Seketika bola mata Davina terbelalak mendengar ucapan Alfred. Sungguh Davina tak menyangka bahwa Alfred semudah itu mengakhiri hubungannya. Walaupun hanya sebatas simpanan saja, namun Davina sangat mencintai Alfred. Bahkan wanita itu dengan sabar dan menerima lelaki itu sepenuh hati.
"Baiklah, terserah bagaimana pandangan anda padaku. Yang jelas aku telah berkata jujur, aku sama sekali tak melakukan perbuatan sehina itu. Percuma aku menjelaskan panjang lebar karena jawabannya akan tetap sama, tak bisa mengubah pandanganmu padaku," ucap Davina pasrah. Dia tak bisa lagi menjelaskan lebih detail pada Alfred yang telah terbakar api cemburu.
"Akhirnya kau mengakuinya juga Davina. Aku rasa hubungan kita sudah cukup sampai disini. Detik ini juga tidak ada perjanjian dan kau sudah bukan menjadi simpananku, camkan itu!"
"Aku akan menghubungi Damar untuk mengurus segala sesuatu keperluanmu. Dan aku akan mengalihkan mansion atas namamu. Anggap saja itu sebagai hadiah selama kebersamaan kita tiga tahun ini, hanya itu yang bisa aku berikan padamu," lanjut Alfred mengalihkan pandangannya dari Davina.
Sungguh lelaki itu merasa kesal melihat foto-foto tersebut yang tidak tahu siapa pengirimnya. Terlebih melihat Davina bersama lelaki lain membuat hatinya bergemuruh hebat. Alfred memilih untuk membalas Davina dengan mengabaikannya, tak peduli lagi dengan segala perjanjian yang telah dia buat. Perasaan kesal makin merambat ke dalam hatinya ketika Davina sama sekali tidak bersikeras membantah segala tuduhan Alfred.
Hal itu membuat Alfred yakin bahwa Davina memang benar telah berhubungan dengan Fahri yang merupakan sepupunya sendiri.
Seketika ada rasa iba di hati Alfred saat melihat Davina yang tertunduk lesu mendengar Alfred yang memutuskan hubungan mereka.
Davina mendongakkan wajahnya menatap lekat lelaki yang ada di hadapannya.
"Sudah ku tebak cepat atau lambat kau akan mengatakan hal ini. Tapi aku tahu kau memutuskan hubungan kita bukan karena foto-foto ini, melainkan karena sudah ada wanita lain di hatimu. Benar bukan? Aku sadar kalau aku memang tidak pantas untukmu. Terimakasih atas kebersamaan kita selama tiga tahun ini, saya mohon izin untuk kembali ke ruangan saya," ucap Davina berusaha setenang mungkin di hadapan Alfred. Walaupun hatinya terasa sakit namun dia tak ingin Alfred mengetahui perasaannya saat ini.
Alfred terlonjak kaget mendengar Davina yang menyinggung perihal wanita lain. Memang benar akhir-akhir ini dia bersama Asmirandah tapi itu semua bukan kemauannya. Melainkan perintah dari sang Oma yang tak bisa dia tolak atau abaikan, mengingat wanita paruh baya itu yang telah mendidik dan membesarkannya selama ini.
"Kau tidak punya hak untuk mengetahui segala urusan pribadiku! Mulai detik ini aku akan memindahkan mu ke kantor cabang, dengan ini kita tidak perlu bertemu setiap hari," ucap Alfred dengan nada datar.
Tak hentinya jantung Davina berdenyut nyeri mendengar ucapan Alfred yang mendorong jauh dirinya. Perlahan dia mengelus lembut perutnya seolah memberikan kekuatan pada dirinya sendiri. Ingin sekali Davina mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung, namun dia mengurungkannya karena tak ingin mengambil resiko.
Dia tahu siapa Alfred, pasti lelaki itu akan memintanya untuk menggugurkan kandungannya. Mengingat Alfred yang tak ingin terikat oleh seseorang, di tambah lelaki itu telah melarang keras agar Davina tak menggunakan hati ketika berhubungan dengannya. Tapi melihat sikap Alfred yang seperti ini seolah menunjukkan kecemburuan besar pada Davina.
"Tak perlu repot memindahkan aku ke kantor cabang. Detik ini juga aku akan mengundurkan diri sebagai sekretaris mu di perusahaan ini," ucap Davina menahan tangis. Wanita itu sudah bertekad untuk mengubur perasaannya dan dia akan pergi sejauh mungkin dari kehidupan Alfred. Dia tak ingin Alfred mengetahui kehamilannya saat ini karena sudah di pastikan lelaki itu akan murka dengan fakta yang ada.
BRAK!
Alfred menggebrak meja mendengar pernyataan Davina yang ingin resign dari perusahaannya. Lelaki itu tak menyangka bahwa Davina akan seberani itu mengajukan resign, mengingat Davina yang tak punya siapapun di dunia ini kecuali dirinya seorang. Membuat Alfred yakin kalau Davina akan menyetujui keputusannya itu. Namun faktanya tak sesuai dengan ekspetasi yang dia bayangkan.
"Siapa yang memberimu izin untuk mengundurkan diri dari perusahaan ini, hah? Aku hanya memindahkan mu sementara ke kantor cabang bukan memecat mu!"
"Disini aku yang berkuasa, bukan kau. Jadi kau tak punya hak atas itu," lanjut Alfred dengan sorot mata elang menatap Davina.
"Maaf, tolong hargai keputusanku ini. Aku sudah bosan, aku ingin bebas dari jeratan dirimu," balas Davina tegas.
Kini tak ada lagi sosok Davina yang manja padanya, tak ada lagi rengekan yang terlontar dari bibirnya. Wanita itu telah berjanji tidak akan menggantungkan hidupnya lagi pada Alfred. Hatinya sudah teramat sakit karena Alfred memandang rendah dirinya.
Segera mungkin Davina pun berjalan keluar meninggalkan ruangan mewah itu. Dia tak ingin lama-lama berada di ruangan yang telah membuatnya sesak nafas.
"Davina ...," teriak Alfred. Terlihat jelas kilatan amarah yang terpancar di dalam sana. Sungguh lelaki itu tidak terima dengan keputusan Davina yang seenak jidat mengajukan resign tanpa izinnya.
Di sisi lain, tampak Davina keluar dari ruangan dengan perasaan hancur. Dadanya terasa sesak seolah terhimpit batu besar yang membuat hatinya nyeri. Air mata yang sedari tadi dia tahan kini mengalir deras membasahi pipi mulusnya. Dia tak menyangka bahwa Alfred akan membuangnya begitu saja, dengan dalih memindahkan dirinya ke kantor cabang. Hingga akhirnya dia lebih memilih untuk mengajukan resign dan tekadnya pun sudah bulat.
Davina mengelus lembut perutnya yang masih rata itu. Saat ini dia memikirkan nasibnya ke depan, selain itu dia harus berjuang untuk membesarkan anaknya seorang diri. Keputusannya sudah bulat, dia akan pergi dan merahasiakan kehamilannya dari Alfred. Davina tak ingin lelaki itu menyakiti janin yang ada di dalam kandungannya.
"Kau punya mata kah tidak? Jalan itu pakai mata biar tak menabrak orang lain," tegur sebuah suara yang mengejutkan Davina.
Sontak pandangan mereka saling bertemu, tampak seorang wanita paruh baya yang tengah berdiri di hadapannya. Terlihat jelas sorot matanya yang tak suka akan keberadaan Davina di perusahaan.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya permisi dulu, masih banyak pekerjaan yang menanti saya."
"Dasar wanita murahan! Tidak ada sopan santunnya pada orangtua, benar dugaanku bahwa kau tidak pantas bersama cucuku."
"Jadi bagaimana apa kau menerima tawaranku tempo hari? Hal itu masih berlaku Davina karena aku tak suka kau bersama Alfred. Aku sudah memilihkan wanita yang tepat untuk cucuku, tentunya dari kalangan atas bukan sepertimu yang hanya wanita murahan," lanjut Oma Andini sambil menyeringai.
DEG!
Hati Davina begitu sakit bagaikan teriris sembilu mendengar ucapan Andini yang merupakan Oma dari lelaki yang di cintainya itu.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
ora
Lebih baik pergi Devina. Udah Oma Andini begitu, Al juga begitu sifatnya. Al juga manut banget ke Omanya ....
2025-06-23
2
Kaizy celine
Tapi km udah hina sama alferd .. kok gag ngaca sih ngomong gtu🙈
2025-06-23
1
ora
Kamu yang seenak jidatnya Al ....
2025-06-23
1