Langkah Celestine Delacroix terhenti.
Kastil tua itu menyimpan lebih dari sekadar lukisan dan berlian.
Ia tau… ada sepasang mata yang mengawasi
Celestine Delacroix
Dia di sini...
*gumamnya
Sebuah pintu terbuka perlahan — ruangan pribadi dengan penerangan lampu gantung merah. Lantai kayu, dinding batu tua, dan aroma parfum maskulin yang terlalu familiar
Jean Kieran Duval
Jean Kieran Duval
Kau datang sendirian.
Berani sekali... atau bodoh?
Celestine Delacroix
Kau pikir aku takut?
Jean Kieran Duval
Takut padaku?
Harusnya iya.
Tanyakan pada Antoine, kalau dia masih hidup
Celestine Delacroix
Aku bukan anak buah kecilmu, JK
Jean Kieran Duval
Tapi tetap seorang pion di papan catur ini
Celestine Delacroix
*melangkah masuk, mendekat
Celestine Delacroix
Aku datang bukan untuk tunduk
Celestine Delacroix
Aku datang untuk menatap matamu… dan bertanya…
Jean Kieran Duval
*Tersenyum miring
Kenapa aku belum menghancurkanmu?
Celestine Delacroix
Kenapa kau belum menyentuhku
Keheningan menggantung. Tatapan mereka saling mengunci. Nafas keduanya mulai berubah ritme, tak ada suara lain selain detak jam tua di dinding
Jean Kieran Duval
Karena kau bukan wanita biasa
Jean Kieran Duval
Karena menyentuhmu... bukan hanya soal tangan.
Itu seperti menyentuh racun. Sekali salah... mati
JK bangkit perlahan. Jarak mereka tinggal dua langkah. Tangan Celestine refleks naik, menahan dadanya
Celestine Delacroix
Kau terlalu dekat
Jean Kieran Duval
Tapi kau tidak mundur
Celestine Delacroix
Mungkin karena aku ingin tahu…
Celestine Delacroix
Apa benar pria seperti Jean-Kieran Duval bisa gentar di hadapan seorang wanita?
Jean Kieran Duval
Tentu saja bisa.
Tapi bukan karena taku
Jean Kieran Duval
Karena ingin…
...terlalu dalam
Tiba-tiba JK mengangkat dagu Celestine, kasar tapi tidak menyakitkan. Tatapan mereka membakar
Comments