Gadisku Sayang Dimana Kamu

Gadisku Sayang Dimana Kamu

Bab.1 Pertolongan Dan Keraguan

Prolog

Yunita tak pernah tahu jika bayi dilahirkannya lima belas tahun lalu itu sebenarnya tak meninggal tapi diserahkan ke panti asuhan oleh ayahnya sendiri. Dan dia tak pernah tahu jika Risman terpaksa meninggalkannya karena dibawa ancaman, bahkan dianiaya.

Lima belas tahun kemudian dia dipertemukan lagi dengan Risman yang menanyakan bayinya ...

Yunita sedang menyetir saat dia melihat seorang gadis belia dikejar oleh dua lelaki uang tampak sangar.

Gadis itu tampak ketakutan dan dua lelaku yang mengejarnya begitu gigih ingin mendapatkan gadis itu.

Yunita sangat ingin menolong gadis itu, sebelum menepikan mobilnya, tiba tiba saja gadis itu menghadang di jarak sekitar tiga meter dari mobilnya dengan kedua lengan direntangkan.

Yunita mendadak mengerem mobilnya, spontan membuka pintu mobil di sebelahnya. 

Gadis belia yang nekat berdiri di depan mobilnya yang melaju, segera masuk ke mobilnya. Sehingga para pengejarnya kehilangan kesempatan membawa ke bos mereka karena Yunita langsung tancap gas.

"Terima kasih, Ibu telah menyelamatkan saya dari penjualan perempuan," ujar gadis itu dengan air mata berlinang 

"Alhamdulillah segala puji bagi Allah," ujar Yunita sangat bersyukur.

"Bagaimana ceritanya sampai kamu bisa ada di tangan mereka?" Yunita sangat prihatin pada nasib gadis di sampingnya.

"Ayah dan Ibu saya terlibat hutang bunga pada seseorang, karena tak bisa membayar saya yang diminta jadi pelunasnya untuk dijadikan pelacur,"

"Ya Allah tega sekali mereka ..." gumam Yunita terkejut 

"Mereka bukan ayah dan Ibu saya yang asli," 

"Maksudmu?"

"Mereka ayah dan ibu angkat saya,"

"Oh ya?" Yunita mengernyitkan alisnya merasa miris dengan nasib gadis di sampingnya.

"Ya, mereka sebenarnya orang baik. Sudah lima belas tahun mengasuh saya, tapi akhir akhir ini mereka kesulitan uang. Maka mereka meminjam uang untuk modal dan kebutuhan hidup kami. Sayangnya uang yang dipinjam bunganya tinggi makanya mereka kesulitan untuk membayar," walau dengan agak terisak gadis itu masih sanggup bercerita."Belum lagi mobil yang dibeli dari uang pinjaman yang disewakan dibawa kabur orang,"

"Hapus air matamu," Yunita mengambil tissu

dan diberikan pada gadis itu.

"Terima kasih," ujar si gadis menerima tissue dari Yunita, dan langsung menghapus air matanya. "Pemilik uang akan membebaskan hutang orang tua angkat saya asal mereka mau menyerahkan saya untuk menambah anak buahnya. Dia itu  lelaki yang menjual gadis ke om om banyak duit."

"Oh!" Bagai tercekik Yunita mendengarnya. 

"Saya tadi lari karena tak mau dijadikan pelacur," ujar gadis itu dengan polosnya.

"Kamu yang sabar, ya, semoga saja mereka mendapat hidayah dari Allah. Semoga saja disadarkan dan dikembalikan ke jalan yang benar," tampak bola mata Yunita berkaca kaca. Seandainya saja gadis di sampingnya tak berani kabur, entah lelaki hidung belang mana yang akan merusak jalan masa depannya. "Alhamdulillah kamu masih dilindungi Allah, masih diberi kesempatan untuk berada di jalan baik jalan yang selalu diharapkan pada semua umatnya ..."

Gadis belia itu menoleh pada Yunita. "Ibu seorang Ustadzah?"

Yunita menggeleng, "Bukan, aku bukan Ustadzah,"

"Oh ..." 

"Bagaimana hatimu sudah tenang sekarang?"

"Ya, tapi juga takut,"

"Takut mereka akan mencarimu?"

"Bukan,"

"Lalu takut apa dong ...?"

"Takut kedua orang tua angkat saya diusir dari rumah miliknya, atau malah disakiti karena saya kabur," lagi gadis itu menangis. 

"Mereka itu tak mau menjual saya, mereka juga tak pernah mendendam pada orang yang telah menghancurkan usahanya,,"

"Oh ya?"

"Ya," angguk gadis itu "Ibu dan ayah bukan orang jahat, bukan orang licik, tapi mereka korban penipuan teman bisnisnya, hingga kami menjadi susah dan menyewa rumah tua yang sudah tak sanggup mereka bayar sewanya. 

"Lalu saat ini mereka kegiatannya apa?"

"Selalu berusaha untuk mencari pekerjaan tapi belum berhasil,"

"Semoga saja mereka segera dapat rejeki supaya bisa melunasi hutangnya, dan kamu terbebas dari kejaran pemilik uang itu,"

"Aamiin," sambut gadis yang sangat memikirkan nasib kedua orang tua angkatnya.

"Alamat rumahmu dimana?"

Gadis itu menyebut alamat rumah sewa orang tua angkatnya.

"Lalu alamat pemilik uang itu dimana?"

"Saya tak tahu,"

"Ya sudah kamu tenang saja ya, untuk sementara tinggallah di rumahku supaya aman,"

Gadis itu menoleh pada Yunita. Ada keraguan di bola matanya. 

Yunita diam diam menatap sesaat wajah gadis di sampingnya. Ada sinar keraguan di mata gadis itu mendengar ajakannya.

"Kalau kamu kembali pada rumah kedua orang tuamu pasti kurang bagus untukmu," ujar Yunita mencoba untuk membujuk gadis di sampingnya.

"Namamu siapa?"

"Tiara, Bu, biasa dipanggil Ara,"

"umurmu?"

"Lima belas tahun, Bu,"

"Namanya bagus," ujar Yunita umurku tiga puluh tujuh tahun panggil Aku Ibu Yuni."

"Entah saya tak sampai hati jika mereka sampai ditangkap oleh mucikari itu karena saya kabur ," ujar Tiara dengan suara ibah.

"Kita doakan saja semoga orang tua angkatmu dapat rejeki untuk membayar hutangnya, dan si mucikari dibukakan pintu hatinya oleh Allah supaya tidak menyakiti  orang tua angkatmu,"

"Aamiin," gadis belia itu menyeka air matanya.

"Om dan Tante bukan menyetujui keinginan mereka untuk pembayar hutang kami, " teringat ucapan ibu angkatnya, "Cepat kamu lari. Biar saja mereka menghabisi kami asal dirimu bebas," ujar ibu angkatnya.

Yunita mendengarkan dengan cermat cerita Tiara.

"Ya kami sudah berusaha minta tempo, tapi karena yang dijanjikan belum dapat pemilik uang marah. Lalu mengancam akan menghabisi kami jika tak mau menyerahkan saya,"

"Bu Yuni kenapa mereka itu sangat kejam!" Sungut gadis belia itu.

"Nah ini kamu harus tahu sayang jika masalah uang tidak ada orang yang sudi bertoleransi berlebihan, bahkan banyak yang saling caci dan maki. Bahkan ada  yang saling membunuh," ujar Yunita.

Tiara bergidik. Separuh hatinya gembira karena bisa lepas dari tuntutan dijadikan pelacur. Tapi separuh hatinya merasa ibah pada kedua orang tua angkatnya. Pasti menghadapi kemaraan pemilik modal, dan dan separuh hatinya hatinya gembira karena berhasil lepas dari kawalan dua lelaki yang kali ini pasti pula kena hardik,  karena telah membuang harapan mereka untuk meraup uang berlebih.

Saat lampu menghadang laju mobilnya, segera Yunita memiringkan tubuhnya ke belakang untuk mengambil sebotol air mineral 

"Minumlah," 

"Terima kasih,"

"Sudah jangan dipikirkan terlalu dalam, kamu ikut aku nanti kita cari solusinya, ya,"

Gadis itu meneguk isi botol hingga tersisa separuh.

"Ya', Bu Yuni,"

"Biar nanti aku akan mencaritahu kabar kedua orang tua angkatmu," 

"Ya," angguk Tiara merasa bersyukur bertemu orang baik seperti Yunita.

Tiba tiba gadis itu teringat nasehat ayah angkatnya supaya dia jangan gampang terpengaruh orang yang baru dikenalnya. 

"Jaman sekarang banyak musang berbulu domba . Jadi jangan tergiur mulut manisnya, siapa kita sampai orang baru kenal mau nolong secara murni .."

Tiara terkejut. Aduh apakah wanita baik hati ini sebenarnya orang yang hanya pura-pura baik?

Tiara sibuk menimbang dan menebak tentang Yunita yang mau menolongnya. Bagaimana kalau dia ini bukan orang baik beneran, tapi justru berniat buruk juga padaku.

Tiara mulai ketakutan. Aduh gimana kalau dia itu sebenarnya hanya pura-pura baik?

"Kita mau kemana, Bu Yuni?" Tiara sungguh kini ragu.

Bersambung

"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!