Sudah jelas kesiangan, Akira malah dengan santainya memutuskan untuk tidak sekolah hari ini, seolah tak terjadi apa-apa
Dia enak-enakan duduk di sofa ruang tamu, sambil nonton televisi tanpa rasa bersalah, seakan tak ada masalah di dunia ini
Akira
"Sekali-sekali nggak sekolah juga nggak bakal mati" gumam Akira yang kurang ajar itu sambil bersandar santai di sofa, menatap televisi tanpa beban.
Di tengah keasyikannya menonton televisi, tiba-tiba terdengar dering dari ponsel Akira. Ia mendesah pelan, lalu bergumam dengan kepercayaan diri yang berlebihan
Akira
"Apa lagi ini? Memang kalau artis, banyak banget yang nyariin."
Tanpa rasa terganggu sedikit pun, Akira yang kurang ajar itu pun mengangkat telepon tersebut dengan santai.
Kyoki
"woii napa ga sekolah lu?"
Akira
"kenapa? kangen ya?"
Kyoki
"najis"
Akira
"ya terus ngapain nelfon?"
Kyoki
"pak sasuke nyariin lu tadi"
Akira
"lah kenapa?"
Kyoki
"ntah lah, mungkin dia kesepian karena boti nya ga sekolah hari ini haha"
Akira
"bangs*t!!"
kyoki tertawa puas mendengar suara Akira yang kesal
Akira langsung memutus panggilan nya
Akira
"anak kurang ajar, maco gini di bilang boti"
-
-
14:48
Akira
"lapar juga ya, dari pagi gue belum makan, masak mie ah.."
Akira beranjak dari sofa lalu berjalan menuju dapur
Akira
"baik, sekarang saat nya menunjukkan kemampuan terhebat dari cafe akira"
-
-
-
a few minutes later
Akira
"WAAAH!! APINYA NAIK!! KOK JADI GINI?!"
Akira menjerit seperti orang kesurupan, matanya melotot melihat mie instan kesayangannya berubah jadi pertunjukan kembang api mini. Tanpa pikir panjang, dia langsung mematikan kompor, lalu panik berlari ke wastafel sambil berteriak
Akira
"JANGAN MATI DULU, MIE!!"
Ia meraih kain apa pun yang basah,entah itu lap dapur atau bekas lap cuci piring dan langsung menamparkannya ke atas mie yang terbakar.
Akira
"Sssshhh... tenang, aku selamatkan kamu!"
gumam orang b*doh itu dramatis, seolah sedang menyelamatkan sahabat lama.
Seluruh dapur pun dipenuhi aroma gosong, kepanikan, dan... rasa cinta yang tak tersampaikan pada mie yang gagal diselamatkan.
Karena mie kesayangannya sudah resmi berubah jadi arang, Akira hanya bisa menatap panci gosong itu dengan ekspresi hancur
Akira
"Selamat tinggal, mie... kita belum sempat makan bersama," bisiknya dramatis, seolah sedang menghadiri pemakaman.
Namun, rasa lapar tidak mengenal duka. Perutnya meraung, menuntut keadilan.
Akira
"Yasudah... plan B," gumam Akira sambil membuka kulkas.
Setelah menyortir antara tomat busuk dan es batu yang mencurigakan, akhirnya ia menemukan satu hal yang masih utuh: telur.
Akira
"Oke, telur. Jangan mengecewakan aku seperti mie tadi," ujarnya sambil menyalakan kompor dengan waspada, seakan trauma.
Dengan semangat sisa, ia mulai menggoreng telur dengan harapan sederhana: asal tidak terbakar, sudah cukup bahagia.
-
Dengan penuh kehati-hatian dan wajah serius seperti sedang menjinakkan bom, Akira menatap wajan sambil membalik telurnya perlahan. Tidak ada percikan minyak liar, tidak ada api mendadak naik dan yang paling penting tidak ada aroma gosong.
Beberapa menit kemudian...
Akira
"YES!!"
Akira mengangkat spatula ke udara seperti baru memenangkan turnamen memasak internasional.
Akira
"Akhirnya… sesuatu yang berhasil dalam hidupku!"
serunya dengan dramatis, menatap telur goreng matang sempurna yang kini bersinar bagai permata di atas piring.
Ia duduk di meja makan, tersenyum puas, dan berkata pelan
Akira
"Maaf, mie. Tapi sepertinya takdirku hari ini bersama telur."
Lalu ia pun mulai makan dengan lahap, sambil sesekali menoleh ke arah panci gosong sebagai pengingat bahwa hidup bisa berubah drastis hanya dalam hitungan menit.
Comments
Gladys
Baru selesai baca, tapi kok aku merinding terus ya. ✨
2025-07-03
0