Dan ya setelah berpikir sepanjang malam pada akhirnya Mora mulai mengambil keputusan. Saat ini bahkan sudah menuju Hotel yang ditunjukkan.
Langkah Mora penuh dengan keraguan. Hanya saja baginya sangat menyayangkan jika menolak uang yang sangat banyak itu.
“Sekalipun harus melakukan sesuatu hal yang aneh, tapi tidak apa. Yang terpenting tidak jual diri, iyakan?”
Mendadak langkah Mora langsung terhenti. Ia teringat akan sesuatu hal, yaitu apakah tindakan yang akan dilakukan saat ini sama dengan seperti menjual diri.
“Aduh… aku benar-benar sudah gila. Jangan karena uang kau mulai gila, Mora. Kau tidak boleh seperti ini,” Tiada henti Mora terus saja menggerutu.
Bangunan Hotel X mulai terlihat. Itu menandakan jika Mora sudah sangat dekat dengan tujuan, tapi mendadak langkahnya seperti ada lem yang menahan.
“Apakah aku harus mengambil tugas ini?” Mora terus bertanya-tanya pada diri sendiri.
Ingin sekali berbalik badan. Kembali menuju kosnya, istirahat saja disana memikirkan cara lain untuk biaya kuliah dari pada harus menjadi pelakor.
“Ya, seharusnya aku tidak usah mau….” Baru saja berbalik badan Mora sudah berhadapan dengan sosok aneh yang ia temui tadi malam.
“Kau mau kemana?” tanyanya.
Belum Mora menjawab tangannya sudah ditarik oleh Sosok aneh itu. Tidak ada pilihan bagi Mora selain segera mengikuti langkah cepat itu.
“Bentar, aku tidak mau mengambil tawaran gila ini. Aku tidak mau menjadi viral hanya karena menggoda pria yang memiliki istri. Kau jangan memaksaku,” Mora terus saja meracau.
Sosok itu membawa Mora menuju gang sempit. Hanya ada mereka berdua disana, sepi dan sejujurnya Mora sangat takut saat ini.
“Kalau kau benar-benar tidak tergiur tawaranku maka seharusnya aku tidak menemukanmu disini bukan?” tanyanya.
Seketika Mora terdiam tidak bisa berkata apapun. “Itu….”
“Itu karena kau mau melakukannya,” sela Sosok itu.
Memang benar, Mora tidak menyangkal. Ia sangat butuh uang untuk biaya kuliah, tidak mau merepotkan Ibunya. Hanya saja ia tersadar, jika tawaran itu bukanlah satu-satunya jalan saat ini.
“Ini kartu rekening untukmu. Uang disana tersedia untukmu, selama kau melakukan aksi ini aku akan rutin mengirim uang.”
“Gunakan sebaik-baiknya. Entah untuk kebutuhan kuliahmu atau bahkan beli pakaian mahal untuk memikat target.”
Kedua mata Mora terbelalak menatap kartu hitam ditangannya. Ia kebingungan harus menjawab apa, tapi untuk menolak rasanya sudah sangat tidak mungkin.
“Kau mau kan? Tidak hanya ini yang kau dapatkan. Fasilitas seperti Apartemen dan juga mobil akan aku beri untukmu. Asal kau melakukan tugasmu dengan baik,” jelasnya.
Tawaran tersebut membuat Mora semakin tergiur. Rasanya memang tidak ada alasan lain untuk menolak, hanya memikat saja maka semua akan selesai bukan.
“Waktumu hanya ada 3 bulan untuk melakukan aksi ini. Jika dalam waktu yang aku tentukan kau tidak berhasil… maka semua yang aku beri setidaknya setengahnya harus kembali padaku.”
Dan ya Mora tercengang. “Kau yakin bukan untuk melakukannya?”
Mora yakin. Semua itu atas dasar untuk sang Ibu dan juga untuk kebahagiaannya sendiri. Dengan cepat dan tanpa keraguan Mora mengangguk mantap.
“Aku akan mengambil tawaran ini, Kak. Katakan, mulai dari sekarang aku harus apa. Dan sosok seperti apa target kita sekarang,” ucap Mora tanpa ragu sedikitpun.
Sosok aneh itu tersenyum puas. Ia juga lega dapat menemukan sosok yang bisa membantunya kali ini, ia memberikan ponsel yang harganya mahal kepada Mora.
“Gunakan ponsel ini selama bertugas. Tidak perlu menyembunyikan identitasmu, tunjukkan saja siapa nama aslimu. Kau akan selalu ada didalam perlindunganku,” jelas sosok itu.
Meraih tangan Mora untuk mulai masuk kedalam mobil. Membawa Mora menuju tata rias, untuk makeover keseluruhan penampilan Mora yang sederhana.
Bahkan Mora saja menatap bingung penampilannya saat ini. Di rias oleh orang-orang profesional. Keseluruhan tubuhnya semua dibersihkan tanpa ada yang tinggal sedikitpun.
Hingga satu jam berlalu akhirnya Mora selesai di makeover. Penampilannya jauh lebih berbeda dari yang biasanya, tiada henti menatap kagum pada diri sendiri dari pantulan cermin.
“Astaga…. apakah ini aku?” Mora tidak menyangka pada kecantikannya saat ini.
Mengenakan dress selutut dengan model bahu yang terbuka. Rambutnya ditata dengan sangat indah, memakai kalung berliontin mutiara yang mana akan menjadi ciri khas dari Mora nantinya.
“Kau sangat cantik,” Pujian itu berasal dari sosok aneh yang telah memberikan perubahan besar pada kehidupan Mora.
Dipuji membuat Mora tersenyum hangat. “Sekarang… aku harus apa?” tanyanya, meskipun sempat dilanda keraguan tapi pada akhirnya Mora mulai menerima semuanya dengan lapang dada.
“Di Hotel X ada pesta dansa disana. Kau akan bertemu dengan target, dia bernama Adam. Kemungkinan besar saat ini dia bersama istrinya.”
Mora masih bingung. Kalau masih ada istrinya disekitarnya pastinya akan sulit untuk mendekati bukan, Mora masih memikirkan tindakannya.
“Kau cari tahu saja seperti apa Tuan Adam. Lalu pikirkan cara sendiri untuk aksimu, aku akan terus memperhatikanmu.”
Belum Mora menjawab sosok aneh itu sudah melangkah pergi meninggalkan Mora yang termenung.
Sedangkan Mora masih sakit kepala memikirkan harus apa. Mengambil tas mahal yang baru saja ia dapatkan, menaruh barang-barang seperti hp lamanya dan juga hp baru yang sangat mahal itu.
“Baiklah, pertama temukan dulu Tuan Adam baru pikirkan mau apa selanjutnya,” gumam Mora.
Setelah mengumpulkan banyak keberanian pada akhirnya Mora mulai melangkah maju. Ia sangat siap dengan tugas yang sangat aneh menurutnya ini.
Pandangan matanya dari kejauhan melihat bangunan hotel megah tersebut. Ada pesta dansa, dan ia juga sudah mendapatkan undangan tersebut.
“Sialnya… aku tidak bisa dansa,” katanya.
Ah mencoba untuk bodoamat saja. Dengan langkah cepat tapi tidak meninggalkan kesan Mora mulai memasuki gedung tersebut.
Banyak orang yang tentunya berasal dari kalangan atas juga masuk bersama. Mora mengikuti saja, sambil terus menyiapkan telinga jika mendengar sesuatu mengenai Tuan Adam yang terhormat.
“Sebenarnya siapa Tuan Adam itu?” Mora tidak pernah tahu dan juga tidak pernah dengar nama itu.
Mulai berada diarea ballroom dimana pesta dansa akan dilaksanakan. Mora memilih untuk duduk dipojokan setelah menunjukkan undangannya.
Tidak ada orang yang ia kenal. Ia hanya mengandalkan keberanian saja, ini semua demi biaya kuliah yang tidak mau dipikirkan lagi oleh sang Ibu.
Pandangan Mora kesana-kemari mencari sosok yang ia duga jika mungkin saja Adam. Hanya saja banyak pria disekitar aula, sedangkan Mora sama sekali tidak tahu seperti apa wajah target yang sebenarnya.
“Tuan Adam sudah datang bersama istrinya.”
Samar-samar Mora mendengar ucapan orang-orang disekitarnya. Pandangannya langsung tertuju pada dua orang, pria dan wanita yang berjalan beriringan memasuki aula pesta dansa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments