bab 4.Cerita Yue.

Pagi itu, embun masih menggantung di dedaunan taman dalam kediaman keluarga Wu.

Langit perlahan cerah, namun hati Zi ning tetap diselimuti kabut yang tak kasat mata. Ia melangkah tenang bersama Yue, pelayan setianya, menuju altar leluhur keluarga Wu yang merupakan sebuah rutinitas pagi yang telah menjadi bagian dari hidupnya sejak kematian suaminya.

Jubah sederhana berwarna pucat melambai pelan tertiup angin pagi. Rambutnya digelung rapi tanpa hiasan, menandakan statusnya sebagai janda. Langkah kakinya lembut namun penuh beban, seolah setiap batu yang diinjak mengingatkannya bahwa dunia ini bukanlah tempat asalnya.

Ah.., aku harus mendoakan orang yang tidak aku kenal pagi-pagi seperti ini, pikir Li hua yang kesal.

Li hua, wanita modern yang terbangun dalam tubuh Zi ning, belum sepenuhnya menerima takdir aneh yang diberikan padanya. Ia masih merindukan kehidupan modern nya yang serba mudah dan tidak bebas, tidak ada angin ataupun hujan ia sudah berada dalam tubuh seorang janda muda yang menyedihkan.

Kini, sebagai janda dari keluarga bangsawan, kewajibannya tak hanya menjaga nama baik keluarga, tetapi juga menjaga kesucian dan rutinitas keagamaan. Termasuk berdoa setiap pagi di hadapan altar leluhur.

“Yue,” gumam Zi ning pelan tanpa menoleh, “Apakah aku terlihat seperti janda yang patuh di mata mereka?”

Yue terdiam sejenak, sebelum menjawab lembut, “Nyonya terlihat seperti wanita yang sangat berbeda... sejak berada di altar kemarin.Saya kira Nyonya kemarin sudah meninggal,karena saat aku periksa Nyonya tidak bernafas.”

"Benarkah, kamu pasti terkejut?."

"Apa Nyonya masih belum mengingat semuanya?. "

"Mungkin karena otakku kekurangan oksigen, aku kehilangan sebagian ingatan ku."

Yue mengerutkan dahinya, karena tidak mengerti ucapan Nyonya nya.

"Sepertinya bukan ingatan Nyonya saja yang hilang, cara bicara Nyonya juga berubah. Apa perlu saya panggilkan tabib kemari?."

"Jangan..!, tidak perlu aku baik-baik saja" Ucapnya yang berusaha menyakinkan Yue. "Sedikit-dikit panggil tabib, dia ini benar-benar tahu cara menyiksaku" Gerutu pelan Zi ning.

"Apa Nyonya? "

"Tidak ada" Jawabnya sambil tersenyum.

Zi ning pun penasaran kehidupan Zi ning yang dulu.

"Yue, kamu sudah lama ikut aku? "

"Dari kecil Nyonya membeli ku saat masih berada di perbatasan"

"Jadi tahu bagaimana keluarga ini memperlakukan aku? "

"Tentu"

"Bisa kamu menceritakan tentang yang terjadi padaku, sebelum kejadian di altar leluhur kemarin. Ini bisa membuatku sedikit mengingat kenangan masa lalu ku"

Zi ning tersenyum kecut. Tentu saja berbeda. Karena dirinya bukan lagi Zi ning yang lama.

Yue hanya terdiam, dan setelah sampai didepan pintu altar leluhur Yue menganggukkan kepalanya menandakan ia setuju dengan permintaan Nyonya nya.

Saat mereka sampai di aula leluhur, aroma dupa langsung menyambut mereka. Aula itu sunyi, penuh papan kayu bertuliskan nama para leluhur keluarga Wu yang berjasa atau ditakuti.

"Nanti saya akan ceritakan setelah selesai sembayang" Jawab Yue.

Zi ning bersimpuh di depan altar. Ia mengambil tiga batang dupa dengan bantuan Yue, ia menyalakannya, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

Dalam hati, ia berkata,

Sebelum aku hidup menjadi Zi ning istri dan cucu menantu kalian, aku ingin tahu seperti apa keluarga Wu memperlakukan Zi ning ini

Yue berdiri beberapa langkah di belakang, menunduk tenang, seolah memahami bahwa nyonya mudanya sedang berbicara bukan hanya pada leluhur… tapi juga pada dirinya sendiri.

Begitu dupa diletakkan di mangkuk perak di depan altar, Zi ning menunduk dalam. Ritual selesai. Namun kehidupan sebagai janda muda di tengah keluarga bangsawan yang penuh tuntutan… baru saja dimulai.

Setelah ritual selesai, aula leluhur kembali sunyi. Asap dupa melingkar pelan ke udara, menciptakan tirai tipis antara dunia nyata dan dunia arwah. Zi ning masih duduk bersimpuh di depan altar, tubuhnya tegak, tapi matanya menerawang jauh.

Melihat tidak ada siapa pun, Yue akhirnya duduk pelan di sampingnya. Ia menoleh hati-hati, memastikan tidak ada pelayan lain yang mengintip dari luar. Tempat ini dianggap suci, tapi di dalamnya... dua perempuan duduk diam, tenggelam dalam beban masa lalu.

"Nyonya tahu, setiap hari tempat ini menjadi suara tangis Nyonya karena perlakuan Nyonya besar"

"Maksudmu ibu mertua ku itu! "

"Bukan hanya ibu mertua saja, dua saudara ipar Nyonya tuan muda kedua dan tuan muda

ketiga sarjana gagal itu"

"Jadi aku juga punya dua saudara ipar pria! "

"Iya, setiap malam Nyonya selalu dibayangi ketakutan saat tuan besar tidak ada dirumah. Terutama tuan muda kedua, dia itu pengila wanita terutama setelah melihat Nyonya untuk pertama kali,setiap malam ia selalu ada saja cara ingin mendekati dan bertemu dengan Nyonya"

"Kenapa aku tidak lapor dengan ayah mertua ku? "

"Sudah Nyonya, dan itu menambah masalah lebih parah untuk Nyonya"

"Seperti apa? "

"Nyonya besar malah menghukum Nyonya yang menuduh tuan kedua,malah melimpahkan kesalahan dengan tuduhan suka mengoda saudara ipar, dengan memukul tubuh Nyonya dengan rotan sebanyak sepuluh kali"

"Apa?, apa nenek lampir itu gila?. Anaknya yang salah malah, aku yang kena pukul"

Yue pun menganggukkan kepalanya dengan pelan,Lalu ia melanjutkan cerita nya."Dari saat itu, Nyonya besar memagari rapat paviliun Nyonya dan tiap malam kita di kunci dari luar"

"Pantas saja saat sore kamu terlihat sibuk"

"Lalu apa yang dilakukan ayah mertua ku itu? "

"Tuan besar itu seperti harimau kehilangan taringnya jika Nyonya besar sudah turun tangan, tapi sebenarnya ia pria yang baik seperti ayah Nyonya"

"Keluarga yang rumit, kasihan Zi ning maksud ku diriku! "

Yue hanya melihat Nyonya nya yang merasa sedih, "Nyonya tahu, melihat Nyonya hidup sampai sekarang merupakan kebahagiaan untuk ku"

"Maksudmu? "

"Sebenarnya.., saat tuan muda pertama suami Nyonya akan dimakamkan Nyonya besar memerintahkan untuk menyiapkan peti untuk anda"

"Peti!, untuk apa? ", pembicaraan mereka terdiam sejenak. " Jangan.., mereka mau mengubur ku hidup-hidup? "

Yue hanya menganggukkan kepala nya.

"APA? " Ucap Zi ning yang terkejut sehingga dirinya berdiri dengan kekesalan yang tidak bisa di katakan.

"Dasar keluarga b$#@##s-k.. " Ucapan makian yang terlalu panjang untuk yang keluar dari mulut Zi ning sambil meletakkan kedua tangannya ke pinggangnya.

Yue yang mendengar nya tidak mengerti yang dikatakan Nyonya, hanya tertegun sambil melihat kearah Nyonya nya.

Yue lalu mencoba menenangkan Nyonya nya, dan menyuruhnya untuk duduk kembali di samping nya.

"Nyonya tenang lah!, kalau ada yang dengar nanti kena hukum lagi sama Nyonya besar"

Zi ning mengambil nafas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya yang di bakar amarah, "Mereka keterlaluan Yue, aku akan lapor ke kantor polisi karena tindakan penganiayaan terhadap mantu mereka"

"Polisi?, apa itu?. Nyonya.., jangan bicara yang sulit aku mengerti! "

"Polisi itu penegak hukum"

"Nyonya, itu merupakan adat untuk janda bangsawan seperti Nyonya dan tidak ada perlindungan hukum, Nyonya hanya diberikan gelar saja atas pengabdian Nyonya"

Negeri apa ini hak seorang wanita tidak di hargai, konyol!. Aku jadi mau pulang.., pikir Li hua yang sedih.

Zi ning mendengar cerita Yue merasa hidupnya tidak mudah, walaupun hanya satu hari ia merasa tercekik dalam tubuh Zi ning.

Dosa apa aku harus berada dalam tubuh wanita ini, pikir Li hua.

Zi ning yang termenung memikirkan masa depannya yang berada dalam tubuh janda malang ini, Yue lalu menarik tangan Zi ning.

"Nyonya, ayo kita lekas pergi ke dapur. Menyiapkan makanan untuk keluarga Wu, jika tidak Nyonya besar akan marah kalau kita bermalas-malasan seperti ini."

"Dapur?, untuk apa?. Tunggu.. " Jawabnya yang bingung.

Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Zi ning di keluarga Wu?, bisakah Li hua mengatasi masalah Zi ning nanti kedepannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!