TamaSora (Friend With Benefits)

TamaSora (Friend With Benefits)

Rutinitas menyenangkan.

Visual Tama Sean Wijaya : Jaehyun NCT 127

Visual Sora Abigail : Mintranch (Thai actrees)

***

“Mhhhh, Tam… enak banget, Tam…”

“Punya lo hangat banget, Ra. Gue selalu suka.” Tama meremas pinggang Sora dan membuat miliknya semakin dalam menghujam. Walau dalam posisi duduk seperti ini, dia tetap bisa mencapai kedalaman maksimal dari milik perempuan itu.

Sora melenguh. Punggungnya meliuk ke belakang saat Tama memainkan salah satu puncak dadanya dengan lidah dan bibir. Kedua matanya menutup dan membuka secara bergantian. Tangannya meremas pundak Tama yang cukup lebar karena tidak kuasa menahan rasa nikmat yang kini mendera.

“Tama, ngghhh.”

“Gue mau keluar, Ra. Lo udah mau nyampe?”

“Hm-mh.”

Tama memagut bibir seksi Sora sambil mempercepat gerak pinggulnya. Ini jam istirahat dan siapapun bisa saja masuk ke dalam toilet. Mereka harus segera menuntaskan hasrat yang sejak tadi minta disalurkan.

Geraman Tama serta lenguhan Sora tertahan dalam dua rongga mulut yang saling memagut. Saat kecepatan Tama semakin bertambah, itu artinya laki-laki itu sedang berusaha meraih klimaks. Oleh karena itu, Sora juga harus mengimbanginya dengan fokus untuk mengejar puncaknya sendiri.

“Akhhhhh!!!” Kedua insan itu sama-sama menahan pekikan. Punggung Sora kembali terlempar ke belakang bersamaan dengan pinggulnya yang semakin menekan Tama. Akhirnya… setelah lima belas menit bercumbu, mereka mencapai puncak kenikmatan yang begitu dahsyat.

Tubuh Sora terkulai lemah dalam pelukan pria yang juga sedang terengah. Keduanya tengah menikmati detak jantung yang seirama dengan denyutan di area intim yang masih menyatu.

“Punya lo… kayaknya nyedot semua isi punya gue deh. Untung pakai pengaman.” Tama bergurau dengan napas yang masih tersengal. Sora berusaha tertawa menanggapi. Namun sepertinya dia terlalu lelah, sehingga hanya bisa tergelak kecil.

Tiga menit berlalu, Sora akhirnya menegakkan tubuh. Seakan sudah menantikan itu, Tama menatapnya sambil tersenyum kecil.

“Puas?” Pria itu meledek.

“Puas. Lo puas juga ‘kan? Soalnya kita kayak buru-buru banget.”

“Kapan sih gue nggak puas sama lo? Liat aja tuh, si Tama junior. Nggak mau lepas dia.” Tama menunjuk dengan dagu tengah-tengah tubuh mereka. Juniornya memang belum menyusut. Seperti masih ingin lagi dan lagi.

Laki-laki itu kemudian menarik juniornya dengan tangan kanan, berlanjut menyentuh lahan basah milik Sora.

“Sshhhh, udah, Tam. Mau ngapain lagi?” Perempuan itu kelimpungan, karena jari-jari Tama kembali bermain di area kewanitaannya yang masih menyisakan kedutan. Namun protesnya tidak membuahkan hasil. Tama malah menatapnya dengan intens, seperti ingin melihatnya bereaksi.

Sudah pasti Sora bereaksi. Dia mendesah persis di sebelah telinga laki-laki itu. “Udah, Tam. Gue udah nggak kuat, argghhh,” pintanya, tersiksa.

“Lo bisa dapet dua kali, Ra. Come on.”

“No no no, arghh, Tam— arghhhh!!” Sora kembali kehilangan akal. Untuk yang kedua kalinya, Tama berhasil mendatangkan sensasi nikmat untuknya. Sora benar-benar sudah gila. Dalam waktu dua puluh menit, dia bisa mencapai puncak sampai dua kali.

***

Sebuah panggilan masuk dari Tama membuat perhatian Sora teralih. Yang tadinya sedang melotot pada lembaran kwitansi, berpindah pada benda pipih yang layarnya sedang berkedip-kedip.

“Ya, Tam?”

“Lo mau Bear Brand? Sekalian nih gue beliin.”

“Lo lagi di supermarket depan?”

“Hm-m. Mau nggak?” Terdengar bunyi botol dikeluarkan dari dalam lemari pendingin. Sepertinya Tama memang sedang berada di supermarket yang ada di seberang kantor.

“Nggak usah itu. Hydro aja, please?”

“Oke. Itu aja?”

“Itu aja. Thank youuu.”

“Ok. Dah.” Tama menyudahi panggilan. Kemudian dia mengambil dua kotak air kelapa dalam kemasan yang dimaksud Sora. Membawanya ke kasir dan melakukan pembayaran. Tidak lupa dia juga membayar UC-1000 yang barusan dia ambil untuk dirinya sendiri.

Kembali ke kantor, laki-laki dua puluh tujuh tahun itu langsung masuk ke dalam lift, menuju lantai dua. Lantai ruangan AR, divisi dia dan Sora bekerja. By the way, Tama adalah Supervisor AR di perusahaan yang bergerak di bidang FnB ini. Dia punya enam anggota tim, dan Sora adalah salah satunya.

“Woi, Bos. Dari mana, Bos?” Axel, salah satu bawahan Tama, menyapa sesaat setelah dia membuka pintu kaca. Yang lain terlihat sedang duduk di kubikel masing-masing.

“Lunch lah. Mau ke mana lo?” Tama balik bertanya.

“Perasaan jam lunch udah dari tadi deh Bos, hehe. Ini mau ke bawah, Bos. Mau ke ruang marketing. Bos mau nitip sesuatu nggak?”

“Bilangin, kerja tuh yang bener. Marketing kok nggak bisa bedain mana surat jalan, mana invoice?"

“Oke deh, gue sampein ke mereka. Tapi kalau nanti Pak Andre balik ngomel, Bos yang tanggung jawab ya?”

“Halah berisik! Udah, sana lo!” Tama menimpuk Axel dengan ponsel. Tidak keras, karena dia cuma bercanda. Axel juga menanggapi dengan kekehan kecil sebelum akhirnya keluar dari ruangan.

Tama kemudian menghampiri kubikel Sora dan meletakkan bungkusan berwarna putih di atas meja.

“Makasih, Pak Bos. Gratis ‘kan?” Wanita itu langsung mengeluarkan Hydro dan menusuk bagian atasnya dengan sedotan. Dia sangat membutuhkan ini. Klimaks sebanyak dua kali membuat tubuhnya kehilangan banyak cairan.

"Kalau lo mau bayar, boleh. Kalau enggak juga nggak apa-apa. Palingan insentif lo gue potong sepuluh kali lipat.”

“Tega bener. Udah, gue bayar aja.” Sora mencari nota bon di dalam kantong plastik. Tapi tidak ada. “Mana bonnya?”

Tama mendelik. Seperti ingin bilang ‘seriously mau bayar?’ Tapi bukan Tama dan Sora namanya kalau tidak debat kusir untuk hal-hal absurd seperti ini.

Seperti Sekarang, Tama membiarkan Sora merogoh saku kemejanya, berharap secarik kertas yang sedang dia cari akan ada di dalam sana. Dan itu bukanlah pemandangan baru untuk teman-teman mereka yang lain. Siapa pun tau kalau dua orang ini punya hubungan layaknya Tom and Jerry. Sebentar baikan, sebentar berantem.

“Mana? Gue nggak mau ya insentif gue dipotong!” Sebuah tepukan keras melayang di punggung Tama. Begitulah kalau mereka sedang di depan umum. Beda cerita kalau sedang berduaan dan bercumbu. Mana ada tepuk menepuk. Adanya elus sana elus sini.

“Iya iya iya! Bawel!”

Sora menjulurkan lidah senang, kemudian kembali ke kubikelnya sendiri. Bercandanya cukup sampai di situ dulu karena pekerjaan sudah memanggil. Tama juga sudah kembali menyentuh mouse untuk mengaktifkan layar komputer.

Suasana ruangan kembali hening. Kayla, Jo dan Julian masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang sengaja memakai ear pods agar tidak terkontaminasi oleh keributan yang seperti tadi. Yaitu Julian. Anak introvert yang paling pendiam dari mereka semua. Sebelas dua belas dengan Kayla yang tidak terlalu banyak bicara. Sangat berbanding terbalik dengan Tama-Sora yang selalu bising.

Sora sedang me-review list uang masuk dari kolektor saat logo pandion di task bar-nya berubah warna menjadi kuning. Pertanda ada orang yang mengirim chat baru ke akun miliknya. Yang pasti itu dari teman kantor, karena aplikasi itu adalah media berkirim pesan untuk internal perusahaan.

Ternyata dari Tama. Tama Sean Wijaya.

“Habisin tuh minumannya. Biar energinya balik.”

Bibir perempuan itu terlipat ke dalam menahan senyum. Meja Tama ada di depan, berhadapan dengan enam kubikel yang membentuk huruf ‘u’. Dan posisi Sora berada persis di depan laki-laki itu. Membuatnya bisa dengan leluasa melirik Tama, tanpa harus ketahuan yang lain.

Seakan tau Sora sudah membaca pesannya, Tama juga melirik sekilas ke depan, lalu mengangkat satu alisnya. Berlagak cool.

“Iyaaaaaa. Beneran insentif gue nggak dipotong kan, Tam? Lo ikhlas kan bayarin minum gue?”

“Ikhlas lah. Kan supaya biar lo bisa bertenaga lagi, kayak tadi.” Tama mengimbuhkan satu emoji melet alias menjulurkan lidah.

Sora geleng-geleng kepala. Apa Tama bermaksud untuk mengajaknya bercinta lagi besok? Tolong lah, nggak harus tiap hari juga kan?

“Mimpi lo. Udah, balik kerja. SPV kok kerjanya godain bawahan.” Sora ikut-ikutan menambahkan emoji serupa.

“He he he he.”

Sora memilih untuk mengabaikan pesan terakhir itu agar mereka tidak terlena. Berkomunikasi dengan Tama, entah itu langsung maupun lewat media chat, sudah pasti selalu membuatnya ketagihan. Seperti ada magnet yang membuat dia tidak ingin menyudahi obrolan dengan laki-laki ini. Dan itu jelas tidak baik, mengingat dia belum membuat report untuk sore nanti. Walaupun Tama lah yang sering menggodanya duluan, laki-laki itu akan tetap bawel kalau Sora telat menyetor report.

Rupanya Tama yang belum puas. Dia kembali mengirim pesan, yang kembali membuat Sora geleng-geleng kepala.

“Ralat. Bukan besok. Tapi malam ini. Di apartemen lo atau apartemen gue?”

Sora kembali melirik ke depan. Tama sedang menggerakkan satu alisnya seperti mengajaknya bernegosiasi. Mereka memang tinggal di apartemen yang sama. Bahkan terdapat di lantai yang sama dan unitnya sebelahan.

Waktu itu, demi bisa sering-sering nebeng tidur, Tama sengaja menyewa unit kosong di sebelah unit milik Sora. Gila memang. Tapi itulah yang terjadi di antara mereka berdua. Candu satu sama lain.

“Serah! Udah deh Tammmmm, gue nggak akan kelar bikin report nih!”

Yang diomelin tiba-tiba tertawa sendiri, seperti orang gila.

“Kenapa lo, Bos? Kalau gila jangan di sini dong. Takut gue.” Jo menegur bercanda. Jo dan Axel ini sebelas dua belas jiwa humorisnya.

Tama tidak menjawab. Namun tetap terdengar sedang menahan tawa saat mengetik sesuatu di keyboard.

“Di apartemen gue. Pakai lingerie lo yang paling seksi.”

***

Author's note :

Halo semuanya. Jangan lupa follow IG, TT dan FB author untuk visual-visual keren novel ini ya. Username-nya sama semua yahh : 'authormamamima'. Terima kasih sayang-sayangku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!