Bab 3: Pelarian dengan Sentuhan Anggun

Aku menatap Tuan Grom yang berjuang di dalam lumpur dengan perasaan campur aduk. Sebagian dari diriku, Ahlana yang asli, merasa puas melihat sang penyiksa tersiksa. Namun sebagian lainnya, sang Peri Hutan, hanya bisa merasakan jijik yang mendalam melihat kekotoran dan ketidakharmonisan. Rasanya ingin sekali memanggil para Dryad untuk membersihkan area ini, atau setidaknya memandikan Grom dengan air mata peri yang suci—tapi itu mungkin hanya akan membuat kulitnya melepuh.

“Kau... kau... akan kubunuh!” teriak Grom, suaranya teredam lumpur, sementara tangannya mencoba meraih cambuknya yang kini tergeletak tak jauh darinya.

“Dasar tidak tahu diri,” gumamku, suaraku masih bernada lembut namun dingin seperti embun pagi. “Setelah semua kekacauan yang kau ciptakan, kau masih ingin membuat lebih banyak lagi?” Aku mengangkat tanganku, dan sulur-sulur tanaman lain mulai tumbuh dari tanah, menjauhkan cambuk itu dari jangkauannya. Grom meraung frustrasi.

Di belakangku, para budak yang sedari tadi menyaksikan, kini mulai berbisik-bisik. Ketakutan yang semula mendominasi wajah mereka kini bercampur dengan tatapan takjub dan harapan. Mereka melihat seorang bocah yang disiksa, berubah menjadi makhluk anggun dan kuat yang mampu menjatuhkan penyiksa mereka. Beberapa bahkan mulai berbisik, “Peri... dia adalah Peri...”

Aku menyadari bahwa ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk kabur, dan mungkin, membawa sebagian dari mereka. Tapi aku tidak bisa membawa semuanya. Tubuh Peri ini tidak dirancang untuk memimpin revolusi. Ia dirancang untuk melarikan diri dengan elegan.

“Dengar,” kataku, suaraku mengalun menembus bisikan-bisikan. “Siapa pun yang ingin bebas, ikuti aku. Aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian semua, tapi aku bisa menunjukkan jalan keluar dari rawa busuk ini.”

Beberapa budak ragu-ragu. Bertahun-tahun perbudakan telah mengikis keberanian mereka. Namun, satu per satu, wajah-wajah yang lelah itu mulai menunjukkan tekad. Seorang anak perempuan kecil dengan mata besar yang ketakutan, lalu seorang remaja laki-laki yang lebih tua, dan kemudian beberapa lagi. Hanya sekitar dua puluh orang dari ratusan budak yang ada, tapi itu cukup.

“Cepat,” desisku, “sebelum makhluk kotor itu memanggil bala bantuan.”

Dengan gerakan yang tak kuduga sebelumnya, aku melompat. Tubuhku yang kini ringan dan lentur melayang di atas lumpur, mendarat dengan anggun di bebatuan kering. Kaki-kakiku terasa aneh tapi menakjubkan, seperti bisa menari di atas angin. Anak-anak yang mengikutiku berusaha meniru, tapi mereka terjatuh dan berlumuran lumpur.

“Tidak seperti itu, dasar bodoh,” gumamku secara otomatis, sebuah cibiran samar terukir di bibir Peri-ku. Oh, astaga. Kepribadian Peri ini memang agak sombong dan perfeksionis. “Sini!”

Aku menjulurkan tanganku, dan tanpa kusadari, sulur-sulur hijau muncul dari tanah di depanku, membentuk jembatan darurat yang kokoh di atas lumpur. Mereka menatapku dengan mata terbelalak, tak percaya.

“Cepat!” perintahku, kali ini dengan nada yang sedikit lebih mendesak. “Kita tidak punya banyak waktu!”

Para budak itu segera melintasi jembatan sulur yang baru kubuat. Beberapa dari mereka, yang terlalu lemah, perlu bantuan. Insting Peri-ku ingin mengeluh tentang kurangnya keanggunan, tapi insting Ahlana-ku yang asli tahu ini adalah tentang kelangsungan hidup.

Kami berlari, atau lebih tepatnya, aku terbang dan mereka berlari tertatih-tatih, menuju hutan lebat di luar perkebunan. Suara teriakan Tuan Grom dan anjing-anjing pelacak mulai terdengar di kejauhan.

“Cepat! Sembunyikan jejak kita!” perintahku pada diriku sendiri. Tanpa kusadari, tanganku kembali terangkat. Daun-daun berguguran dari pepohonan, menyebarkan wangi tanah dan lumut yang kuat. Semak belukar di belakang kami tumbuh rimbun dalam sekejap, menutupi jejak kaki kami. Bahkan beberapa pohon kecil melengkung, membentuk terowongan alami yang menyembunyikan jalur kami. Ini luar biasa! Kekuatan Peri ini sungguh di luar dugaanku.

Namun, di tengah-tengah euforia kebebasan dan kekuatan, sebuah sensasi aneh mulai muncul. Perasaan melankolis, kerinduan pada sesuatu yang hilang, mulai merayapi benakku. Sebuah dorongan untuk menyanyikan lagu tentang hutan yang terluka, atau tentang bintang-bintang yang merana.

“Kenapa... kenapa aku ingin menangis?” bisikku pada diri sendiri, kebingungan.

[Efek Ras ‘Peri Hutan Terluka’ Berkurang. Durasi Tersisa: 5 Menit.]

[Kecenderungan Kepribadian: Melankolis, Sensitif Terhadap Lingkungan, Dorongan Kreatif.]

Oh, jadi ini efek sampingnya. Peri ini ‘terluka’, jadi kepribadiannya melankolis. Dan mungkin juga ingin menyanyi. Aku menghela napas. Petualangan ini benar-benar akan menguji kewarasanku.

Kami berhasil mencapai kedalaman hutan saat Sistem kembali memberikan notifikasi.

[Efek Ras ‘Peri Hutan Terluka’ Berakhir. Cooldown: 2 Jam]

[Atribut Fisik Kembali ke Normal. Kecenderungan Kepribadian Kembali ke Normal.]

Dalam sekejap, tubuhku menyusut kembali menjadi Ahlana yang berukuran normal. Rambut hijauku kembali menjadi hitam legam yang acak-acakan. Rasa melankolis itu sirna, digantikan oleh rasa lelah dan pegal di sekujur tubuh. Sensasi berat di dada menghilang, dan gaun berenda yang entah dari mana asalnya kini terasa kotor dan robek di beberapa bagian. Tunggu, gaun berenda? Kemeja lusuhku telah berubah menjadi gaun tipis berwarna hijau muda dengan aksen dedaunan!

“Sialan!” umpatku, menyadari bahwa aku kini mengenakan gaun. Gaun! Aku seorang laki-laki! “Ini... ini memalukan!”

Para budak yang mengikutiku, kini bebas dan terengah-engah, menatapku dengan bingung. Mereka melihat bocah ajaib yang tiba-tiba berubah menjadi gadis Peri cantik, lalu kembali menjadi bocah lagi, kini mengumpat sambil menunjuk gaunnya sendiri.

“Uhm... Ahlana?” panggil salah satu anak laki-laki yang lebih tua, ragu-ragu. “Kau... baik-baik saja?”

“Tidak! Aku tidak baik-baik saja! Aku memakai gaun!” gerutuku, mencoba melepaskan gaun itu. “Astaga, aku harap tidak ada yang melihatku!”

Komedi pecah di tengah hutan. Para budak yang baru saja selamat dari perbudakan, kini tertawa kecil melihat tingkahku. Ini adalah tawa pertama yang kudengar dari mereka, tawa yang tulus, meski masih diliputi kelegaan. Mungkin ini adalah awal yang tidak terlalu buruk. Yah, selain fakta aku harus mencari cara menyingkirkan gaun sialan ini. Dan mencari tahu siapa Ahlana sebenarnya, di balik semua ras dan kepribadian yang akan kuambil. Petualangan penemuan diri ini baru saja dimulai, dan sepertinya akan sangat merepotkan.

To be continue.......

Episodes
1 Bab 1: Terjebak di Rawa Kehidupan Baru
2 Bab 2: Eksperimen Pertama dan Gaun Berenda
3 Bab 3: Pelarian dengan Sentuhan Anggun
4 Bab 4: Identitas yang Berubah, Masalah yang Tetap
5 Bab 5: Taring Bayangan dan Tawa Setan
6 Bab 6: Api Unggun, Kisah, dan Ikatan Baru
7 Bab 7: Beruang yang Menguji, Elf yang Membingungkan
8 Bab 8: Kebijaksanaan Elf dan Janji Bantuan
9 Bab 9: Perjalanan Melalui Hutan dan Pelajaran Pertama Elias
10 Bab 10: Harpy Pemburu dan Kejutan di Angkasa
11 Bab 11: Monyet Hutan dan Pengalih Perhatian yang Berbulu
12 Bab 12: Pemukiman Tersembunyi dan Pertanyaan dari Elias
13 Bab 13: Pemukiman Tersembunyi dan Bisikan Kluster
14 Bab 14: Bisikan Kristal dan Kilasan Ingatan
15 Bab 15: Latihan Keras dan Bayangan Masa Lalu yang Menghantui
16 Bab 16: Ujian Troll Gunung dan Kekuatan Tanah
17 Bab 17: Sebuah Rencana dan Ancaman yang Mendekat
18 Bab 18: Pertahanan Kluster Malam dan Kedatangan Arsitek
19 Bab 19: Taktik Troll dan Jebakan Hutan
20 Bab 20: Serangan Balik dan Perubahan Tak Terduga
21 Bab 21: Tawanan dan Rencana yang Berubah
22 Bab 22: Portal Kristal dan Bisikan Dunia Lain
23 Bab 23: Darah di Kabut dan Harga Sebuah Portal
24 Bab 24: Kebangkitan di Kandang Kaca dan Rahasia yang Terkunci
25 Bab 25: Percobaan Kejam dan Kilas Balik yang Terungkap
26 Bab 26: Rencana Pelarian dan Jeda yang Tak Terduga
27 Bab 27: Kebebasan yang Berdarah
28 Bab 28: Kunci Data dan Misteri Dunia yang Dingin
29 Bab 29: Senyum di Sudut Lorong dan Sentuhan Kebaikan
30 Bab 30: Sarang Tikus dan Cahaya di Kegelapan
Episodes

Updated 30 Episodes

1
Bab 1: Terjebak di Rawa Kehidupan Baru
2
Bab 2: Eksperimen Pertama dan Gaun Berenda
3
Bab 3: Pelarian dengan Sentuhan Anggun
4
Bab 4: Identitas yang Berubah, Masalah yang Tetap
5
Bab 5: Taring Bayangan dan Tawa Setan
6
Bab 6: Api Unggun, Kisah, dan Ikatan Baru
7
Bab 7: Beruang yang Menguji, Elf yang Membingungkan
8
Bab 8: Kebijaksanaan Elf dan Janji Bantuan
9
Bab 9: Perjalanan Melalui Hutan dan Pelajaran Pertama Elias
10
Bab 10: Harpy Pemburu dan Kejutan di Angkasa
11
Bab 11: Monyet Hutan dan Pengalih Perhatian yang Berbulu
12
Bab 12: Pemukiman Tersembunyi dan Pertanyaan dari Elias
13
Bab 13: Pemukiman Tersembunyi dan Bisikan Kluster
14
Bab 14: Bisikan Kristal dan Kilasan Ingatan
15
Bab 15: Latihan Keras dan Bayangan Masa Lalu yang Menghantui
16
Bab 16: Ujian Troll Gunung dan Kekuatan Tanah
17
Bab 17: Sebuah Rencana dan Ancaman yang Mendekat
18
Bab 18: Pertahanan Kluster Malam dan Kedatangan Arsitek
19
Bab 19: Taktik Troll dan Jebakan Hutan
20
Bab 20: Serangan Balik dan Perubahan Tak Terduga
21
Bab 21: Tawanan dan Rencana yang Berubah
22
Bab 22: Portal Kristal dan Bisikan Dunia Lain
23
Bab 23: Darah di Kabut dan Harga Sebuah Portal
24
Bab 24: Kebangkitan di Kandang Kaca dan Rahasia yang Terkunci
25
Bab 25: Percobaan Kejam dan Kilas Balik yang Terungkap
26
Bab 26: Rencana Pelarian dan Jeda yang Tak Terduga
27
Bab 27: Kebebasan yang Berdarah
28
Bab 28: Kunci Data dan Misteri Dunia yang Dingin
29
Bab 29: Senyum di Sudut Lorong dan Sentuhan Kebaikan
30
Bab 30: Sarang Tikus dan Cahaya di Kegelapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!