telinganya selalu waspada. Julian menarik nafas panjang.

"Benar. Namun, kita tidak bisa tiba-tiba bercerai begitu saja. Kamu wajib menjadi istriku selama lima tahun. Aku akan menggajimu dan menganggap ini sebagai kontrak kerja untukmu. Jangan lupa bahwa keluargaku mungkin mengira kamu hamil" Julian hati-hati dalam menjelaskan.

Clara teringat kembali saat Julian mengelus perutnya, membuat salah paham yang besar dalam keluarga Julian. "Kenapa pula kamu harus membuatnya terlihat seperti aku sedang hamil!" Clara protes marah.

"Kakekku tak akan mengijinkannya jika bukan hal yang mendesak."

"Tapi, Lima tahun? Kamu gila! Bagaimana mungkin aku berpura-pura selama itu? Dalam beberapa bulan kedepan pun, aku akan ketahuan tidak hamil, bodoh!" Clara mengamuk menyadari Julian memperparah situasinya kini.

"Yah, kita tidak bisa membatalkannya, kan? Kamu setidaknya wajib terlihat sebagai istriku dalam kurun waktu itu dengan baik. Apalagi, keluargaku adalah keluarga yang terpandang. Pernikahan bisnis memang sudah selayaknya terjadi. Namun, karena aku bilang memilihmu ketimbang Irene, kamu wajib mengikuti rencanaku."

Penjelasan Julian barusan membuat Clara ingin pingsan. Apa ini? Dia telah membawa dirinya masuk kedalam lubang neraka yang amat dalam. Ia tidak yakin dirinya mampu mengatasi ini sendirian selain mengikuti rencana Julian.

"Tidak ... Ini tidak mungkin ...." Clara merenung memikirkan apa yang akan terjadi padanya.

"Kau tak perlu khawatir. Anggaplah menjadi istriku sebagai pekerjaan. Kamu akan kugaji dan kuberikan tunjangan selayaknya para pegawaiku. Kamu juga memiliki akses bebas sebagai istriku dan bisa menikmati fasilitas apa saja menggunakan namaku." Julian menjelaskan panjang lebar.

"Kau sudah gila."

"Gajimu tiga puluh persen dari penghasilanku. Kamu juga akan aku berikan apapun yang kamu inginkan selagi itu masuk akal. Oh, ya! Sebulan, aku menghasilkan lima belas hingga dua puluh miliar. Kau hitung sendiri berapa yang akan kamu terima." Julian mengucapkan nominalnya dengan santai.

Telinga dan wajah Clara memanas. Nominal sebanyak itu bisa ia kumpulkan hanya dalam sebulan? Beserta fasilitas dan apapun keinginannya? Tanpa bekerja seperti orang gila dan dikhianati kekasih dan sahabat? Bukankah ini pekerjaan impian? Yah, meskipun kala mereka bercerai, ia akan menjadi janda, ia tetap akan menjadi janda yang kaya raya. Inilah kehidupan indah ala-ala sosialita yang menikahi pria tua kaya demi kelangsungan hidup mereka. Inilah yang Clara butuhkan. Tapi, ia juga harus menciptakan batasannya sendiri.

"Baiklah. Tapi kita tak boleh punya anak karena ini kontrak. Aku juga tidak mau ada hubungan fisik diantara kita. Ini tentu saja harus menguntungkan kita berdua!" Clara menyampaikan pendapat pribadinya.

Secara mengejutkan, Julian menyetujuinya. "Baiklah. Namun selama itu, kamu tidak boleh memiliki kekasih atau apapun."

"Apa? Kenapa begitu? Bagaimana mungkin aku tak punya kekasih selama lima tahun ini? Aku juga ingin menikah betulan!" Clara protes menyadari ia butuh pernikahan yang sesungguhnya.

"Kau tak ingin menjadi bahan gosip konglomerat karena punya simpanan kan? Sadarlah! Kamu menikahiku dan keluargaku punya pengaruh yang amat besar. Jika ada skandal, kamu pasti akan dibawa-bawa. Aku yakin, kamu bahkan tak ingin itu terjadi, bukan?"

Ucapan Julian barusan membuat Clara merinding. Yah, hasil yang besar tentu punya resiko yang amat besar juga.

"Kenapa rasanya seperti aku benar-benar menikahimu?" Clara protes. Wajahnya cemberut karena kesal dan sedih.

"Karena ini tidak boleh ada celahnya. Kamu wajib menuruti semuanya. Toh, kamu punya uang dan kuasa. Nikmatilah semua yang kuberikan asal kamu menjaga dirimu dan berhati-hati. Hanya lima tahun. Setelahnya, semua terserah kamu." Julian berusaha meyakinkan Clara yang sedikit tak bersemangat. Ini memang sangat sulit untuk dihadapi namun ia yakin Clara mampu melakukannya.

"Selama itu, apakah kau yakin tak akan terjadi apa-apa?" Clara meluapkan keraguannya. Tidak mungkin berpura-pura selama lima tahun akan berjalan mulus.

"Tentu saja tidak."

Clara merasa lemas mendengarkan jawaban Julian. Apakah laki-laki ini serius dengan semua yang dia ucapkan? Keraguannya membuat Clara jadi ketakutan.

"Hei! Kalau begitu aku tidak mau!"

"Tenanglah. Meskipun itu sulit, aku yakin kita akan selalu menemukan jalan keluarnya." Seperti biasa, Julian selalu tenang. "Masih ada yang ingin kamu tanyakan?" seolah sudah membaca wajah Clara, Julian mengungkapkan isi hatinya.

"Tidak. Tidak untuk sekarang. Kamu wajib ada untuk aku tanya-tanya."

Julian tersenyum mantap menjawab Clara dengan anggukan. "Mr. Jhon akan membuat dokumen kontrak kita. Kamu bisa membacanya dan kita akan merevisinya bersama sebelum menandatanganinya."

Setelah itu, mobil berhenti di sebuah halaman rumah yang mewah dan megah. Clara melihat dari dalam mobil dan mengagumi rumah yang akan ia tinggali bersama Julian. Pekarangan luas dengan Taman dan air mancur serta rumah dua lantai yang berdiri megah ditengahnya. Apakah ini istana?

"Silahkan." Mr. Jhon membuka pintu mobil Clara dan membiarkan gadis itu keluar.

Masih dalam keadaan mengagumi rumah mewah itu, ponsel Clara kembali bergetar. Ia menatap layar telepon dan melihat nama penelpon. Ibunya memanggil.

Jantung Clara serasa melorot. Ia baru sadar. Ia menikah tanpa restu orang tuanya dan mereka sejak tadi menunggu dirinya di rumah sakit untuk melihat adiknya yang kecelakaan.

Tiba-tiba saja, perut Clara terasa melilit dan tenggorokannya tercekat. Apa yang harus ia lakukan? Apa yang akan terjadi? Apa yang sudah terjadi dan telah ia lewatkan?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!