Lirik Rasa

Naura bernafas tak karuan, kian tak menyadari sedang memeluk erat cowok asing penyebabnya hampir jatuh.

"G-gue selamat," cicit Naura.

Rahsya menarik mundur perlahan, membawa Naura ke dekapan.

"Sorry. Gue iseng," bisik Rahsya.

Naura mencubit keras perut Rahsya membuat korban cubitannya meringis kesakitan.

"Enggak waras! Gue bisa masuk rumah sakit gara-gara ulah kejahilan Lo! Siap Lo biayain pengobatan gue seandainya beneran terjun bebas!" marah Naura.

"Ya enggak."

"Makanya jaga sikap!" Naura menginjak punggung kaki Rahsya, tambahkan mendorong juga dada di depannya agar menjauh.

*

Kevin menunduk gusar di depan wali kelas, manggut-manggut mengiyakan kemarahan Bu Salma.

"Capek ngomong sama kamu, bandel. Sekarang ambil buku paketnya," titah Bu Salma.

"Siap, Bu."

Gibran cekikikan geli menyaksikan Kevin pergi memasang wajah kecut.

"Rasain," lirih Gibran.

Pintu di belakang punggungnya ditarik tutup. Kevin menghembus kasar membendung puncak kekesalan tidak terlampiaskan.

"Apa Bu Salma enggak salah nilai, anak segagah gue dikira nakal. Kalau perilaku gue terus-menerus dicap jelek mana bisa gue geser level Rahsya ke nol besar. Selama ini, gue jatuh bangun demi dapatin gelar ketua kelas karena apa? Karena gue mau jadi juara kelas. Rahsya, Rahsya, dan Rahsya! Semua mulut doyan banget sebut namanya," gerutu Kevin.

Remaja memakai almamater abu, menjambak rambut frustasi, kepala dan hatinya panas memikirkan keunggulan Rahsya.

Kevin mengeraskan rahang, menurunkan kedua tangan ke sisi badan tatkala Rahsya kembali dengan tangan kosong.

"Lo punya dendam kesumat apa sama gue hingga segini tega laporan ke Bu Salma," desis Kevin.

"Perasaan Lo aja ngerasa gue benci sama Lo," jawab Rahsya.

Naura mematung di tengah-tengah dua cowok sedang berselisih, celingak-celinguk bergantian menatap dua siswa yang berdiri di depan dan di belakangnya.

"Feeling gue banyak benarnya jawaban Lo pasti gitu-gitu aja, basi. Kenapa enggak terus-terang ungkap unek-unek di hati Lo kalau Lo iri ke gue?" tuduh Kevin.

Rahsya menyembunyikan belah tangan ke saku celana, tersenyum malas meladeni pemimpin kelas.

Seolah membenarkan, Rahsya membalas, "Gue bayar SPP bukan mentah-mentah mau jadi tangan kaki Lo, bersaing secara sehat enggak mengurangi kadar kecerdasan, Lo, kan?"

Mata Kevin memancarkan api kemarahan, argumen Rahsya sempurna menghentikan perdebatan. Gagal menjatuhkan lawannya, Kevin melengos pergi.

"Ganteng-ganteng debat," gumam Naura.

"Tipikal cowok idaman Lo minus tempramen?" tembak Rahsya.

"Apa? Lo mau daftar jadi kandidat calon suami gue?" sahut Naura.

"Enggak."

"Mana kelas gue?" tanya Naura.

"Depan Lo." Rahsya menggerakkan dagu.

Naura hendak menggapai gagang pintu tetapi urung saat pergelangan tangannya dicekal Rahsya.

Naura menepis jemari itu. "Lo cowok pertama nyebelin di kamus gue," ungkapnya sinis.

"Ngambek gara-gara gue nolak jadi calon suami, Lo? Baper," ledek Rahsya.

"Lo ngatain gue baper? Enggak berkelas banget, lepas!" Naura menghempas tangan, memutar handle pintu, melesak masuk ke dalam kelas.

Pasang mata penghuni kelas sebelas - A, terpaku, memandang paras cantik teman baru mereka.

"Perkenalkan dirimu, Naura." kata Bu Salma.

Naura mengangguk dengan senyum. "Kenalkan, namaku Naura Natasha. Biasa dipanggil Naura. Aku pindahan sekolah asal SMA Trimaran, Jakarta Selatan. Aku harap kita berteman dengan baik, mungkin hanya itu yang dapat aku sampaikan, cukup sekian dan terimakasih atas waktu serta perhatian teman-teman sekalian."

"Salam kenal Naura!" Sembilan murid campuran cowok-cewek menyahut kompak.

Ini momen langkah terjadi dalam seumur hidup. Gibran mengambil gitar di sandaran tembok, mulai memetik senar.

...Pertemuanku denganmu jatuh cinta pandangan pertama ......

...Betapa senangnya hatiku melihatmu tersenyum selalu ......

...Ijinkan aku mengenalmu sedalam samudera......

Nyanyi Gibran dari hati paling terdalam, matanya menatap kagum sosok indah di depan kelas.

"Cieee, gombalan maut ala penyanyi dadakan, mesranya menyentil hati!"

"Ceritanya Lo nembak, Gib? Mantap liriknya, sesuai situasi!"

"Gimana tuh, hari pertama Naura pindah sekolah ditembak Gibran, terima enggak?"

"Terima! Terima! Terima!"

Seruan heboh satu kelas memohon Naura menerima Gibran.

Di luar sini, Rahsya diam-diam menguping kehebohan di dalam kelas. Kini kepalanya menoleh ke kejauhan lorong, di mana Kevin telah kembali.

"Ngapain Lo di luar, kena hukum Bu Salma?" todong Kevin begitu sejajar dengan teman belajar.

"Nunggu Lo," asal Rahsya seraya mengambil alih setengah buku paket.

"Cih, sok nungguin gue. Nih, sekalian bawa semua!" titah Kevin.

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue? Bawa aja sendiri," tolak Rahsya lantas mendorong pintu menggunakan kaki.

"Asem!" maki Kevin.

Naura membuka mulut, hendak memberi jawaban pasti pada teman-temannya yang menunggu putusan apakah Gibran diterima atau tidak. Tetapi niatnya itu tidak jadi diumumkan saat Rahsya main nyelonong lewat disusul Kevin.

"Maaf Bu terlambat, Kevin nya ngaret di perpustakaan," ucap Rahsya sambil membagikan buku kepada teman-teman.

"Bohong Bu, orang saya ambilnya sendiri! Dia enak-enakan nunggu di-"

"Depan perpustakaan," sela Rahsya memotong cepat.

Dengusan Kevin keras mengudara membuat teman-temannya saling pandang, tidak mengerti penyebab mereka berdua susah akur.

Rahsya mencuri pandang ke belakang, di mana Naura tampak lucu meski tengah cemberut.

"Naura?" panggil Bu Salma.

Naura menoleh.

"Cari tempat duduk. Kita mulai pembelajaran," kata Bu Salma.

Naura menyapu seisi ruangan lalu mata hitam terangnya menemukan kursi kosong paling sudut.

Tiap Natasha mematri langkah, Rahsya mematung, ekor matanya mengawasi di mana berakhirnya gadis itu berhenti.

"Hei, jodoh ketua! Itu bangku gue!" seru Kevin.

Memutar tubuh, Naura menunjuk ransel tergeletak di atas meja. "Lo pemilik kursi kosong sebelah tas ini?"

"Yup."

Bangga. Kevin melangkah, menabrak bahu Rahsya, memamerkan keakrabannya dengan Naura. "Dia jodoh gue," bisiknya.

Mengetahui Naura duduk di samping Kevin, tanpa alasan jelas Rahsya memasang raut wajah dingin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!