Padahal di Siang Bolong

Penjual roti yang mengayuh sepeda seharian merasa pusing karena belum makan. Fulan sudah membawa bekal tapi belum menemukan tempat yang syahdu untuk berhenti. Hari ini Fulan mengambil rute jalan yang baru untuk memperbanyak pelanggan. Mengayuh sepeda melewati pinggir-pinggir jalan.

Ada masjid Fulan akan beristirahat di sana.

"Mau kemana pak?",

Seorang pengendara sepeda motor menyapa Fulan yang tengah menyebrang jalan untuk sampai di masjid yang berada di seberang di pinggir jalan raya.

Kebetulan di masjid itu sedang ramai orang. Dan banyak anak-anak juga. Mereka adalah jamaah yang baru saja selesai menunaikan sholat dzuhur. Ada juga beberapa orang yang seperti Fulan. Mereka mampir di masjid selain sembahyang juga untuk menghilangkan penat karena perjalanan jauh.

Halaman parkir masjid ini luas dan juga teduh karena memiliki payung-payung. Fulan terlebih dahulu pergi ke tempat wudhu untuk membasuh muka yang sudah seharian berpapasan dengan debu-debu jalanan. Fulan berharap dengan adanya banyak orang akan ada yang membeli jualannya.

Fulan memilih duduk di bawah pohon yang ada di halaman masjid. Rasanya sungguh adem diterpa angin yang sepoi-sepoi di bawah rindangnya rerimbunan daun-daun yang menghalau terik matahari. Fulan memakan bekal yang setiap pagi selalu disiapkan oleh istrinya. Tapi kenapa ini? Kenapa rasanya seperti makanan basi? Nasi yang baru masak tadi pagi terasa seperti nasi tiga hari yang lalu. Tempe dan sayurnya pun rasanya juga sama begitu. Sungguh aneh. Fulan tidak habis pikir. Fulan akhirnya membuang bekal makan siangnya ke tempat sampah.

Orang-orang di masjid ini juga aneh. Dari tadi berlalu lalang tapi tidak ada satu pun orang yang mau bertegur sapa dengan Fulan. Mereka seperti tidak menyadari kehadiran Fulan. Tidak ada juga yang mendekati sepeda roti dagangannya.

"Assalamualaikum",

"Waalaikumsalam pak",

"Mas nya tidak mau sholat dzuhur dulu?",

"Maaf pak kebetulan saya bukan muslim",

Ada seorang bapak yang menegur Fulan yang tengah tiduran di serambi masjid yang mulai sepi.

"Mas nya kalau mau makan dan minum itu di sana ada",

"Tidak apa-apa ambil saja tidak perlu malu memang disediakan",

"Iya makasih pak",

Di masjid itu menyediakan makanan dan minuman gratis bagi para jamaah nya setiap sholat lima waktu. Fulan pun waktu masuk ke masjid besar ini juga sudah melihat nya. Tapi karena Fulan non muslim jadi ia malu untuk mengambilnya. Setelah ditegur oleh bapak tadi Fulan pun tidak ragu lagi untuk mengambil makanan dan minuman yang disediakan di teras masjid itu.

Ada teh plastik dan nasi bungkus. Ini sudah lebih dari cukup untuk mengisi perut Fulan yang kosong. Menggantikan bekal makanan yang harus Fulan buang karena basi.

Fulan ingin melanjutkan perjalanan sebagai penjual roti keliling dengan mengayuh sepedanya. Fulan sempat celingukan mencari bapak tadi yang menawarkan makan tapi sudah tidak ada. Fulan pun meninggal kan masjid yang sudah mulai sepi.

Baru beberapa kayuhan Fulan menggenjot sepeda roti perut Fulan merasa mulas dan harus segera dibawa ke kamar mandi. Ini adalah panggilan alam yang bersifat darurat.

Fulan pun putar balik untuk kembali ke masjid besar di pinggir jalan raya yang tadi. Kali ini untuk buang hajat.

"Mau kemana pak?",

Seorang pengendara sepeda motor yang lain menyapa Fulan yang tengah menyebrang jalan untuk sampai di masjid yang berada di seberang di pinggir jalan raya.

Ketika sudah sampai di seberang jalan raya Fulan terjatuh bersama dengan sepeda rotinya. Fulan kaget bukan kepalang yang ada di depan nya adalah kebon yang gelap.

Masjid nya sudah tidak ada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!