"Hah kak Arkanza?" Batinnya mengamati penampilan Arkan.
"Jadi pria yang dijodohin sama gue kak Arkanza? Ganteng sih... Tapi lebih tua pasti membosankan." Lanjutnya mengedipkan mata tak ingin larut dalam pesona Arkan.
"Aku Gegei, calon istri kakak." Mengulurkan tangan seolah mereka tidak saling mengenal sebelumnya. Tentu saja mengejutkan Arkan, selama ini ia hampir tidak pernah menyentuh tangan gadis tiba-tiba ia akan berjabat tangan dengan calon istrinya.
"Tapi sepertinya kita tidak cocok, jadi aku menolak!" Sambungnya tanpa basa-basi semakin mengejutkan Arkan yang baru saja ingin mengulurkan tangannya.
"Kenapa?" Tanyanya datar.
"Ya feeling aja. Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari suka menghabiskan waktu sama temanku, suka pulang malam, suka menghabiskan uang." Ucapnya panjang lebar dan dengan setianya Arkan mendengar.
"Dan,,," ucapannya terhenti sembari mengerling sedikit berpikir.
"Dan apa?" Tanya Arkan yang kini melipat tangan.
"Aku suka manjat pohon." Lanjutnya berusaha membuat Arkan merasa ilfeel.
"Oh yah?"
"Hem!" Angguknya, "Kakak lihat pohon itu!" Menunjuk diikuti pandangan Arkan.
"Kamu yang nanam?" Celetuk Arkan ngasal dibalas gelengan oleh Gegei.
"Aku biasa memanjatnya tiga kali sehari. Jadi aku bukan calon istri yang baik, sebaiknya Kakak juga menolak perjodohan ini!" Tersenyum bertolak pinggang. Sangat jauh dari kata pemalu seperti yang dikatakan oleh ibunya saat Arkan masih diruang tamu. Namun Arkan hanya mengerutkan kening lalu berbalik meninggalkannya.
**
Tak terasa waktu makan malam telah tiba, kedua keluarga itu duduk melingkar didepan meja makan. Beberapa hidangan yang lezat telah tertata diatas meja. Mereka semua bersiap memulai makan malam dengan diselingi obrolan ringan. Kebetulan Hanan suami Nada juga sudah pulang kerja jadi semakin menambah keramaian saat itu.
Gegei yang sedikit enggan harus pasrah bergabung saat Nada menariknya bergabung dengan mereka.
"Ayo!" Bisik Nada saat Gegei menolak duduk.
"Gegei sekarang sudah dewasa dan makin cantik." Puji Umi Arkan namun Gegei hanya tersenyum dengan penuh tertekan.
Makan malam pun dimulai, Gegei kembali usil berusaha membuat orang tua Arkan tidak senang dengannya. Disaat yang lain makan dengan tenang, Gegei justru makan dengan gusar. Terlihat sibuk mengigit paha ayam goreng tentu sedikit mengundang perhatian.
"Gei,," gerutu Nada menyikut sang adik saat pandangan mulai tertuju kepadanya.
"Em, silahkan dimakan Umi, Abi!" Ucap Nada tersenyum kembali membuat suasana kondusif.
"Sruupt! Sruupt!" Tak sampai disitu, Gegei lagi-lagi berulah dengan sengaja ia menyeruput semangkuk sup menggunakan sendok beberapa kali, semakin membuat yang lain terkejut kembali saling melirik. Haidar yang biasanya cerewet hanya melongo melihat gadis yang katanya menurut Umi Arkan, dia sosok yang cantik, sopan dan anggun.
Tak tanggung - tanggung Nada menendang kecil kaki adiknya, barulah Gegei menghentikan kelakuan konyolnya itu. Tapi mampu membuat rona merah pada wajah papa dan mamanya, siapa yang tidak enak hati dan malu didepan calon besan putrinya malah bertingkah aneh bahkan terbilang kurang sopan.
"Hee,," tawa Hanan "Ayo silahkan dimakan!"
"Heheheh." Mereka semua hanya terpaksa tertawa kering meramaikan suasana yang canggung itu lalu kembali melanjutkan makannya.
**
Usai makan malam. Arkan bersama keluarga kembali duduk diruang tengah, sekaligus untuk berpamitan karena mereka harus kembali ke kota.
"Oh ya Gei gimana kuliahnya lancarkan?" Tanya Umi Arkan.
"Lancar kok Umi. Bentar lagi libur semester."
"Baguslah jadi kita nggak perlu cari waktu lagi buat pernikahan."
"Hah?" Terkejut, membuat yang lain ikut terkejut kembali saling melirik terutama kedua orang tua Gegei.
"Kenapa?"
"Em,, Tante sepertinya saya nggak cocok jadi menantu tante. Kasian anak tante kalau dapat istri seperti saya." Balasnya nyengir kuda, ia berpikir kalau dengan kelakuan konyolnya itu mampu merubah pemikiran orang tua Arkan saat itu.
"Loh kenapa? Arkan sendiri setuju kok." Gegei tersentak lalu melirik Arkan saat itu juga.
"Ka Arkan tidak menolak?" Batinnya melirik Arkanza yang terlihat cuek.
"Tapi,,,"
"Tidak perlu terburu-buru, kami akan kembali lagi jika kamu sudah siap!" Menggenggam tangan Gegei lalu tersenyum, Gegei-pun sedikit tersentuh akan kebaikan Umi Arkan.
**
"Kak?" Panggilnya menghampiri Nada yang sedang menyetel remot tv. "Kakak kok enggak ngomong sih kalau pria yang mau dijodohin itu kak Arkanza, teman sekolah kakak?" Duduk memeluk bantal sofa.
"Yah gimana kami mau kasih tau, kamu udah nolak duluan kemarin." Balas Hanan yang juga ikut duduk disamping mereka sambil membawa chiki ditangan.
Gegei melirik kakak dan kakak iparnya bergantian, keduanya hanya memasang muka datar.
"Tapi kenapa mesti dia sih?" Protesnya.
"Loh kenapa? Bukannya kamu dulu suka main bersama dia waktu kecil dan selalu ngomong kalau besar nanti pengen punya suami yang ganteng seperti Arkan." Ucap Nada mengembalikan ingatan sang adik.
"Nah loh bentar lagi doa Gegei terkabul." Tambah Hanan tersenyum, seraya melempar chikinya begitu saja saat merasa tertarik dengan obrolan mereka.
"Ih kakak, itukan cuman perkataan anak kecil."
"Tapi kamu senengkan?" Goda Nada, sontak Gegei tersipu.
"Ih kakak." Ketusnya berdiri, tak lupa memungut chiki milik Hanan yang tergeletak begitu saja dilantai. Nada-pun tersenyum melihat tingkah adiknya yang jelas-jelas merasa malu.
"Eh, itu chiki kakak."
Gegei-pun tidak menghiraukan Hanan, sampai ia menghilang dari pandangan mata bersama dengan sebungkus chiki rasa rumput laut.
"Sayang chikinya?" Tanyanya sedikit datar.
Nada hanya menggeleng, perkara Hanan yang suka melempar barang ditangan ketika sedang merasa senang itu sudah biasa dan menjadi ciri khasnya tersendiri.
**
_Internatonal Airport_
Setelah dua hari pasca berkunjung ke rumah Gegei, Arkan kembali menjalankan aktivitas sebagai pilot muda. Pagi itu, ia kembali duduk didalam pesawat bersama dengan Haidar, bersiap membawa para penumpang terbang bersama selama beberapa beberapa jam kedepan.
Pilot "Soekarno-Hatta Tower, G***** 8**, request start up and pushback."
ATC "G***** 8**, Soekarno-Hatta Tower, start up and pushback approved, QNH 1***, win 2** at 1* knots runway 2* right."
"Eh kok suaranya enggak asing sih?" Ucap Haidar sedikit menoleh saat mendengar suara dari ATC perempuan yang bertugas pagi itu.
"Fokus saja mendengar atau aku turunkan!"
"Ok ok!" Haidar hanya pasrah saat Arkan mulai mengeluarkan ekspresi datarnya juga sedikit perkataan kejam.
"Dia benar-benar kembali." Batin Arkan yang juga menyadari akan kecurigaan Haidar. Namun ia bersikap lebih tenang dan memilih fokus dengan penerbangannya.
Setelah menyetel setiap item didepannya dan memastikan semua berfungsi dengan baik, Juga cuaca cukup cerah sehingga mendapatkan ijin take-off tepat waktu dari ATC (Air traffic controller).
Tak butuh lama pesawat yang diterbangkan oleh Arkan pun mengudara selama kurang lebih 3 jam setengah dan kali ini kembali ke penerbangan menuju Bangkok. Tak seperti beberapa hari lalu, cuaca hari itu cukup cerah hingga jauh dari turbulensi, dengan begitu para penumpang bisa bersantai selama dalam perjalanan di udara.
**Jangan lupa dilike, vote juga subscribe yah biar author makin semangat upnya🙏🥰
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Miu Nih.
lucu kali Gegei, tebal muka 😆😆
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗
2025-06-19
0
Miu Nih.
ih, malah penasaran donk 😆😆
2025-06-19
0
Miu Nih.
aku tunggu lanjutannya 🤗
2025-06-19
1