Bab. 4 Goresan Tangan Di Dinding Kelas

Happy reading

DARIEL UNTUK DIRA, DIRA UNTUK DARIEL. SELAMANYA ♥️

Dariel menulis kata-kata itu di dinding kelas.

Tepatnya, di pojok ruang. Persis, di belakang tempat duduknya.

Ia menulisnya dengan sepenuh hati, diiringi senyum merekah.

"Dariel." Terdengar suara khas yang sukses mengalihkan atensi dan membuatnya refleks menoleh, mencari sosok pemilik suara khas itu.

Siapa lagi jika bukan Nadhira Farzana. Sahabat sekaligus gadis yang telah membuatnya jatuh hati.

"Dira --" Dariel berucap lirih dan segera menyembunyikan tangannya yang masih memegang pena di saku celana.

"Kamu lagi ngapain, Riel?"

Dira berjalan mendekat. Pandangan netranya tak lepas dari wajah Dariel yang terlihat sedikit pias.

"Eng aku --"

Dariel bingung harus menjawab apa.

Ia malu, sekaligus takut untuk mengaku.

"Riel, itu tulisan siapa?"

Ya Tuhan

Dariel tak bisa berkata-kata.

Ia tidak menyangka pandangan netra Dira yang semula tertuju padanya, tiba-tiba beralih pada dinding yang tergores tulisan tangannya.

"Riel?"

"Eng, i-itu tulisan tanganku, Ra." Dariel mengaku. Ia pasrah jika Dira marah.

Namun di luar dugaan, Dira malah terkikik geli.

"Ya Allah, so sweet banget."

Dariel melongo. Ia tidak percaya dengan respon yang ditunjukkan oleh Dira.

Dira memang berbeda dengan teman sekelasnya yang lain.

Dia gadis ceria, baik hati, tidak mudah marah, tidak juga pendendam, dan merangkul semua teman--tanpa memedulikan perbedaan, tak terkecuali iman yang diyakini.

Itulah alasan yang membuat Dariel jatuh hati dan tidak mudah berpaling pada gadis lain.

Dira bukan hanya permata. Namun, malaikat tak bersayap dan cahaya yang menerangi perjalanan hidup.

Andai Dira tidak hadir sebagai murid baru di SMA Nusa Bangsa, mungkin Dariel akan terus dibully oleh teman-teman sekelasnya karena memiliki keyakinan yang berbeda.

Mereka memang sekedar bercanda. Tapi candaan mereka tidak lucu. Membuat Dariel seperti orang asing dan merasa sendiri.

Namun semenjak Dira hadir, semua itu berubah. Pemikiran negatif tentang iman yang diyakini oleh teman-teman sekelasnya seketika hilang dan malah membuatnya penasaran untuk mengenal.

"Ka-mu nggak marah, Ra?" Dariel bertanya pada Dira.

"Pfttt, ngapain marah? Kita 'kan sahabat. Dariel untuk Dira, Dira untuk Dariel. Tapi emot love nya dihapus, Riel. Diganti gambar dua jemari tangan yang saling berjabat. Atau ... saling merangkul."

"Ra, aku --"

"Riel, kamu ingat janji kita 'kan?"

Pertanyaan yang terucap dari bibir Dira, mengingatkan Dariel pada janji yang pernah mereka kumandangkan dan memaksanya untuk tersadar dari lamun.

'Sahabat selamanya. Saling menyayangi dan menjaga. Nggak boleh saling cinta, apalagi jadian.'

Lebih dari sepuluh tahun janji itu terikrar. Namun masih melekat dalam ingatan.

"Ra, maaf. Aku nggak bisa memegang janji kita dan selalu berharap bisa memilikimu utuh." Dariel bermonolog lirih dan mengusap foto Dira yang terbingkai kaca.

Cantik dan berkharisma.

Diraupnya udara dalam-dalam, lalu dihembuskan perlahan. Mengusir rasa nyeri yang terasa di ulu hati.

Ia sadar, teramat mustahil untuk mengubah status hubungan mereka. Dari sahabat menjadi kekasih.

Apalagi untuk memiliki utuh.

Tembok yang menghalangi mereka berdua terlalu tinggi.

Jika ingin bersatu, harus ada yang mau berkorban untuk meruntuhkan penghalang.

Tentu saja dengan menanggalkan iman yang diyakini.

Itu serasa tidak mungkin, kecuali Sang Penulis Skenario Kehidupan menghendaki.

Di tempat yang berbeda, Dira terlihat melamun sambil menatap foto Aldi yang terpajang di atas meja.

Getar cinta yang dulu terasa hebat, kini melemah. Terkalahkan oleh rasa kecewa dan ragu karena perlakuan Aldi yang sering terlupa memberinya perhatian. Terlebih, jika mengingat ucapannya mengenai kesucian.

Ya, Aldi menuntut kesucian.

Sayang kesucian yang dijaga, kini telah terenggut dan tidak bisa dipersembahkan di malam pertama.

Dira yakin, Aldi tak akan sudi menerima dirinya yang sudah tidak lagi pera-wan.

"Aku harus segera mengakhiri hubungan kita, Al," monolognya lirih disertai raut wajah yang terbingkai sendu dan diikuti helaan nafas dalam.

"Ra, Ayah dan Bunda boleh masuk?"

Dira terhenyak kala mendengar suara sang bunda.

Atensi yang semula terkunci pada foto Aldi, beralih pada pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Iya, Bun. Masuk saja," sahutnya.

Nisa dan Firman lantas masuk ke dalam kamar. Mereka berjalan beriringan, menghampiri Dira yang tengah duduk bersila di atas ranjang dengan memeluk guling Pooh kesayangan.

"Simbok bilang, putri kesayangan Ayah dan Bunda sedang sakit. Dari tadi cuma rebahan di dalam kamar dan tidak mau turun untuk makan siang." Nisa membuka obrolan dan mendaratkan bobot tubuhnya di tepi ranjang, tepat di sisi Dira.

Sementara Firman, lebih memilih duduk di sofa yang berada di pojok ruang dan menghadap ke arah ranjang.

"Ra, sebenarnya kamu sakit apa hmm?" Nisa kembali bersuara dan menatap wajah Dira yang terlihat sedikit pucat.

"Dira cuma nggak enak badan, Bun. Semalam kehujanan."

"Sudah minum obat?"

"Sudah."

"Ternyata, Bu Dokter juga bisa sakit ya?" canda Firman, menyela obrolan Nisa dan Dira.

"Dokter 'kan cuma manusia biasa, Yah. Bisa sakit, bisa juga terluka. Butuh obat dan butuh kasih sayang." Ucapan Dira menggelitik telinga, sehingga membuat Firman dan Nisa tak kuasa menahan tawa.

"Hah, iya juga ya. Bu Dokter memang benar." Firman menyahut--membenarkan selorohan Dira.

"Semalam, kamu berada di mana, Ra? Aldi bilang, dia tidak jadi menemui kamu di Sunshine Cafe."

Dira terdiam. Ia ragu untuk menjawab pertanyaan yang terlontar dari bibir sang ayah.

Haruskah berkata jujur pada ayah dan bundanya? Mengaku jika semalam ia dan Dariel menginap di Omah Kenangan.

Melakukan khilaf terlarang dan dosa terbesar yang mungkin akan membuat kedua orang tuanya itu murka.

"Ra --"

🌹🌹🌹

Bersambung

Hai, Kakak terlove

Semangati author dengan meninggalkan jejak like 👍🏻

Subscribe ❤️

Beri komentar ✍🏻

Jangan lupa vote & 🌹

Terima kasih 🙏🏻

Terpopuler

Comments

Ririn Rira

Ririn Rira

Aku malu kak baca kalimat ini, kaya janji aku waktu SMA di kelas 1 sama teman cowok akrab banget nggak boleh pacaran eh nggak tau nya di kelas 2 malah jadian sampai lulus sekolah. 😂 ternyata beneran nggak jodoh

2025-08-13

1

Najwa Aini

Najwa Aini

ooh jadi Dira itu seorang dokter ya..
wawww

2025-07-12

1

Machan

Machan

aku juga bakal bingung harus jawab apa

2025-07-31

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Khilaf Semalam Yang Membuat Candu
2 Bab. 2 Tanda Merah
3 Bab. 3 Cara Berjalan
4 Bab. 4 Goresan Tangan Di Dinding Kelas
5 Bab. 5 Dusta
6 Bab. 6 Putus
7 Bab. 7 Welcome Back
8 Bab. 8 Hembusan Napas
9 Bab. 9 Bukan Sekedar Sahabat, Tapi Tunangan
10 Bab. 10 Menjauh
11 Bab. 11 Negosiasi
12 Bab. 12 Dendam
13 Bab. 13 Jangan Menjauh Dariku
14 Bab. 14 Calon Menantu Idaman
15 Bab. 15 Degup Jantung Bertalu Merdu
16 Bab. 16 Sindrom Couvade
17 Bab. 17 Mahar Nikah
18 Bab. 18 Ngidam
19 Bab. 19 Dua Garis
20 Bab. 20 Dua Tamu
21 Bab. 21 Lamaran
22 Bab. 22 Pergi Dan Menghilang
23 Bab. 23 Firasat
24 Bab. 24 Amanat
25 Bab. 25 Test-Pack
26 Bab. 26 Murka
27 Bab. 27 Tiba Di Desa W
28 Bab. 28 Menanti Kedatangan Wanita Yang Dicinta
29 Bab. 29 Dilema
30 Bab. 30 Pupus
31 Bab. 31 Andai
32 Bab. 32 Rindu
33 Bab. 33 Kabar Buruk
34 Bab. 34 Entah Masih Hidup, Atau Sudah Tak Bernyawa
35 Bab. 35 Rasa Yang Tersimpan Di Dalam Hati
36 Bab. 36 Gagal Melupa
37 Bab. 37 Pemilik Suara Merdu
38 Bab. 38 Keyakinan Yang Tumbuh Dari Dalam Hati
39 Bab. 39 Pertemuan Yang Manis
40 Bab. 40 Pernikahan
41 Bab. 41 Ritual Yang Menjadi Candu
42 Bab. 42 Menunaikan Ibadah Bersama
43 Bab. 43 Berapa Ronde?
44 Bab. 44 Login
45 Bab. 45 Resepsi Pernikahan
46 Bab. 46 Pernikahan Andra & Humaira
47 Bab. 47 Tamu Tak Diundang
48 Bab. 48 Tertawa Di Atas Penderitaan
49 Bab. 49 Jomblo Ngenes
50 Bab. 50 Berdamai
51 Bab. 51 Pengacara Muda
52 Bab. 52 Sakinah, Mawadah, Warahmah
53 Bab. 53 Sekilas Tentang Masa Lalu (End)
54 Rilis Karya Baru 'Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru'
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab. 1 Khilaf Semalam Yang Membuat Candu
2
Bab. 2 Tanda Merah
3
Bab. 3 Cara Berjalan
4
Bab. 4 Goresan Tangan Di Dinding Kelas
5
Bab. 5 Dusta
6
Bab. 6 Putus
7
Bab. 7 Welcome Back
8
Bab. 8 Hembusan Napas
9
Bab. 9 Bukan Sekedar Sahabat, Tapi Tunangan
10
Bab. 10 Menjauh
11
Bab. 11 Negosiasi
12
Bab. 12 Dendam
13
Bab. 13 Jangan Menjauh Dariku
14
Bab. 14 Calon Menantu Idaman
15
Bab. 15 Degup Jantung Bertalu Merdu
16
Bab. 16 Sindrom Couvade
17
Bab. 17 Mahar Nikah
18
Bab. 18 Ngidam
19
Bab. 19 Dua Garis
20
Bab. 20 Dua Tamu
21
Bab. 21 Lamaran
22
Bab. 22 Pergi Dan Menghilang
23
Bab. 23 Firasat
24
Bab. 24 Amanat
25
Bab. 25 Test-Pack
26
Bab. 26 Murka
27
Bab. 27 Tiba Di Desa W
28
Bab. 28 Menanti Kedatangan Wanita Yang Dicinta
29
Bab. 29 Dilema
30
Bab. 30 Pupus
31
Bab. 31 Andai
32
Bab. 32 Rindu
33
Bab. 33 Kabar Buruk
34
Bab. 34 Entah Masih Hidup, Atau Sudah Tak Bernyawa
35
Bab. 35 Rasa Yang Tersimpan Di Dalam Hati
36
Bab. 36 Gagal Melupa
37
Bab. 37 Pemilik Suara Merdu
38
Bab. 38 Keyakinan Yang Tumbuh Dari Dalam Hati
39
Bab. 39 Pertemuan Yang Manis
40
Bab. 40 Pernikahan
41
Bab. 41 Ritual Yang Menjadi Candu
42
Bab. 42 Menunaikan Ibadah Bersama
43
Bab. 43 Berapa Ronde?
44
Bab. 44 Login
45
Bab. 45 Resepsi Pernikahan
46
Bab. 46 Pernikahan Andra & Humaira
47
Bab. 47 Tamu Tak Diundang
48
Bab. 48 Tertawa Di Atas Penderitaan
49
Bab. 49 Jomblo Ngenes
50
Bab. 50 Berdamai
51
Bab. 51 Pengacara Muda
52
Bab. 52 Sakinah, Mawadah, Warahmah
53
Bab. 53 Sekilas Tentang Masa Lalu (End)
54
Rilis Karya Baru 'Istri Bar-Bar Kesayangan Pak Guru'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!