Terjadi di depan mata

Lagi-lagi kegiatan belajar mengajar di Lavente terpaksa dihentikan karena insiden yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Tewasnya Patricia sedikit banyak mampu mempengaruhi mental siswa siswi di sekolah elite itu.

Keluarga Patricia bahkan sampai menuntut pihak sekolah karena dianggap lalai dan abai dalam menjaga keselamatan para siswanya di dalam lingkup sekolah.

Meninggalnya Patricia karena tertimpa papan ring basket tentu tidak pernah mereka duga. Apalagi kejadian ini terjadi di Lavente sekolah berbasis internasional, kenapa sampai mengabaikan kerusakan fasilitas olahraga yang justru berakibat fatal hingga mengakibatkan korban jiwa seperti ini?

Yang paling terpukul diantara ratusan orang di Lavente bukanlah pihak sekolah atau keluarga Patricia namun Megan Alexa. Dia membaca semua yang akan terjadi pada diri Patricia tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Langkah kaki Megan terhenti di sebuah kelas yang hari ini ditutup rapat. Ruang kelas Patricia. Mereka semua berkabung atas kematian Patricia yang begitu tragis, oleh karena itu sekolah diliburkan. Ruang kelas dikunci. Ditutup sementara dari kegiatan belajar mengajar.

"Hei.. Bukankah kau Megan?" Suara seorang gadis menyapa Megan yang pucat pasi berjalan seperti mayat hidup di koridor kelas seorang diri.

Megan menoleh. Dia Nancy. Teman sekelas Patricia. "Iya, aku Megan. Kau mengenalku?" Megan menyipitkan matanya. Berusaha mengenali siapa yang menyapanya.

Demi Tuhan, Megan memang seorang gadis introvert luar biasa. Dia teramat abai dengan sekitarnya, hingga tak ada orang lain yang dia kenal selain Samuel sang kekasih dan Ziudith yang adalah teman satu kamar di asramanya. Bahkan dia tak kenal siapa saja yang menjadi teman sekelasnya. Dia merupakan gadis yang acuh dan tak peduli dengan sekitarnya.

"Ak-Aku.. Aku Nancy. Teman Patricia." Wajah Megan yang memang putih pucat makin kelihatan seperti orang yang tak memiliki darah di tubuhnya ketika mendengar nama Patricia disebutkan.

"Kau.. Apa kau teman sekelas Patricia?" Tanya Megan hati-hati.

Nancy mengangguk membenarkan. Kedua gadis itu lalu berjalan cepat menuju asrama, jika ketahuan principal jika ada siswa yang berkeliaran di area kelas di saat seperti ini, bisa dipastikan mereka akan mendapat hukuman.

"Kenapa kau ada di depan kelas ku tadi? Apa yang kau cari?" Tanya Nancy ketika mereka sudah ada di dalam kamar Megan.

"Aku hanya ingin tahu tentang Patricia. Dia meninggal tak wajar kan? Bagaimana bisa seseorang meninggal karena tertimpa tiang penyangga ring basket? Seperti tak masuk akal sama sekali." Kata Megan asal-asalan.

Megan membaca pergerakan bola mata Nancy. Gadis itu seperti ketakutan. Mungkin karena berada di dalam kamar yang pernah ditempati Ziudith. Aura kamar ini memang sedikit berbeda. Menyeramkan. Itu bagi orang lain, bukan bagi Megan tentunya.

"Iya. Dan aku lah yang bilang padanya untuk ke lapangan siang itu. Kau tau..? Patricia sangat mengagumi Arkana, semua tentang ketua tim basket di sekolah kita ini seperti medan magnet yang mampu menarik siapapun untuk masuk dalam pesonanya. Dan Patricia akan melakukan apapun hanya untuk bisa dekat dengan lelaki pujaannya itu.." Nancy bercerita.

'Oowh ayolah. Arkana tidak semenarik itu di mata ku!' Batin Megan.

"Aku menyuruhnya ke lapangan.. Aku.. Aku tidak bermaksud apapun.. Aku hanya memberi saran saja.. Aku..." Nancy menangis. Terlihat sekali jika dia sangat menyesali perbuatannya yang menyarankan Patricia pergi ke lapangan basket kemarin.

"Apa kau pernah melihat Patricia melakukan kekerasan pada.. Ziudith?" Kali ini mata Nancy memicing. Sepertinya dia tak menyukai obrolan tentang Ziudith.

"Oowh.. Maaf. Aku hanya ingin tahu saja." Lanjut Megan tak ingin suasana di antara mereka jadi canggung.

"Beberapa Minggu sebelum si cupu itu bunuh diri.. Aku dan Patricia sempat melihat dirinya memberikan botol minum untuk Arkana. Patricia marah! Dia tidak suka jika si cupu itu kecentilan dan cari perhatian pada lelaki yang dia kagumi. Maka ketika Patricia melihat gadis berkacamata itu keluar dari toilet seorang diri, Patricia langsung memberi peringatan pada gadis berkacamata itu. Aku juga melihat bagaimana Patricia sangat marah.. Dia mencekik dan menendang punggung--"

"Stop! Panggil namanya dengan benar. Dia punya nama, kau tau?! Namanya Ziudith! Bukan si cupu, bukan gadis berkacamata! Namanya Ziudith!!" Megan kesal sekali.

Bagaimana hal sepele bisa dijadikan alasan wajar bagi seseorang menganiaya orang lain?! Otak para siswa Lavente benar-benar bermasalah!

"Kenapa kau semarah itu?? Aku hanya memanggil dia seperti orang lain memanggilnya ketika dia masih hidup! Dan si cupu itu juga mau dan terima dipanggil seperti itu! Bahkan ada yang memanggil dirinya jalAng!! Dan dia tidak marah, tidak mengatakan apapun! Lalu untuk apa kau harus semarah ini??" Nancy beranjak dari kamar Megan dengan rasa kesal.

'Kau salah, dia bukan mau dipanggil seperti itu.. Dia hanya tidak bisa melawan ketika kalian memperlakukannya bukan seperti manusia.'

Dari pembicaraan dengan Nancy, Megan jadi tahu jika apa yang dituliskan di buku harian Ziudith adalah cara Ziudith atau siapapun itu membalas perlakuan tak adil yang selama ini Ziudith terima selama berada di Lavente.

"3 juli 2025. Dia merasa kesal setelah meninggalkan kamar asramaku. Lucu ya, dia yang selama ini tidak pernah memperlakukan ku dengan baik tiba-tiba saja mau berkunjung ke kamarku. Tapi ternyata kunjungannya ke sana hanya untuk menggunjing ku. Sebenarnya tidak masalah bagiku, aku sudah kebal dengan segala caci maki yang orang-orang tudingkan padaku. Tapi ada yang menegurnya ketika selalu menyebutku si cupu, dan dia tak terima ditegur seperti itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk mau meminta maaf."

Megan menelan salivanya. Dia merinding. Bukankah yang sedang dia baca adalah kejadian hari ini? Baru saja?! Dan.. Dan dia membacanya sebagai sudut pandang seorang Ziudith! Ini gila!

"Sebelumnya dia selalu pamer dengan kecantikan yang dia miliki. Dia bahkan pernah mencoret-coret wajahku dengan spidol hitam dan aku dilarang menangis. Aku disuruh memuji hasil karyanya pada wajahku. Ketika teacher masuk ke dalam kelas, tetap aku yang disalahkan karena dianggap memicu kegaduhan. Oke. Tidak masalah. Aku disuruh keluar kelas dan tidak boleh mengikuti pelajaran, mungkin itu yang terbaik karena jujur saja.. Aku malu memperlihatkan wajah ku yang makin jelek ini di hadapan semua orang."

"Ketika aku ingin membersihkan wajahku di wastafel, dia datang dengan semprotan lada dan mengarahkan benda itu pada wajah ku. Pedih sekali. Aku sampai menangis merasakan mata dan wajahku seperti terbakar. Aku salah apa? Lagi-lagi itu yang aku tanyakan. Katanya aku banyak gaya, aku sok kecantikan, hahaha.. Seriously? Dia mengatakan itu di depanku. Di depan si cupu ini. Apa dia takut kalah saing? Aku saja takut melihat bayangan ku di cermin, jadi untuk apa dia melakukan semua ini padaku?"

"Dan.. Hari ini, dia keluar dari kamarku menuju asramanya. Dia memperhatikan penampilannya menggunakan kamera depan di ponselnya. Padahal baru sedetik yang lalu dia merasa sangat marah, tapi sekarang dia terlihat senyum senyum sendiri melihat pantulan dirinya di depan kamera. Dia cantik. Aku akui itu. Tapi sayangnya dia tak memperhatikan jalan ketika menuju asramanya."

"Sebuah tanda jika lantai yang dipijak baru saja di pel dan masih basah tidak dia lihat. Dia terus saja berjalan sambil memperhatikan kecantikannya di depan layar ponselnya, sampai di anak tangga ke tiga belas sebelum sampai di lantai dasar dia terpeleset. Dia terpelanting jatuh. Berkali-kali membentur anak tangga. Dengan kesadaran yang masih tersisa, dia mencoba menghubungi siapapun untuk menolongnya. Darah mengalir dari kepalanya, mungkin karena tadi kepalanya terbentur anak tangga berkali-kali. Sayangnya, ponsel itu malah meledak tepat di depan wajahnya. Kasihan sekali.. Kecantikan yang dia banggakan sekarang menyisakan wajah menghitam oleh luka bakar. Banyak yang berkerumun karena bunyi ledakan dan teriakannya, tapi bukan untuk menolong.. Mereka terlalu takut untuk mendekat. Alhasil, kematiannya menjadi sebuah tontonan yang menarik karena banyak yang merekamnya. Selamat ya, kamu viral di dua dunia sekarang."

Megan mundur beberapa langkah. Dia syok. Apakah kali ini Nancy yang menjadi korban?

Jerit teriakan seorang gadis menggema hingga ke lantai atas asramanya. Megan buru-buru berlari ingin tahu apa yang terjadi, dan rasa ingin tahunya terbayar ketika melihat sosok Nancy yang terkapar dengan muka hitam dengan kulit wajah terkelupas, darah menggenang di sekitar kepalanya. Nancy meninggal dunia.

Terpopuler

Comments

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥

Mungkin si Ziudith ini sempat menukar jiwanya ke iblis kali ya. Mangkanya dia bisa bls dendam gitu

2025-07-31

1

🟢🌻ֆɦǟզʊɛɛռǟ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🌻

🟢🌻ֆɦǟզʊɛɛռǟ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🌻

nah loh ko bisaa ya yg dialamin megan bisa tertulis dibuku harian zuidit🤔🤔

2025-08-02

1

CK_OFF

CK_OFF

Next siapa lgii Thor,,apa guru2nya juga akan jadi korban??

2025-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!