Wanita Idaman Ketua Mafia
Raysa meluruskan kakinya di rerumputan, sekujur tubuhnya juga sudah basah kuyup oleh keringat. Raysa tersenyum melihat ke arah jam digital di tangannya, dia berhasil membakar kalorinya dengan banyak dan juga melangkahkan kakinya sebanyak 5000 langkah. Kalau di total kan untuk hari ini sudah hampir 10000 langkah yang dia lakukan.
“Capek sih, tapi aku harus bisa.” Ucap Raysa didalam hatinya, belakangan ini Raysa memang rajin olahraga untuk menjaga stamina tubuhnya.
Raysa menengadahkan kepala menatap langit yang perlahan mulai gelap, wanita itu pun segera bangkit karena sebentar lagi malam akan menjelang.
Raysa memasukkan botol minuman ke dalam tas dan mengeluarkan kunci mobil, setelah itu dia melangkah menuju parkiran.
Dor…suara tembakan terdengar di taman, semua orang berteriak histeris ketika melihat seorang pria tertembak di bagian lengannya. Raysa yang akan membuka pintu mobil terkejut luar biasa, wajahnya memucat. Raysa bergegas membuka pintu dengan tangan gemetar, apalagi suasana disana mulai mencekam. Beberapa orang pria berlarian, begitu juga dengan pria yang tertembak. Dia berusaha menyelamatkan dirinya, karena musuh terus mengejar.
“Astaga, apa yang terjadi disini.” Ucap Raysa didalam hati akan menyalakan mobil tapi sebuah ketukan di pintu mobil kembali membuatnya terkejut.
“Buka…buka…pintunya.” Teriak seorang pria dari luar, pria itu juga selalu melihat ke arah belakang.
“Cepat buka.” Teriak pria itu lagi, Raysa akhirnya menurunkan kaca mobilnya.
“Ada apa?” Tanya Raysa ketakutan melihat lengan pria itu bersimbah darah.
“Bukan pintunya.”
“Tapi…
“Saya mohon, selamatkan saya.” Pinta pria itu dengan wajah memohon, Raysa dengan perasaan takut tapi juga kasihan akhirnya membuka pintu mobil dan pria itu langsung masuk ke dalam.
“Jalan sekarang.” Perintah Elang ketika dia melihat segerombolan musuh mulai mendekati mobil Raysa.
Raysa dengan tangan gemetar segera melaju pergi, bahkan dia mengemudikan mobil dengan kecepatan maksimal dan sangat jarang sekali dia lakukan selama ini.
“Kenapa kamu terluka, apa yang terjadi?” Tanya Raysa memberanikan diri untuk bertanya, tapi tidak ada jawaban dari Elang.
Elang lebih fokus mengurus lukanya, Elang bahkan sampai merobek kemeja yang dia pakai dan mengikat lukanya itu biar darahnya berhenti.
“Kamu bertengkar? Mereka siapa?” Raysa kembali bertanya, Elang langsung menoleh ke arahnya dengan tatapan mata tajam.
“Kamu bisa diam tidak, sebaiknya kamu fokus mengemudi dan antarkan saya ke rumah sakit.” Ucap Elang, Raysa terkejut dan menoleh cepat ke arah depan, dia takut melihat wajah marah Elang.
Dret…ponsel Elang berdering, Elang langsung menjawabnya.
“Lang.” Panggil Gavin.
“Vin, gue sekarang jalan ke rumah sakit. Lu jemput gue disana.” Balas Elang.
“Oke.” Ucap Gavin mengakhiri panggilannya.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Raysa tidak lagi membuka suara. Dia memilih untuk diam dan berharap segera sampai biar cepat terlepas dari situasi yang mencekam saat ini. Berbeda dengan Elang, mata pria itu menelusuri setiap sudut isi didalam mobil Raysa dan dia tertarik melihat tanda pengenal yang digantung di spion depan.
Elang membaca tanda pengenal itu dan sekarang dia sudah mengetahui siapa nama gadis di sampingnya dan dimana dia sekolah.
……
Raysa menghela nafas lega menghentikan mobilnya di depan pintu rumah sakit, beban yang dia rasakan selama perjalan perlahan mulai menghilang ketika Elang turun dari mobilnya.
“Terima kasih….Raysa.” Ucap Elang tertawa kecil, pria itu melambaikan tangan sebelum menutup pintu dan berjalan masuk kedalam.
Raysa terkejut ketika Elang menyebut namanya, padahal mereka tidak saling kenal.
“Semoga aku tidak pernah lagi bertemu dia.” Ucap Raysa segera melajukan mobilnya pergi meninggalkan rumah sakit.
…..
Elang berjalan masuk kedalam rumah sakit, dia melewati meja pendaftaran dan terus melangkah, semua orang menatap heran kepadanya, ada juga yang meringis ngeri ketika melihat lengan bajunya yang basah karena darah dan juga sobek-sobek. Tujuan Elang saat ini adalah ruangan sepupunya, kebetulan sepupu Elang, Bastian dokter di rumah sakit itu.
“Bastian.” Panggil Elang membuka pintu, Bastian sedikitpun tidak terkejut dan malah menatap sinis kepadanya.
“Kamu terluka lagi?” Balas Bastian, Elang tidak menjawab dan langsung mendudukan tubuhnya di ranjang pasien.
“Kamu ini, padahal kamu sudah tahu apa resiko yang akan kamu terima kalau terus seperti ini. Apa kamu sudah siap meninggalkan negara ini?” Tanya Bastian segera mengobati luka Elang.
“Bukan gue yang memulainya.” Jawab Elang meringis ketika Bastian mengorek lukanya dan segera mengeluarkan peluru yang bersarang di sana.
“Kamu memang tidak memulai Lang, tapi kamu incaran mereka. Seharusnya kamu tidak usah berkeliaran.” Balas Bastian.
“Lu pikir gue gadis perawan yang hanya berdiam diri di rumah, lagian gue tidak takut dengan mereka.”
“Terserah kamu, tapi jangan lupa janji kamu Lang. Kamu sendiri yang menyetujuinya, jadi sebaiknya kamu beberes setelah ini.” Ucap Bastian tersenyum mengejek, dia menjahit luka Elang tanpa menggunakan obat bius.
Elang menggigit bajunya ketika jarum menusuk kulitnya, rasa sakit yang dia rasakan masih bisa ditahan, makanya dia tidak pernah minta untuk di bius ketika Bastian mengobatinya.
“Selesai, kamu pulang dengan siapa?” Tanya Bastian mencuci tangannya dan memberikan sebuah kemeja yang baru kepada Elang, untung saja Bastian punya baju cadangan disana.
“Gavin menunggu gue di luar.” Jawab Elang segera mengganti baju dan pergi tanpa mengucapkan terima kasih, Bastian cuma bisa tersenyum tipis sambil menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
…..
Gavin sahabat Elang sudah menunggunya di luar, pria itu berdiri didepan mobil.
“Jalan Vin.” Perintah Elang begitu sampai di mobil dan langsung masuk ke dalam.
“Lu tadi kesini sama siapa?” Tanya Gavin melajukan mobil pergi.
“Sama seseorang, situasi gue mendesak. Tanpa pikir panjang gue masuk saja ke dalam mobil dia.” Jawab Elang tersenyum tipis kembali mengingat wajah Raysa.
“Cewek?” Tanya Gavin lagi, Elang menganggukkan kepala.
“Maaf tadi gue terlambat, mereka juga memburu gue. Makanya gue sembunyi dulu, setelah mereka pergi baru gue masuk kedalam mobil.” Ucap Gavin merasa bersalah.
“Brengxxx, dimana mereka mengetahui keberadaan kita.” Umpat Elang kesal.
“Entahlah.” Balas Gavin mengangkat kedua bahunya.
…
Flashback satu jam sebelumnya.
Elang dan Gavin di dalam perjalanan menuju pulang, sesampai di depan taman kota Elang meminta Gavin untuk berhenti.
“Mau apa lu disini?” Tanya Gavin heran.
“Otak gue mumet, cari angin dulu yuk.” Jawab Elang keluar dari mobil, Gavin pun akhirnya mengikuti.
Mereka berdua duduk di kursi taman di depan kolam ikan buatan sembari mengunyah makanan ringan yang mereka beli disana. Elang menghirup nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya, dia melakukan sampai beberapa kali hingga perasaan mulai tenang.
“Vin, disana.” Tunjuk Elang ke arah seorang wanita yang sedang berjalan kaki seorang diri, pesona wanita itu menarik perhatiannya.
“Mau lu, sudah sana kenalan.” Sahut Gavin, Elang tertawa mendengarnya tapi seketika tawa Elang menghilang ketika melihat kearah segerombolan pria berlari ke arah mereka.
“Brengxxx, Dani dan semua anggotanya menyerbu kita. Lari Vin, sebaiknya kita berpencar. Kamu segera ambil mobil, saya tunggu di sana.” Teriak Elang berlari, Gavin juga melakukannya dan mereka berlari berbeda arah.
Elang dan Gavin sebenarnya bukan lah pria-pria pengecut, tapi jumlah mereka tidak seimbang dan para musuhnya juga terlihat memegang senjata, sedangkan Elang dan Gavin sengaja meninggalkan senjata mereka di mobil. Gavin dan Elang tidak mau mati sia-sia disana, makanya mereka memutuskan untuk menghindar.
“Jangan lari kamu Elang, dasar pengecut. Bangxxx, brengxxx.” Umpat Dani mengejar Elang, anggota Dani terbagi dua. Sebagian mengejar Elang dan sebagian mengejar Gavin.
Elang tidak memperdulikan teriakan Dani, dia berusaha menyelamatkan diri tapi sayangnya peluru yang ditembakkan Dani bersarang tepat di lengan kirinya.
“Brengxxx.” Umpat Elang meringis kesakitan, Elang melihat sekeliling untuk mencari tempat sembunyi yang aman dan seketika matanya langsung tertuju ke arah Raysa yang memasuki mobil. Elang akhirnya memutuskan untuk meminta bantuannya, hanya itu satu-satunya cara untuk menyelamatkan dirinya saat ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments