Saka menangis sampai kejer dan muka nya memerah karena Jena terlalu lama pergi, sudah ada sekitar dua jam lama nya mereka pergi sehingga sudah pasti Saka akan haus. tidak ada asi yang di simpan karena itu hanya akan mengundang amarah Warti saja, sebab dia masih orang tua yang sangat kolot sekali.
Yang nama nya asi maka sekali sedot langsung dari sumber nya, tidak ada pumping atau alat apa pun yang di perbolehkan. walau air susu Jena sangat deras maka hanya akan terbuang saja, mana mungkin boleh di peras lalu di masukan kedalam kulkas sebagai mana zaman sekarang agar bisa di pakai saat Ibu nya pergi.
Warti memang masih sangat kolot dan juga kejam sebagai Ibu mertua pada para menantu nya terutama pada menantu yang miskin, dia tak akan pernah punya perasaan iba dan kasihan, biar lah cucu nya menangis histeris dan dia hanya menyuruh untuk memberi air putih saja agar tidak haus.
Bayi dua bulan sudah di beri air putih karena memang sedang haus, mau bagai mana lagi karena Saka memang murni asi, jadi tidak ada susu yang bisa membantu. kalau sudah begini maka Julia tambah iba saja rasa nya, tapi tidak bisa juga mau berbuat apa apa karena dia belum ada asi juga.
"Ini sudah dua jam lebih, tapi Jena belum kembali." cemas Julia melihat Saka yang menjilati air putih di teteskan.
"Pasti Non Selia sedang kalap belanja, maka nya Nduk Jena tidak bisa pulang." sahut Mbok pelan.
"Kasihan Saka nya ini, Mbok." Julia serba salah juga mau berbuat apa apa.
Mbok segera menggendong Saka agar jangan sampai nangis lagi karena nanti malah tambah di marahi oleh Warti, Julia yang melihat Saka sudah di gendong maka langsung pergi untuk mengerjakan pekerjaan lain. jangan sampai kelihatan sedang menganggur, karena bakal kena marah habis habisan oleh mertua nya yang galak itu.
"Bu, maaf mengganggu sebentar. bolehkan kalau Ibu hubungi Mbak Selia, itu Saka menangis lagi karena haus." Julia memberanikan diri.
"Dari tadi cuma sibuk sama Saka saja, kau pikir anak itu amat berharga apa?!" bentak Warti langsung naik darah.
Pokok nya kalau bicara dengan Julia dan Jena maka dia tidak pernah bisa lembut seperti saat bicara dengan Selia dan Maura dan juga Yuni, karena yang dua ini tidak kaya sehingga main marah marah saja tanpa ada iba sedikit pun. bahkan pada Saka yang masih bayi saja Warti tidak peduli, karena dia yakin itu bukan lah cucu nya akibat Jena hamil duluan.
"Lebih baik kau kerjakan saja apa yang jadi kerjaan mu, biar Mbok yang mengurus anak haram itu!" sentak Warti.
"Kau jangan gitu, Ti. tidak apa apa kalau benci sama Ibu nya, tapi Saka kan cucu mu!" Hasnah membuka suara.
"Dari mana pula dia cucu ku, Ibu nya saja pelacur kok!" sengit Warti seenak mulut nya saja.
"Kan Malik juga sudah mengakui kalau itu anak nya, kau mana tau lah." Hasnah mencoba menasehati sahabat nya.
"Ah aku tidak percaya, aku bakal cari dukun biar Malik bisa hilang rasa sama pelacur itu!" tekad Warti sangat kejam.
"Kau tidak takut apa kalau Purnama sampai tau, aku tidak mau lagi ya ada urusan sama dia!" peringat Hasnah.
"Lah kenapa, kan ini keluarga ku! aku tidak mengurus orang lain, ini keluarga ku jadi ya hak aku lah." Warti memang keras kepala.
Julia menarik nafas panjang setelah mendengar bagai mana keras nya sikap mertua nya, memang sangat rendah sekali derajat orang miskin di mata orang kaya. dulu Lia sudah mau menolak lamaran Alan, namun pria itu terus memaksa nya.
Sekarang terbukti kalau dia tidak pernah di terima walau sudah lima tahun menikah, Warti tetap saja tidak suka pada nya yang miskin, mau bagai mana lagi karena sekarang sudah menikah. untung nya Alan selalu membuat Lia kuat, meski kadang Alan juga seperti lelah sekali.
"Nduk, jangan merenung terus." Karto mengusap pundak menantu nya.
"Eh Bapak." Julia menoleh pada mertua laki laki nya.
"Di marahi sama Ibu lagi ya?" tanya Karto lembut.
"Tidak kok, cuma tadi ada salah paham sedikit." Julia masih menutupi perbuatan Warti.
"Kamu yang kuat ya, Bapak juga sudah tidak bisa apa apa lagi untuk merubah sikap Ibu mu." Karto saja rasa nya mau menyerah.
Julia menatap Karto yang menatap jauh karena dia juga kadang kala tidak di hargai oleh istri nya, Warti memang mau menang sendiri dalam hal apa pun. pokok nya pendapat dia harus selalu di dengar, tidak mau salah walau jelas ini semua adalah salah dia.
...****************...
Jena pulang terburu buru karena memang dia sudah menduga akan sangat lama pergi meninggalkan rumah, dengan bawaan yang sangat banyak dan itu semua adalah milik Selia beserta anak nya juga. tidak ada sedikit pun Selia ingat untuk membeli baju untuk Saka, padahal Jena sudah susah payah menemani diri nya.
"Ya Allah Saka!" Jena mendengar anak nya menangis di dalam kamar.
"Alhamdulilah sudah pulang, kenapa lama sekali?" Mbok langsung menyambut Jena.
"Mbak Selia keliling terus, mana bisa aku mengajak dia pulang." jawab Jena dengan hati kesal serta sedih.
"Saka haus ini, hampir tiga jam Nduk pergi." ujar Mbok memberikan Saka.
"Mbak Julia mana, Mbok?" Jena menatap pembantu tua ini.
"Mau kemana lagi kalau tidak sedang kerja." jawab Mbok pelan.
Jena menghelai nafas berat karena dia agak kesal juga dengan Julia, tadi bilang mau mengasuh Saka tapi ternyata malah di asuh Mbok. kalau Mbok yang mengasuh maka pasti menangis, karena tidak di gendong jalan jalan keluar.
"Dasar tidak bertanggung jawab, bilang nya dia yang mau mengasuh!" kesal Jena mengusap kepala anak nya pelan.
"Apa lagi yang kau kesal kan itu, anak mu yang salah karena cengeng!" bentak Warti yang mendengar rutukan Jena.
"Bu, Saka ini haus jadi wajar lah menangis dan kalau di gendong akan diam." Jena menjawab ucapan mertua nya.
"Menjawab saja kau! Julia itu walau pun miskin dan ku marahi tapi dia masih diam, ini pasti lah karena kau lonte sehingga tidak tau sopan santun." bentak Warti langsung mengungkit masa lalu.
Jena mau menjawab lagi namun sudah tidak bisa karena Malik datang masuk kedalam kamar, kalau terus berlawanan maka Malik juga akan serba salah mau membela, Warti kalau tidak di bela maka akan semakin menyiksa menantu nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Amara
Apes sudah ,punya mertua bermulut tajam bak silet..
perangainya buruk sekali,suka merendahkan dan menghina orang yang derajatnya lebih rendah dibanding dia.
Bu Warti , mbok yo insaf ,sing eling ,kekayaan ,kejayaan tidak dibawa mati ,malah nanti di minta pertanggungjawaban bila di akhirat kelak.
jangan sombong dan mentang2, kayamu akan raib bila yang memberi kepercayaan mengambilnya kembali
Sadar bu Warti ,masa sama suami pun kau juga durhaka.
ingat juga bukan cuma anak yang durhaka ke orangtua, sebaliknya orangtuapun juga bisa durhaka pada anak2 nya
2025-06-20
4
FiaNasa
gregetan sama si Warti ini,mana ada anak sudah menikah punya rumah sendiri gak boleh ditempati cuma seminggu sekali,,,& yg gobloknya gak ketulungan itu para suaminya ini semua,,harusnya jadi Suami bisa menjaga & melindungi juga bertanggung jawab..
2025-06-20
3
YuniSetyowati 1999
Satu lagi,pas bener banget penggambaran sosok Warti.Padahal aku tak pernah cerita ke Mak othor.Tp ternyata Allah memberi inspirasi cerita yg sesuai dengan fakta soal sosok Warti.
Sosok Warti yg didunia ku,dia wanita yg tak mengorangkan suaminya.Dia selalu meremehkan & merendahkan suaminya.Entah mantra apa yg sudah diberikan dia pd suaminya hingga suaminya nurut saja pd istrinya.Berapa kalipun Warti berselingkuh, suaminya akan tetap menerima.Dan selalu mengatakan "Kalau sudah waktunya lelah dan insyaf,maka dia akan berhenti sendiri" 😓 tak perduli berapa banyak otong tetangga yang sudah diemut (termasuk mantan suamiku) yg penting dia tak dicerai & ditinggalkan si Warti.😒 Dasar suami goblok.
2025-06-20
1